AS Tunda Uji Coba Rudal Antarbenua Minuteman III

AS menyebut pembatalan uji coba rudal antarbenua Minuteman III hanya sementara.

(AFP/US Air Force/File, Joe Davila)
Rudal balistik antarbenua milik AS, Minuteman III. Uji coba Minuteman III akan dilanjutkan setelah situasi perang Rusia-Ukraina reda.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) telah membatalkan uji coba rudal balistik antarbenua, Minuteman III. Penundaan ini merupakan upaya untuk menurunkan ketegangan nuklir dengan Rusia selama perang di Ukraina.

Pentagon pertama kali mengumumkan penundaan uji coba pada 2 Maret, setelah Rusia mengatakan akan menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi. Washington mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko itu.

Baca Juga

Pentagon mengatakan, penundaan ini hanya sementara. Uji coba rudal antarbenua akan dilanjutkan jika situasi sudah mereda. Juru bicara Angkatan Udara, Ann Stefanek, mengatakan, uji coba Minuteman III berikutnya dijadwalkan berlangsung akhir tahun ini. 

"Angkatan Udara yakin dengan kesiapan kekuatan strategis Amerika Serikat," kata Stefanek.

Mengubah jadwal uji coba untuk kekuatan rudal antarbenua (ICBM) Amerika bisa menjadi kontroversial. Senator AS di Komite Angkatan Bersenjata Senat, Jim Inhofe, menyatakan kekecewaannya atas penundaan uji coba rudal antarbenua.

Inhofe mengatakan, penting bagi AS untuk memastikan penangkal nuklirnya tetap efektif. Sebaliknya, seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS), Jeffrey Lewis, menyebut, penundaan uji coba rudal ICBM bukan perkara besar.

"Ada nilai untuk melakukan tes, tetapi saya yakin bahwa melewatkan satu tes dalam skema besar bukan merupakan masalah yang sangat besar," kata Lewis, sembari menambahkan bahwa Minuteman III sangat andal.  

Minuteman III yang berkemampuan nuklir adalah bagian penting dari persenjataan strategis militer AS. Rudal ini memiliki jangkauan lebih dari 6.000 mil (9.600 km) dan dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan sekitar 15 ribu mil (24 ribu km) per jam.  

Pada Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa kekuatan nuklir negaranya harus disiagakan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat menyebabkan perang nuklir. 

Di sisi lain, para pejabat AS mengatakan, sejauh ini mereka tidak melihat alasan untuk mengubah tingkat siaga nuklir Washington. Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin.

 
Berita Terpopuler