Makin Banyak Wanita Muslim Jadi Pemengaruh di Amerika Latin

Pemengaruh Muslim di Amerika Latin memperkenalkan dan menjelaskan Islam.

Arab News
Seorang influencer atau pemengaruh di Meksiko, Nallely Khan. Makin Banyak Wanita Muslim Jadi Pemengaruh di Amerika Latin
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Semakin banyak wanita Muslim di Amerika Latin yang kini menjadi Influencer Online. Degan jutaan kali tayang, video wanita Muslim Amerika Latin yang berbicara tentang keyakinan mereka dan menunjukkan kehidupan pribadi mereka telah menjadi semakin umum di media sosial dalam beberapa tahun terakhir. 

Baca Juga

Diantara yang berhasil dalam memanfaatkan perkembangan digital adalah Mariam Chami. Ia adalah Influencer sekaligus ahli gizi berusia 31 tahun dari kota Sao Paulo, Brasil. Ayahnya berasal dari Lebanon dan Ibunya dari Brasil yang menjadi mualaf.  Chami mendapatkan pendidikan di sekolah Muslim, dan ia pun merasakan tantangan mengenakan jilbab di negara mayiritas Katolik. 

“Pada awalnya, saya membuat video untuk gadis-gadis Muslim yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang agama. Tapi kemudian saya mulai memproduksi konten dengan tujuan menjelaskan Islam dan mengurangi prasangka yang dimiliki orang Brasil terhadap Muslim," kata Chami seperti dilansir Arab News pada Sabtu (30/4/2022).

Ia telah diikuti 1,1 juta orang di TikTok. Chami membahas topik kontroversial seperti burkini yang mencapai 900 ribu kali tayang. Atau tentang  saudara iparnya yang juga muslim tapi tidak memakai hijab. Menariknya Chami melakukan semua itu dengan humor.

“Saya didukungan oleh komunitas saya dan oleh para pemimpin agama. Mengingat saya menjangkau banyak orang, saya bersama dengan influencer Muslim lainnya memerangi intoleransi agama dengan pekerjaan saya, dan membuat lebih banyak orang mengagumi agama kami," katanya.

Salah satu perhatian Chami adalah untuk menunjukkan bahwa perempuan Muslim bukanlah korban tertindas laki-laki, sesuatu yang muncul di benak banyak orang Amerika Latin ketika mereka melihat seorang perempuan berhijab. Sebab menurunya gerakan feminis di Brasil masih memupuk prasangka semacam itu.

“Saya percaya feminisme itu selektif. Ini memperjuangkan hak seorang wanita untuk menjadi apa pun yang dia inginkan, tetapi jika dia memutuskan untuk menjadi Muslim dan mengenakan pakaiannya (Islam), dia dikesampingkan dan ditindas oleh wanita (feminis) itu,” tambahnya.

Pengacara Kolombia dan influencer digital Amira Ubaida Sanchez juga mencoba dalam videonya untuk mengatasi kesalahpahaman paling umum tentang wanita Muslim di negaranya.

“Saya dan saudara perempuan saya belajar hukum bersama. Melihat kami berhijab, orang-orang di universitas akan sering bertanya kepada kami, dengan ekspresi terkejut, jika kami sebagai wanita Muslim diizinkan untuk belajar, ”katanya.

Sebagai pengacara, wanita berusia 24 tahun ini biasanya mewakili wanita Kristen Kolombia yang telah ditinggalkan oleh pasangannya dengan anak-anak mereka dan tidak memiliki uang.

Ubaida Sanchez adalah putri seorang pria Kolombia yang masuk Islam 40 tahun lalu dan menjadi pemimpin Muslim di Bogota. Dia menerima pendidikan agama dan sekarang dia menggunakannya untuk menyampaikan pesan-pesan yang kompleks dalam video berdurasi dua menit. Akun Tiktoknya @conelvelo telah memiliki 43.600 pengikut. 

"Saya tidak pernah menyuruh putri saya melakukan ini atau itu. Amira memutuskan sendiri untuk berbicara tentang Islam, yang dia lakukan dengan kompetensi tinggi. Saya tidak bisa lebih bangga lagi," kata ayahnya, Imam Carlos Sanchez.

