Berat Badan Berlebih Tingkatkan Risiko Kanker Rahim Hampir Dua Kali Lipat

Salah satu faktor yang pengaruhi risiko kanker rahim ialah berat badan.

www.freepik.com
Usaha menurunkan berat badan (ilustrasi). Hubungan antara obesitas dan kanker rahim sudah diketahui dengan cukup baik.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker rahim merupakan jenis kanker keempat terbanyak pada perempuan. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi risiko perempuan terhadap kanker rahim adalah berat badan.

Berat badan berlebih bisa meningkatkan risiko kanker rahim hingga hampir dua kali lipat lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui sebuah studi yang dibiayai oleh Cancer Research UK.

Ada sekitar 120 ribu perempuan dari Australia, Belgia, Jerman, Polandia, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat yang terlibat sebagai partisipan dalam studi ini. Sebanyak 13 ribu partisipanperempuan mengidap kanker endometrium, yaitu kanker yang menyerang lapisan bagian dalam rahim.

Hasil studi menunjukkan bahwa setiap kelebihan lima poin indeks massa tubuh (IMT) yang dimiliki prempuan akan ada peningkatan risiko kanker rahim sebesar 88 persen. Contoh dari kelebihan 5 poin IMT adalah perempuan dengan tinggi badan sekitar 165 cm memiliki kelebihan berat badan sebanyak 12 kg.

"Hubungan antara obesitas dan kanker rahim sudah diketahui dengan cukup baik, namun ini merupakan salah satu studi terbesar yang meneliti seperti apa mekanismenya dalam tingkat molekul," ujar ketua tim peneliti Emma Hazelwood, seperti dikutip dari laman Express, Rabu (27/4/2022).

Cancer Research UK mengungkapkan bahwa ada satu gejala kanker rahim paling umum yang patut diwaspadai perempuan. Gejala tersebut adalah perdarahan abnormal dari vagina.

"Terutama bila terjadi pada perempuan yang sudah berhenti mengalami menstruasi," jelas Cancer Research UK.

Baca Juga

Setidaknya, ada tiga perdarahan melalui vagina yang bisa dianggap tidak normal. Ketiga perdarahan tersebut adalah perdarahan yang terjadi setelah menopause, perdarahan yang lebih berat dari biasanya atau terjadi di antara dua siklus menstruasi, serta adanya semacam cairan keputihan yang terlihat berwarna merah muda dan cair atau berwarna gelap dan berbau tidak sedap.

Perlu dipahami bahwa ada atau tidaknya faktor risiko bukan menjadi penentu mutlak apakah wanita akan mengalami kanker atau tidak. Terlepas dari itu, penting bagi wanita untuk bisa mengenali faktor risiko yang mereka miliki agar bisa lebih mewaspadai kesehatan diri dan melakukan beragam upaya pencegahan yang dapat dilakukan.

Selain berat badan berlebih, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat membuat wanita lebih berisiko terhadap kanker. Faktor-faktor risiko tersebut adalah usia, kadar estrogen yang lebih tinggi, riwayat menjalani terapi pengganti hormon, penggunaan tamoxifen, mengidap diabetes, lapisan rahim menebal, mengidap sindrom ovarium polikistik, riwayat menstruasi, dan riwayat keluarga.

 
Berita Terpopuler