MUI, Menteri, hingga Anggota DPR Kritik Pandangan Tulisan Rektor ITK

Tulisan Rektor ITK dinilai mengandung unsur islamofobia.

itk.ac.id
MUI, Menteri, hingga Anggota DPR Kritik Pandangan Tulisan Rektor ITK. Foto: Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan Budi Santosa Purwakartiko
Rep: Amri Amrullah Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai kritik dan tanggapan negatif keluar menanggapi tulisan rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan Budi Santoso Purwokartiko yang ditafsirkan mengandung diskriminasi, ujaran kebencian dan menyinggung SARA.

Baca Juga

Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Muhammad Cholil Nafis menyebut pandangan Budi Santoso Purwokartiko yang tertuang dalam tulisannya di media sosial, tidak mencerminkan sosok akademisi dan guru besar.

“Harus diberi tindakan dan diberi pelajaran orang semacam ini. Tak layak dengan gelar akademik guru besar dan penyeleksi beasiswa LPDP yang uangnya berasal dari rakyat. Dia Terjangkit penyakit hasud dan primitif. Seharusnya dibersihkan perguruan tinggi dari orang rasis itu,” kata Cholil Nafis, Ahad (1/5/2022).

Ia menyebut, seharusnya Budi Santoso mundur sebagai rektor karena memiliki pandangan yang sempit dan diskriminatif seperti itu. Dan apa yang disampaikan oleh Budi Santoso itu, menurut dia, sudah mengarah kepada kebencian terhadap Islam atau Islamophobia, yang mana di dunia internasional sikap seperti itupun dikecam oleh PBB.

"PBB sudah menyatakan perang terhadap Islamophobia dan MUI sependapat," tegasnya.

Cholil Nafis mengungkapkan pengalamannya pernah menjadi viewer LPDP 2 tahun ada panduan wawancaranya. Sedangkan apa yang disampaikan Budi Santoso ini bisa masuk dalam kategori pelanggaran etika yang harus mendapatkan tindakan karena ia sedang bekerja untuk pemerintah dan bangsa.

"Bagi kaum terpelajar pelanggaran etika itu hal yang berat," kata dia.

Kritik yang sama juga disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam), Mahfud MD. Dalam twit-nya di akun media sosial, Mahfud menyindir tuduhan Rektor ITK Budi Santoso soal pakaian islami dan kerudung yang dikaitkan dengan manusia gurun.

"Pakaian yang Islami itu adalah niat menutup aurat dan sopan; modelnya bisa beragam dan tak harus pakai cadar atau gamis. Model pakaian adalah produk budaya. Maka itu menuduh orang pakai penutup kepala seperti jilbab ala Indonesia, Melayu, Jawa, dll sebagai manusia gurun adalah salah besar," tulis Mahfud.

Mahfud menegaskan sejak tahun 1990-an banyak sekali profesor di kampus besar seperti UI, ITB, UGM, IPB yang tadinya tidak berjilbab menjadi berjilbab. Mereka orang-orang pandai tapi toleran, meramu keislaman dan keindonesiaan dalam nasionalisme yang ramah.

"Memuji sebagai mahasiswa/mahasiswi hebat hanya karena mereka tidak memakai kata-kata agamis, 'Insyaallah, qadarallah, sebagaimana ditulis oleh Rektor ITK itu juga tidak bijaksana. Itu adalah kata-kata yang baik bagi orang beriman, sama dengan ucapan Puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah, dll," terangnya.

Sedangkan Anggota DPR yang juga Ketua Badan dan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon menyebut Rektor ITK Budi Santoso Purwokartiko itu sudah terpapar Islamophobia. Sebab apa yang ia sampaikan semuanya tidak benar, hanya berisi kebencian terhadap Islam.

"Dia sudah terpapar Islamophobia," kata Fadli Zon terkait viralnya tulisan Budi Santoso saat menjadi Pewawancara Beasiswa LPDP yang menyinggung istilah Singgung Manusia Gurun.

Fadli Zon mengingatkan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, Direktorat Pendidikan Tinggi, dunia akademisi harus dibersihkan dari pandangan seperti Rektor ITK Balikpapan ini. Dalam istilah dia, dunia akademik harus dimerdekakan kembali.

"Dunia akademik harus dimerdekakan kembali. Benar sekali, Rektor seharusnya dipilih Senat Guru Besar," jelas Fadli Zon.

Untuk membersihkan dunia akademisi dari pandangan diskriminasi, harus ada sikap independensi. Sebab akan sulit melaksanakan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bila dunia akademik terjajah.

"Itulah cara mudah agar 'kampus merdeka'," katanya.

Sebelumnya Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko membuat gaduh dengan menulis status di media sosial pada 27 April 2022, hingga viral di media sosial (medsos). Tulisan Budi memicu kontroversi lantaran mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Budi secara terus terus menunjukkan sikap antiterhadap mahasiswa yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam, seperti insya Allah, barakallah, hingga qadarallah. Bahkan, ia tidak segan melabeli mahasiswa perempuan yang berjilbab.

"Tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun," demikian salah satu status guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut yang viral dikutip di Jakarta, Sabtu (30/4/2022).

 

 

 

Berikut tulisan lengkap Budi yang membuat gaduh:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa.

Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3,5. Bahkan beberapa 3,8 dan 3,9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8,5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa.

Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi; apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: inshaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi 

posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan, dari 16 yang saya wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek.

Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita karya teknologi.

Saya hanya berharap mereka tidak masuk dalam lingkungan yang membuat hal yang mudah menjadi sulit.

 
Berita Terpopuler