Euforia Mudik dan Harapan Transisi ke Fase Endemi Covid-19

Euforia mudik tahun ini salah satunya bisa dipotret dari suasana di Stasiun Bandung.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah calon penumpang berjalan menuju Kereta Api (KA) Pasundan di Stasiun Kiaracondong, Kota Bandung, Rabu (27/4/2022). PT KAI Daop 2 Bandung mencatat pada H-5 menjelang Idul Fitri 1443 H jumlah penumpang yang berangkat dari Stasiun Kiaracondong menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur sebanyak 3.200 penumpang. Foto: Republika/Abdan Syakura
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dea Alvi Soraya, Dian Fath Risalah, Rr Laeny Sulistyawati

Baca Juga

Tepat pukul 15.30, kereta Argo Parahyangan yang membawa Citra (25 tahun) bersama keluarga kecilnya baru saja tiba di Stasiun Bandung. Begitu kereta merapat ke peron, ratusan penumpang mulai memenuhi stasiun beriringan dengan puluhan porter tengah membantu membawa barang maupun yang masih mencoba menjajakan jasa mereka. 

Meski harus berdesak-desakan dan menghabiskan berjam-jam di perjalanan, raut lega meski disertai garis-garis lelah terlihat jelas di wajah-wajah para pemudik, termasuk Citra dan keluarga kecilnya. 

Wanita yang selama beberapa tahun belakangan menetap di Bekasi ini mengaku sangat senang dapat kembali ke kampung halaman. Dia mengatakan, ini merupakan perjalanan mudik pertamanya dengan menggunakan kereta. 

“Berangkat dari Bekasi jam 13.00 sampai Bandung 15.30, tadi di kereta rame banget, saya baru kali ini naik kereta sebelumnya biasanya pakai kendaraan pribadi,” kata Citra saat ditemui Republika di Stasiun Bandung, Kamis (28/4/2022). 

Dia mengatakan sengaja memilih menggunakan kereta untuk menghindari kemacetan, merujuk pada tingginya antusias warga untuk mudik setelah dua tahun berturut-turut dilarang. “Saya prediksi pasti macet banget, engga sanggup karena memang bawa anak kecil juga, umur 1,5 tahun. Jadi pakai kereta saja biar ngehindarin macet,” tuturnya. 

Meski baru pertama kali menggunakan moda transportasi publik, terlebih di masa mudik, Citra mengaku sangat menikmati perjalanannya. Menurutnya, dengan menggunakan transportasi publik, justru lebih menambah kehangatan suasana mudik yang selama ini sangat dirindukannya. 

“Anak aku kan juga baru pertama kali naik kereta, biasanya ke Bandung itu naik mobil pribadi. Tapi asik sih naik kereta, bisa ngerasain euforia mudik naik kendaraan umum karena kan biasanya kendaraan pribadi jadi engga bisa ngerasain rame sama riweuhnya cari tiket, seru sih,” ujarnya. 

Pendapat serupa juga diungkapkan Nurul. Ibu berusia 58 tahun ini yang akan mudik ke Surabaya ini mengatakan cukup merindukan suasana keramaian menjelang hari raya. Meski hampir setiap bulan bolak-balik Surabaya-Bandung, namun dia mengatakan hari ini adalah perjalanan teramainya. 

“Sudah sering naik kereta ke Surabaya, cuma hari ini paling ramai. Karena bulan-bulan kemarin kan masih sepi,” ujar Nurul. 

Nurul mengaku sengaja memilih menggunakan moda transportasi kereta api karena lebih nyaman dan dekat dengan rumahnya di Surabaya. Ibu yang telah puluhan tahun menetap di Cijerah, Kota Bandung ini mengatakan cukup menunggu momen-momen seperti ini, khususnya euforia arus mudik maupun arus balik. 

Sementara itu, Humas PT KAI Daop 2 Bandung, Kuswardojo mengatakan, hari ini (Kamis, 28 April 2022), Stasiun Bandung memberangkatkan 10.170 penumpang, dan menjadi jumlah pemberangkatan tertinggi dalam beberapa hari belakangan. 

“10.170 untuk penjualan tiket, hari ini paling tinggi. Kami prediksi untuk puncaknya tanggal 29-30 besok jadi kemungkinan dua hari besok itu kita bisa lebih dari hari ini,” kata Kuswardojo saat ditemui di Stasiun Bandung, Kamis (28/4/2022). 

