Dorong Inovasi, Ketum ICMI Ingatkan Makna Al-Badi dalam Asmaul Husna

Umat Muslim memiliki dorongan yang besar untuk terus bergerak membuat lompatan besar.

Prayogi/Republika.
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Arif Satria memberikan sambutan dalam acara Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat ICMI Periode 2021-2026 dan Rapat Kerja Nasional ICMI di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/1/2022). Acara yang dilaksanakan secara daring dan luring tersebut mengusung tema Transformasi ICMI Menuju Indonesia Emas 2045.Prayogi/Republika
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Arif Satria mengingatkan, umat Muslim memiliki dorongan yang besar untuk terus bergerak membuat lompatan besar. Sebab, dia mengatakan, ada misi besar rahmatan lil alamin.

"Sehingga kalau dunia ini runtuh, dunia ini tidak beradab, itu tanggung jawab umat Islam. Tanggung jawab kita semua karena kita tidak menjalanakan fungsi kholifah fil ardh dengan baik," kata dia saat menghadiri acara Dinamiku Darul Hikam bertajuk 'Program dan Agenda Umat Islam Menuju Indonesia Emas 2045', di Bandung, Ahad (24/4/2022).

Arif juga mengajak untuk menggunakan sains dan teknologi terbaru yang bisa mendukung penciptaan sesuatu yang baru. Masa depan memang tidak ada yang tahu apa yang terjadi, kecuali orang-orang yang menciptakan masa depan di saat ini.

"Karena kita mau menciptakan masa depan hari ini, maka itulah tugas creativity, future practice, sesuatu yang baru seperti sifat salah satu asmaul husna," ucapnya.

Dalam asmaul husna, terang Arif, ada sifat Allah SWT bernama al-Badi yang memiliki makna berbeda dengan kholiq. Keduanya memang memiliki arti menciptakan langit dan bumi. Namun, al-Badi berarti menciptakan langit dan bumi sebagai sesuatu yang baru dan belum pernah ada.

"Itu sifat Allah SWT. Menciptakan sesuatu yang baru dan belum pernah ada. Inovator. Karena itu, ciri-ciri asmaul husna ini harus terus kita ikuti dan dalami. Kita dorong diri kita untuk menjadi inovator, seseorang yang menciptakan sesuatu yang baru," ujarnya.


Baca Juga

Arif pun mencontohkan perguruan tinggi swasta yang kini sukses. Beberapa di antaranya perguruan tinggi yang dulunya adalah kursus komputer. Misalnya Universitas Gunadarma, BINUS, dan Amikom.

"Sekarang mereka tumbuh cepat sekali luar biasa, karena mereka punya mimpi yang besar. Sekarang bisa mengalahkan perguruan tinggi swasta lain yang sudah lama, bahkan mereka sudah mengalahkan (universitas) negeri. Ini karena punya mimpi dan mindset masa depan," paparnya.

Arif juga mengingatkan, faktor kesuksesan pertama adalah kejujuran. Karena itu, bila masyarakat memiliki sifat jujur dan berintegritas, tentu Indonesia ini akan menjadi bangsa yang besar. Dia menekankan, untuk memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan pola pikir, pondasi utamanya ialah karakter.

"Karena kejujuran itu yang nomor satu. Kesalehan individual itu harus kita transformasikan ke dalam kesalehan institusional, tidak sekadar kesalehan sosial. Sistem kesalehan institusional harus diciptakan dan ini tugas kita bersama dengan memulai langkah optimis dan kita bisa melakukan lompatan-lompatan teknologi," tuturnya.

 
Berita Terpopuler