Ramadhan Bulan Penuh Kasih Sayang

Sangat banyak bentuk kasih sayang Allah yang diberikan di bulan Ramadhan.

Antara/Makna Zaezar
Umat Islam melaksanakan shalat tarawih pertama di Masjid Darul Arqam, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (1/4/2022). Warga Muhammadiyah setempat menggelar shalat tarawih perdana pada Jumat (1/4) dan menjalani puasa pertama Ramadhan 1443 H pada Sabtu (2/4). Sementara itu pemerintah pusat telah menetapkan 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada hari Ahad (3/4).
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi menjelaskan, Ramadahan disebut juga sebagai syahrur rahmah atau bulan rahmat. Karena, menurut dia, di bulan suci ini Allah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan petunjuk bagi umat Islam.

Baca Juga

“Risalah ini dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat untuk seluruh semesta, untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia. Itu adalah rahmat yang luar biasa yang patut kita syukuri,” ujar Kiai Mahbub kepada Republika, Jumat (1/4/2022).

Menurut dia, memang sangat banyak bentuk kasih sayang Allah yang diberikan di bulan Ramadhan. Di antaranya adalah adalah pintu-pintu surga dibuka, pintu ampunan Allah terbuka lebar, dan banyak amalan-amalan yang lebih besar pahalanya pada bulan puasa.

“Misalnya bersedakah pahalanya lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan lain, begitu juga membaca Alquran. Jadi, pahalanya pun ditingkatkan dibandingkan bulan-bulan yang lain,” kata Kiai Mahbub.

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang. Dalam sebuah hadits juga disebutkan, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama”. Artinya, “Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR Abu Dawud dan Timidzi).

Kiai Mahbub menjelaskan, pada bulan puasa umat Islam sebenarnya juga diajarkan untuk meningkatkan kasih sayang. Saat berpuasa, menurut dia, umat Islam harus menahan syahwat perut mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

 

 

Dengan lapar dan haus sepanjang hari selama sebulan, diharapkan bisa tumbuh jiwa kasih sayang terhadap orang sekitar yang kurang beruntung. Kasih sayang kepada mereka akan menjadi mesin pendorong untuk bersimpati dan berempati dalam bentuk berbagi rezeki kepada sesama.

“Diharapkan dari sini kita bisa merasakan penderitaan orang-orang yang lemah. Dari sini, kemudian muncul kasih sayang kita kepada pihak-pihak yang lemah.  Itu bagian dari hikmah Allah SWT mewajibkan kita untuk melakukan ibadah puasa,” jelas Kiai Mahbub.

Rasulullah SAW juga mendorong umat Islam untuk berbagi, bersedekah, dengan memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa dengan menjanjikan pahala seperti orang yang berpuasa itu. “Pada bulan Ramadhan itu anjuran untuk bersedekah, untuk membantu pihak lain yang lemah itu diharapkan ditingkatkan lagi,” kata dia.

Selain itu, Kiai Mahbub juga berharap proses latihan untuk meningkatkan kasih sayang di bulan Ramadahan itu  juga bisa berdampak pada bulan-bulan setelahnya. Karena, menurut dia, salah satu indikator puasa yang diterima oleh Allah SWT adalah dengan menjadi pribadi yang lebih baik di bulan-bulan setelah Ramadhan.

“Diharapkan setelah Ramadhan itu kita juga menjadi lebih baik daripada sebleumnya, menjadi orang yang lebih perhatian kepada kelompok atau kalangan yang lemah, menjadi orang yang lebih menyayangi kepada orang-orang tertindas,” jelas Kiai Mahbub.

 
Berita Terpopuler