Dia mengatakan, biasanya Stasiun Bandung akan menyiapkan rata-rata 11.000 kursi per hari, namun untuk keberangkatan Jumat (29/4/2022), Stasiun Bandung akan menyiapkan sekitar 11.700 kursi atau sekitar 22 kereta. Adapun destinasi perjalanan masih didominasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

“Biasanya hanya 18 kereta atau 19, nah besok itu ada 22 kereta yang diberangkatkan, jadi seat-nya kurang lebih 11.700 an, biasanya rata-rata 11.000,” ujarnya. 

“Tapi kalau dibandingkan masa sebelum pandemi, 2019 misalnya, tahun ini baru 54 persen saja. Jadi belum normal. Tapi kalau hari ini pencapaiannya 67 persen dibandingkan 2019 jadi memang masih jauh sekali,” sambungnya

 

Banyaknya penumpang yang hilir mudik di Stasiun Bandung menjadi pemandangan yang sebelumnya sangat dirindukan oleh Dadang. Pria asal Cicalengka yang sudah 30 tahun mengabdikan diri sebagai pramubarang atau biasa disebut porter di Stasiun Bandung ini mengaku sangat bersyukur dengan adanya perizinan mudik tahun ini. 

“Alhamdulillah setelah dua tahun berhenti, porter juga tidak bisa beraktivitas, sekarang Alhamdulillah bersyukur sudah bisa aktif kembali,” kata Kordinator Porter Stasiun Bandung ini. 

Jumlah penumpang Stasiun Bandung, kata Dadang, meningkat cukup drastis, bahkan tiket keberangkatan beberapa tujuan seperti Jakarta, Surabaya dan Malang sudah ludes terjual. Kepadatan, kata dia, juga sudah terlihat dari pukul 15.00 WIB hingga 20.30 WIB, dan akan terus meningkat di hari-hari puncak mudik. 

Kepadatan ini tentu akan menjadi angin segar bagi Dadang dan 66 porter Stasiun Bandung yang memang selama dua tahun terakhir harus menganggur, imbas aturan pembatasan perjalanan. Selama dua tahun terakhir, Dadang dan puluhan porter lainnya terpaksa membanting stir dan bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

“Alhamdulillah hari ini (28/4) saya tadi dari jam 09.00 sudah dapat empat jalan. Alhamdulillah. Kalau Rp 20 ribu perorang berarti bisa dapat Rp 80 ribu. Tarif memang ditentukan penumpang, kita tidak tarifkan,” kata dia. 

Saat awal pandemi, Dadang mengaku sempat bekerja sebagai buruh panggilan, dan ini hampir dirasakan oleh sebagian besar porter Stasiun Bandung. Oleh karenanya, saat pemerintah memutuskan untuk membuka kembali akses mudik, dia dan seluruh porter mengaku sangat bersyukur karena dapat kembali beraktivitas sebagaimana mestinya. 

Meski stasiun telah kembali ramai, namun menurut Dadang jumlah ini masih lebih sedikit jika dibandingkan masa-masa sebelum pandemi khususnya saat arus mudik. Selama pandemi, dalam sehari, Dadang mengaku hanya dapat melayani dua hingga tiga penumpang saja, ini cukup jauh jika dibandingkan sebelum pandemi, dimana dia bisa melayani hingga lima penumpang dalam sehari.  

“Kalau tidak pandemi sebenarnya lumayan, bisa sampai lima jalan, kalau sekarang porter masuk semua, tapi penumpang tidak terlalu banyak, dan sedikit yang nyuruh (pakai jasa Porter), kita kan tidak maksa tidak ada target atau tarif juga,” keluhnya.

Untuk memastikan agar seluruh porter mendapatkan kesempatan mendulang rejeki yang sama, Dadang sengaja membagi seluruh porter menjadi dua bagian, dimana masing-masing porter diberikan jatah waktu sehari untuk menjajakan jasanya. 

“Jadi biar rata, kita atur shift-nya. Jadi ada tim merah dan hijau, bergantian setiap 24 jam,” kata dia. 