Membuat Islam dikenal di Amerika Latin bukanlah tugas yang mudah. Sampai akhir abad ke-20, Katolik adalah agama resmi di negara-negara seperti Kolombia. Perbedaan budaya juga memperumit pemahaman orang Amerika Latin tentang konsep-konsep Islam. Karena itulah Amira selalu menggunakan bahasa lugas dan memasukkan unsur lucu dalam videonya.

“Banyak orang ingin menyebarkan Islam di Amerika Latin, tetapi mereka berbicara tentang sunnah dan hadits, dan tidak ada yang tahu apa arti kata-kata itu di sini,” katanya.

Nallely Khan, seorang Meksiko berusia 30 tahun yang tinggal bersama suaminya yang Muslim di India, mengatakan tidak mudah untuk menangani isu-isu Islam di internet untuk audiens Amerika Latin.

“Tujuan saya bukan untuk membahas Islam, tetapi untuk menunjukkan cara hidup yang kita miliki, kehidupan kita sehari-hari. Terkadang saya harus menjelaskan masalah agama, dan orang Amerika Latin mungkin tidak setuju. “Beberapa orang tidak menyukai Islam," katanya.

 

Khan lahir dalam keluarga Katolik tetapi kemudian masuk Islam saat remaja. Dia mengatakan sulit menemukan materi tentang itu di Meksiko, tetapi sekarang Khan dan Muslim lainnya memiliki banyak organisasi yang bekerja untuk penyebaran Islam di negara itu.

Saluran YouTube-nya Nana India Vlogs memiliki 147 ribu pelanggan. Dia menggambarkan hidupnya di India bersama keluarganya, dengan fokus pada perbedaan budaya dengan Meksiko. Namun dimensi keislaman bisa dilihat di banyak videonya. 

Video paling populer sampai sekarang adalah serial "India dan kisah cintaku," di mana dia menggambarkan bagaimana dia masuk Islam, bagaimana dia bertemu suaminya, dan bagaimana dia menemukan bahwa dia memiliki istri pertama hanya setelah pernikahan mereka (wanita itu akhirnya menceraikannya). Ketiga video tersebut telah ditonton lebih dari 2,5 juta kali. 

“Saya tidak menganggap diri saya sebagai influencer karena saya tahu saya bukan orang yang sempurna. Saya selalu berusaha menjadi Muslim yang lebih baik. Saya hanya berharap untuk terus menunjukkan hidup saya, keluarga saya, dan fakta bahwa Muslim menjalani kehidupan normal," katanya. 

Menurut Arely Medina, seorang profesor ilmu sosial yang mengkhususkan diri dalam Islam di Amerika Latin di Universitas Guadalajara di Meksiko mengatakan kemunculan perempuan Muslim sebagai influencer digital di wilayah tersebut adalah bagian dari strategi kehadiran di ruang publik.

“Seiring waktu, wanita mengembangkan cara berbeda untuk membuat diri mereka terlihat di jalan. Dengan cara ini, orang akan mengenal mereka dan melihat bahwa mereka bukan wanita yang tertindas hanya karena agama mereka. Dinamika yang sama terjadi sekarang secara online. Tentu saja penonton dapat menstigmatisasi mereka, tetapi saya pikir sebagian besar penonton mencari video seperti itu dengan rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar,” kata Medina.

Medina mengatakan internet telah menjadi alat fundamental bagi kaum muda yang tertarik dengan Islam di Meksiko dan negara-negara Amerika Latin lainnya yang hingga saat ini tidak memiliki komunitas Muslim yang besar. 

"Dua puluh tahun yang lalu, banyak anak muda yang ingin belajar tentang Islam hanya dapat melakukannya dengan mengobrol dengan Muslim dari negara lain dan mencari konten online tentang itu. Beberapa bahkan akan masuk Islam dengan cara ini, dengan bantuan Muslim melalui telepon atau obrolan online. Sekarang, wanita yang menemukan Islam dengan bantuan internet menggunakannya untuk berbicara tentang Islam kepada khalayak luas," katanya.

 
Berita Terpopuler