Perusahaan Pertahanan Jerman Minta Persetujuan Ekspor Kendaraan Tempur ke Ukraina

Ini akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina.

Departemen Pertahanan Australia
Perusahaan pertahanan Jerman, Rheinmetall telah meminta persetujuan untuk mengekspor 100 kendaraan tempur infanteri, Marder ke Ukraina. Sebuah sumber pertahanan mengatakan, ini akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Perusahaan pertahanan Jerman, Rheinmetall meminta persetujuan untuk mengekspor 100 kendaraan tempur infanteri, Marder ke Ukraina. Sebuah sumber pertahanan mengatakan, ini akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina.

Perusahaan Rheinmetall sedang mencari lisensi ekspor untuk kendaraan tempur tersebut, sebelum mengirimkannya ke Ukraina. Langkah Rheinmetall memaksa Kanselir Olaf Scholz mengambil posisi yang jelas tentang apakah senjata berat dapat dikirim langsung dari Jerman ke Ukraina. Sebab, kesepakatan ekspor kendaraan tempur Marder memerlukan persetujuan dari dewan keamanan nasional, yang dikepalai oleh Scholz. Seorang juru bicara Rheinmetall menolak berkomentar mengenai rencana ekspor tersebut.

Scholz menghadapi kritik yang berkembang di dalam dan luar negeri, karena keengganannya mengirimkan senjata berat seperti tank dan howitzer ke Ukraina. Permintaan Ukraina untuk senjata berat telah meningkat sejak Moskow mengalihkan serangannya ke wilayah Donbas di Ukraina timur. Pertempuran di wilayah timur dianggap lebih cocok menggunakan tank daripada daerah lainnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, sangat penting bagi Ukraina mendapatkan lebih banyak senjata. Zelenskyy mengatakan, pasokan senjata berat penting bagi Ukraina untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.

"Segera setelah kami memiliki (lebih banyak senjata), percayalah, kami akan segera merebut kembali wilayah ini atau wilayah yang untuk sementara diduduki," ujar Zelenskyy.

Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) menjanjikan bantuan baru kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy senilai ratusan juta dolar. Tambahan bantuan ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, ketika bertemu Zelenskyy di Kiev, Ahad (24/4).

Dalam pertemuan tersebut, Amerika Serikat telah menyetujui penjualan amunisi senilai 165 juta dolar AS, bersama dengan pembiayaan militer asing senilai lebih dari 300 juta dolar AS.

Amerika Serikat menjanjikan bantuan ketika Rusia meningkatkan serangan di wilayah Ukraina timur. Ukraina menekan Barat untuk memberikan bantuan senjata yang lebih kuat, agar dapat melawan kampanye Rusia di wilayah Donbas di Ukraina timur. Pasukan Moskow telah mengklaim kemenangan dan menduduki Kota Mariupol.

Sejak gagal merebut Kiev, Rusia bertujuan untuk mendapatkan kendali penuh atas Donbas, yang merupakan jantung industri di Ukraina timur. Rusia telah mengumpulkan kembali pasukan yang bertempur di sekitar Kiev dan di utara Ukraina. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, pasukan Ukraina telah menangkis banyak serangan dalam seminggu terakhir dan menimbulkan kerugian yang signifikan pada pasukan Rusia.

Di selatan Donbas, tepatnya di kota pelabuhan strategis Mariupol, pasukan Ukraina terus bertahan melawan pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal. Pasukan Ukraina menolak untuk menyerah kepada Rusia.

Mariupol telah mengalami pertempuran sengit sejak awal perang karena lokasinya di Laut Azov. Jatuhnya Mariupol akan membuat Ukraina kehilangan pelabuhan vital, dan memungkinkan Moskow untuk membangun koridor darat ke Semenanjung Krimea.

 
Berita Terpopuler