Ketika Orang Saleh Jalani Ramadhan

Kelompok alim ulama merupakan sumber keteladanan bagi umat.

Pixabay
Ilustrasi Ramadhan
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok alim ulama merupakan sumber keteladanan bagi umat. Mulai dari zaman dahulu hingga kini, mereka bagaikan mata air yang menyejukkan. Tentu saja, suri teladan paripurna adalah Nabi Muhammad SAW. Darinya, memancar segala contoh kebaikan.

Berikut ini kisah orang-orang saleh dalam menghabiskan waktunya selama bulan suci Ramadhan.Seorang sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Umar, biasa berbuka puasa dengan anak-anak yatim dan kaum miskin. Begitu pentingnya berbuka puasa bersama-sama dengan mereka, sampai-sampai ia pernah menasihati keluarganya agar terus melanjutkan tradisi itu.

Di antara para sahabat, Ibnu Umar termasuk kaya raya. Harta dari perniagaannya yang sukses tidak membuatnya lupa diri. Justru, penghasilannya banyak dialokasikan untuk bersedekah. Mengenai kedermawanannya, Ayub bin Wail ar- Rasibi pernah memberikan kesaksian.Pada suatu hari bulan Ramadhan,tuturnya, Ibnu Umar mendapat kiriman harta senilai empat ribu keping dirham. Ada pula satu baju bagus di antara kiriman hadiah itu.

Yang mengherankan Ayub adalah, ternyata keesokan harinya ia berpapasan dengan Ibnu Umar. Sang sahabat Nabi justru berutang kepada seorang pedagang untuk bisa membeli pakan kudanya. Mengapa harus utang? Pakai saja dana yang kemarin diterimanya sebagai hadiah?

Karena penasaran, Ayub langsung datang menemui keluarga Ibnu Umar.Maka seorang penghuni rumah sang sahabat memberi tahu. Benar bahwa uang dalam jumlah banyak itu telah diterima Ibnu Umar. Namun, tidak semalam pun harta tersebut menginap di rumah ini.

Sebab, semua dirham itu sudah dibagi-bagikannya kepada kaum fakir dan miskin. Bahkan, Ibnu Umar juga memberikan baju indah yang diterimanya hari itu kepada orang papa. Saat kami tanyakan, ia menjawab sembari tersenyum, `Baju dan semua uang itu sudah saya sedekahkan,' kata seorang penghuni rumah Ibnu Umar.

Begitulah cara Ibnu Umar menjalani Ramadhan. Teladan yang juga memesona ditunjukkan seorang tabiin, yakni Qatadah as-Sadusi. Murid Imam Malik itu memiliki disabilitas pada kedua matanya. Walaupun buta, ahli hadis dari Kota Basrah ini tidak patah arang.

Baca Juga

Di luar Ramadhan, ia rutin mengkhatamkan Alquran sepekan sekali. Selama bulan suci, durasi khatamnya itu lebih pendek, yakni tiga hari sekali. Bahkan, saat 10 hari terakhir Ramadhan, sehari sekali ditamatkannya bacaan Alquran.

Kitabullah dan Ramadhan-- keduanya tak terpisahkan. Salafush shalihsangat menjaga interaksi mereka dengan Alquran tatkala bulan puasa. Ibnu Syihab az-Zuhri, misalnya. Ulama yang hafal 2.200 hadis itu tinggal di Syam. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, dialah alim terbesar di kawasan tersebut.

Pada hari-hari biasa, kesibukannya terpusat di masjid dan majelis-majelis ilmu. Di sepanjang Ramadhan, Ibnu Syihab total berkonsentrasi pada mengaji Alquran. Ditinggalkannya untuk sebulan penuh itu kegiatan di luar tadarus, semisal mengunjungi ulama atau membacakan hadis kepada murid.

Imam Syafii pun demikian. Rutinitas yang dijalaninya tidak lepas dari mengajar, menulis, dan ibadah mahdhah. Ar-Rabi pernah mengatakan, Imam Syafii selalu membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian.

Sepertiga pertama digunakannya untuk menulis. Sepertiga yang kedua dipakainya untuk shalat. Adapun yang terakhir untuk tidur.

Begitu memasuki bulan suci Ramadhan, kesehariannya lebih tercurah pada Alquran. Selama bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah itu, ia sering menamatkan bacaan Kitabullah. Bahkan, khatamnya itu sampai 60 kali selama Ramadhan. Caranya dengan mengkhatamkan satu kali tiap siang hari, lalu sekali lagi pada malam hari.Perhitungan itu masih meluarkan yang dibacanya dalam shalat.

Semoga kita semua diberi petunjuk dan hidayah oleh Allah Ta'ala agar dimampukan untuk mengikuti contoh mereka. Ramadhan bulan mulia. Janganlah momen luar biasa terlewati sia-sia.

 
Berita Terpopuler