UKHSA: Vaksin Covid-19 Bukan Penyebab Lonjakan Kasus Hepatitis Anak

Unggahan di media sosial ada yang mengaitkan vaksin Covid-19 dengan kasus hepatitis.

Antara/Siswowidodo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 pada seorang anak saat acara Wisata Vaksin Covid-19 untuk siswa TK dan SD di kawasan Sumber Wangi Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (6/4/2022). Badan Keamanan Kesehatan Britania Raya (UKHSA) telah mengesampingkan vaksin Covid-19 sebagai penyebab dari merebaknya kasus hepatitis akut pada anak.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Keamanan Kesehatan Britania Raya (UKHSA) telah mengesampingkan vaksin Covid-19 sebagai penyebab dari merebaknya kasus hepatitis akut pada anak yang merebak belakangan ini. UKHSA menyatakan, vaksin yang diproduksi oleh Pfizer, Oxford, dan Moderna bukan pemicu hepatitis.

Pernyataan itu dibuat setelah unggahan media sosial secara keliru mengaitkan vaksin Covid-19 dengan kasus hepatitis. Director of Clinical and Emerging Infections UKHSA, Meera Chand, mengatakan pemerintah sedang menyelidiki penyebab potensial lainnya secara menyeluruh.

"Kami terus mengingatkan orang tua untuk waspada terhadap tanda-tanda hepatitis," ungkap Chand, dikutip dari laman Express, Kamis (5/5/2022).

Sejumlah gejala pada anak yang perlu diwaspadai termasuk urine berwarna gelap, penyakit kuning, dan gatal-gatal pada kulit. Gejala lainnya, yakni nyeri otot dan sendi, suhu tinggi, merasa sakit, kelelahan sepanjang waktu, kehilangan selera makan, serta sakit perut.

Baca juga : IDAI: Hepatitis Akut Serang Anak di Bawah 16 Tahun, Ini Gejalanya

Meski orang tua perlu berhati-hati, Chand menyampaikan kabar baik bahwa kemungkinan anak-anak terkena hepatitis bentuk baru cenderung rendah. Hepatitis atau peradangan hati biasanya disebabkan oleh infeksi atau kerusakan hati. 

Sebelum 2022, diketahui ada tujuh jenis hepatitis. Kini, ada bentuk baru hepatitis yang menyebar dengan cepat di antara anak-anak. Para ilmuwan sedang mencoba mengidentifikasi penyebabnya.
 
Kasus hepatitis akut pada anak-anak tersebut dimulai di Skotlandia dan telah menyebar ke seluruh dunia. Sejauh ini, tercatat 145 kasus hepatitis yang tidak biasa telah terdeteksi di Britania Raya, dan 10 anak harus menjalani transplantasi hati akibat penyakit tersebut.  

Para ilmuwan dibingungkan oleh wabah tersebut dan belum menemukan akar penyebab dari setiap kasus. Teori yang paling populer adalah kasus hepatitis terkait dengan infeksi adenovirus.

Baca juga : 3 Anak Meninggal Diduga Hepatitis Akut, Kemenkes: Tunggu Hasil Lab Adenovirus-Hepatitis E

Pada anak-anak, infeksi itu menyebabkan gejala seperti pilek serta muntah dan diare. Meskipun vaksin Covid-19 telah dikesampingkan sebagai penyebab potensial, tidak demikian dengan virus corona. Studi skala kecil di Israel, India, Brasil, dan Amerika Serikat telah menemukan kasus hepatitis yang tidak biasa pada anak-anak yang sebelumnya dites positif Covid-19.

Akan tetapi, hasil penelitian dengan skala kecil itu ditentang oleh Profesor Anil Dhawan dari King's College London. Menurut dia, kesimpulan seperti itu tidak dapat ditarik.

"Karena jika Anda melihat jumlah pasien, hanya 16 persen yang dinyatakan positif Covid-19, dan itu (hepatitis) bukan gejala dari Covid-19," ujar Dhawan.

Baca juga : Disdik Kota Bogor Akan Koordinasi dengan Dinkes Antisipasi Hepatitis

Teori lain yang menghubungkan Covid-19 dengan wabah hepatitis adalah lockdown berskala nasional. Sebagian ilmuwan mengatakan lockdown mencegah anak-anak terpapar virus dan telah menghasilkan generasi anak-anak dengan sistem kekebalan yang lebih lemah.

Pakar dari Nottingham Trent University, Conor Meehan, menjelaskan bahwa paparan virus sebenarnya penting untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Paparan itu sebagian besar terjadi dalam lima tahun pertama kehidupan.

"Sebagian besar kasus yang kami lihat (ada) pada anak-anak di bawah lima tahun, jadi mereka pasti tidak memiliki paparan yang dimiliki anak-anak lain yang lebih tua," tutur Meehan.

Reaksi tidak biasa yang dialami anak-anak terhadap virus adalah sesuatu yang menurut Meehan dapat menandakan interaksi antara Covid-19 dan hepatitis. Namun, penyelidikan dan studi lebih lanjut diperlukan sebelum kesimpulan dapat diambil tentang penyebab wabah hepatitis tersebut.

 
Berita Terpopuler