Kemenkes: Anak-Anak yang Terkena Hepatitis Sebagian Besar tak Divaksinasi

Pakar duga ada peran varian baru Covid-19 dan gizi buruk anak-anak di hepatitis

Dok BNPB
Sekretaris Jenderal Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan vaksinasi Covid-19 bagi anak sudah terbukti memberikan perlindungan. Pernyataan ini menanggapi keterkaitan kasus Hepatitis akut di berbagai negara dengan pemberian vaksin Covid-19 pada anak.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan vaksinasi Covid-19 bagi anak sudah terbukti memberikan perlindungan. Pernyataan ini menanggapi keterkaitan kasus Hepatitis akut di berbagai negara dengan pemberian vaksin Covid-19 pada anak.

"Hipotesis efek samping pemberian vaksin Covid-19 tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19," ujar Nadia kepada Republika, Rabu (4/5/2022).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mayoritas anak yang menderita hepatitis akut tersebut berada di rentang usia di bawah lima tahun. Pada usia tersebut, anak-anak di banyak negara termasuk di Indonesia belum bisa mendapatan vaksin Covid-19.

Adapun, keterkaitan Hepatitis akut dengan vaksin Covid-19 lantaran adanya hipotesis yang menyatakan pada sebagian pasien hepatitis akut misterius ini ditemukan adenovirus 41. Diketahui, adenovirus juga menjadi salah satu platform pengembangan vaksin Covid-19.

Baca juga : Pemerintah Diminta Cepat Antisipasi Ancaman Hepatitis Misterius

Adenovirus adalah virus umum yang menyebabkan berbagai penyakit seperti pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia dan diare. Saat ini, para ahli masih menyelidiki adenovirus yang diduga kuat menjadi penyebab Hepatitis akut misterius tersebut.

Karena, sebagian ditemukan adanya adenovirus 41 pada kasus tersebut. Sebagian lainnya ditemukan SARS-CoV-2 dan dugaan lainnya dipicu berapa penyebab lain. Adenovirus tipe 41 ini belum pernah terkait dengan Hepatitis dan patogen umum ini biasanya dapat sembuh sendiri, bergantung kondisi kesehatan pasien.

Dikonfirmasi terpisah, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menduga, ada peran varian baru Covid-19 di balik penyebab hepatitis misterius ini. Karena, dari beberapa hipotesa dan diagnosis yang berbeda dari pada dokter, dan juga tim epidemiolog, penyebab salah satunya hepatitis akut mengarah pada Covid-19.

"Kami sampai saat ini belum bisa memastikan penyebab hepatitis misterius ini. Tapi, ada dugaan hepatitis misterius disebabkan oleh varian baru Covid-19 yang belum teridentifikasi," ujar Dicky kepada Republika, Rabu (4/5/2022).

Baca juga : Penjelasan IDI Terkait Hepatitis Akut 'Misterius'

Dugaan ini lantaran pada kejadian Hepatitis misterius, organ yang diserang adalah liver dan anak-anak menjadi sasaran utama varian tersebut. Anak-anak menjadi rentan terinfeksi hepatitis misterius juga karena imunitas mereka mungkin buruk, status gizinya pun buruk, atau memiliki komorbid serius.

"Ingat, Long Covid-19 itu yang banyak dilaporkan juga soal Hepatitis," kata Dicky.

Oleh karena itu, perlu dilakukan mitigasi dan segera gencarkan vaksinasi anak, termasuk booster. Bagi anak di bawah usia lima tahun, meskipun belum ada vaksin Covid-19 yang eligible, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Salah satunya memastikan anak-anak ketika masuk sekolah, orang dewasa yang tinggal bersama anak usia di bawah lima tahun harus sudah mendapatkan booster. Karena, orang dewasa menjadi pelindung efektif untuk sementara waktu, sambil menunggu vaksin yang eligible bagi anak-anak bawah lima tahun.

Selain itu, perlu penguatan protokol kesehatan, infrastruktur, ventilasi, dan sirkulasi udara, apalagi di dalam konteks mudik dan arus balik. Anak-anak juga harus dipastikan pergi dengan orang-orang yang memang sudah memiliki imunitas. Tidak harus tiga dosis, setidaknya dua dosis atau dalam kondisi ketaatan prokes yang cukup.

Baca juga : Pakar: Tidak Perlu Panik dengan Penetapan Hepatitis Jadi KLB

"Sembari tingkatkan deteksi dan surveilans ini. Hepatitis ada surveilans-nya, dan juga artinya kewaspadaan di unit kesehatan," jelas Dicky.

Ia pun mengingatkan hal ini berlaku tidak hanya pada anak-anak, namun juga pada dewasa muda dan orang lanjut usia. "Karena, bila berbicara tentang Long Covid-19 memang pasca-infeksi tidak mesti lama, masa akutnya dan mediumnya menjadi harus ditingkatkan pemantauannya, sehingga bisa melakukan respons yang tepat dan cepat," tegas Dicky.

 
Berita Terpopuler