 

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, momentum mudik tahun ini bisa jadi penentu apakah Indonesia bisa bertransisi ke status endemi. Syaratnya, program mudik tahun ini sukses serta kasus Covid-19 tidak meningkat pascalibur Lebaran.

“Kalau mudik ini nanti sukses dalam arti perjalanannya tidak banyak kendala apalagi Covid tidak meningkat. Maka kita punya rasa kepercayaan diri untuk menuju endemi. Marilah kita support ramai-ramai mudik tahun ini sebagai momentum untuk Indonesia bangkit menuju sisa endemis,” kata Muhadjir saat melepas keberangkatan 686 bus program Mudik Gratis Angkutan Lebaran 2022 di Terminal Jatijajar Depok, Kamis (28/4/2022).

Sementara itu, guna menunjang program mudik gratis untuk masyarakat, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta kepada seluruh Kementrian dan Lembaga (K/L) baik badan yang ada di BUMN, Swasta dan Ormas agar dapat memberikan tambahan fasilitas bus gratis.

“Kita mohon kepada para K/L, kalau tidak bisa memberikan 10 bus, minimal dua bus aja untuk menambah angkutan mudik gratis, karena K/L itu ada hampir 100 lebih,” ujar Menhub. 

Ia mengatakan, saat ini daya beli masyarakat belum maksimal sehingga ketersediaan bus gratis sangat dibutuhkan. Untuk itu pihaknya berencana akan mengirim surat bersama Polri untuk meminta bus tambahan kepada K/L.

“Saya berharap tambahan bus mudik ini bisa dilaksanakan. Karena permintaannya masih banyak namun suplai nya tidak ada. Bahkan tadinya diharapkan bus yang dari daerah bisa balik lagi ke Jakarta untuk mengambil penumpang,” jelas Budi.

Adapun sebanyak 686 bus angkutan lebaran dan 64 truk yang mengangkut 2.000 kendaraan bermotor telah diberangkatkan pada mudik gratis ini. 

“Untuk tahun 2022, bus hanya diberangkatkan ke 22 Kota yang tersebar di Jawa tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Karena terkendala anggaran 2022, jadi kita tidak menyelenggarakan mudik ke arah Sumatera,” tutup Budi.

Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen TNI Suharyanto berpesan para pemudik yang akan pulang ke kampung halaman supaya hati-hati. Pemudik juga diimbau supaya tidak tergesa-gesa ketika pulang kampung karena masa libur dan cuti lebaran 2022 masih panjang.

Berdasarkan pemantauan awal, pihaknya menilai penyeberangan Merak-Bakauheni masih tergolong lancar dan lengang. 

"Kendati demikian, kami mendapati jalur Jawa sudah mulai padat. Oleh karena itu, kami imbau para pemudik ketika perjalanan pulang harus tetap waspada dan hati-hati," ujarnya saat pemaparan konferensi virtual BNPB, Kamis (28/4/2022) petang.

Menurut Suharyanto, jangan sampai keinginan bertemu keluarga dan handai taulan malah berujung pada kesusahan karena pemudik tidak hati-hati dan waspada. Sehingga, BNPB berpesan pemudik tidak perlu terburu-buru. Ia meminta calon pemudik terlebih dahulu melihat kondisi lalu lintas, tidak perlu ingin terlebih dahulu berangkat pulang. 

"Karena kalau nanti mengakibatkan kemacetan maka nanti (waktu perjalanan) sampai tujuan juga panjang. Kembalinya juga jangan hari terakhir karena nanti pasti timbul kemacetan," katanya.

Ia mewanti-wanti masyarakat melaksanakan mudik dengan sebaik-baiknya, nikmati waktu libur dengan efektif dan efisien. Selain itu, tetap jaga kesehatan. 

"Ingat, pandemi Covid-19 meski angkanya sudah relatif menurun tetapi bukan berarti itu hilang dari kehidupan kita," ujarnya.

Ia mengingatkan, ancaman Covid-19 masih ada. Karena itu protokol kesehatan harus diterapkan dimanapun. Artinya memakai masker, jaga kebersihan, cuci tangan sudah harga mati. 

"BNPB dan seluruh pemerintah yang hadir tetap mendoakan semoga masyarakat yang mudik mencapai tujuan, tetap sehat, tetap selamat, dan selalu dalam lindungan Tuhan, dan Allah SWT," katanya.

 

 
Berita Terpopuler