Vaksin Pfizer untuk Anak Kurang Efektif Lawan Omicron, Tapi ...

AS telah izinkan vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak berusia lima hingga 11 tahun.

AP/Achmad Ibrahim
Vaksin Covid-19 Pfizer. Meski kurang efektif lawan omicron, vaksin Covid-19 Pfizer tetap dapat melindungi anak-anak dari penyakit parah akibat infeksi omicron dan delta.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Pada Rabu (30/3/2022), New England Journal of Medicine menerbitkan laporan penelitian yang mengungkap bahwa vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech memberikan perlindungan yang lebih sedikit melawan varian omicron daripada strain delta pada anak-anak. Meski begitu, vaksin ini tetap dapat melindungi anak-anak dari penyakit parah akibat infeksi kedua varian.

Laporan tersebut menyatakan bahwa vaksinasi Covid-19 untuk anak berusia lima hingga 11 tahun mengurangi lebih dari dua pertiga risiko rawat inap selama lonjakan omicron dan melindungi dari perburukan kondisi. Para peneliti yang dipimpin Adrienne Randolph dari Boston Children's Hospital bersama bersama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan bahwa vaksinasi juga mengurangi rawat inap terkait Covid-19 pada remaja berusia 12 hingga 18 tahun dan sangat melindungi melawan penyakit parah.

Baca Juga

"Alasan seorang anak mendapatkan vaksin Covid-19 adalah untuk mencegah komplikasi parah infeksi SARS-CoV2, termasuk rawat inap," kata Randolph dalam rilis berita seperti dikutip dari laman Fox News, Jumat (1/4/2022).

Randolph mengatakan, bukti ini menunjukkan bahwa vaksinasi mengurangi risiko ini secara substansial pada anak berusia lima hingga 11 tahun. Sementara itu, vaksinasi memberikan remaja perlindungan yang lebih rendah terhadap omicron versus delta.

Menurut Randolph, vaksinasi dapat mencegah penyakit kritis dari kedua varian. Studi ini melihat data yang diperoleh dari 1.185 pasien mulai dari usia lima hingga 18 tahun yang positif Covid-19 dan dirawat di rumah sakit dan 1.627 pasien kontrol dengan usia yang sama yang tidak didiagnosis dengan Covid-19 di 31 rumah sakit anak di 23 negara bagian dari Juli 2021 hingga Februari 2022.

 

Para peneliti menemukan bahwa secara keseluruhan, 88 persen pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 ternyata tidak divaksinasi dan 25 persen memerlukan tindakan pendukung untuk tetap hidup. Mereka menggali lebih jauh dan menemukan bahwa 92 persen anak-anak usia lima hingga 11 tahun yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi Covid-19 karena belum mendapatkan vaksin.

Dari kelompok tersebut, 16 persen mengalami sakit kritis dan memerlukan intervensi pendukung kehidupan seperti intubasi. Dari kelompok ini, 90 persen tidak divaksinasi.

Di kelompok remaja berusia 12 hingga 18 tahun yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, sebanyak 87 persen belum divaksinasi. Studi tersebut mengatakan, 27 persen sakit kritis dan 93 persen dari mereka tidak divaksinasi.

"Dua anak meninggal dunia," kata rilis itu.

Menurut penelitian, dua dosis vaksin Pfizer adalah 68 persen efektif dalam mencegah rawat inap selama omicron di antara kelompok anak-anak berusia lima hingga 11 tahun. Para peneliti mengatakan dalam rilis bahwa karena kelompok usia ini baru saja memenuhi syarat untuk vaksin, mereka tidak dapat secara efisien menghitung jumlah penyakit kritis secara terpisah.

Penulis penelitian juga mengatakan bahwa pada kelompok usia 12 hingga 18 tahun, vaksinasi 92 persen efektif terhadap rawat inap varian delta, sementara efektivitasnya turun menjadi 40 persen terhadap varian omicron. Meskipun terjadi penurunan, penulis penelitian mengatakan, vaksinasi 96 persen dalam mencegah kasus penyakit parah selama periode delta dan 79 persen selama gelombang omicron.

Kasus Covid-19 akibat son of omicron. - (Republika)

Vaksin saat ini, menurut peneliti, tersedia untuk anak-anak dan remaja. Hanya saja, banyak orang tua masih ragu-ragu untuk mengizinkan buah hatinya mendapatkan vaksin Covid-19.

Laporan yang mengutip data CDC yang dikumpulkan oleh American Academy of Pediatrics mengungkap bahwa pada 16 Maret, hanya 57 persen anak-anak berumur 12 hingga 17 tahun yang sudah menerima dua dosis vaksin. Sementara itu, pada kategori umur lima hingga 11 tahun, baru 27 persen yang telah menerima dua dosis vaksin.

"Kami berharap temuan kami akan membantu orang tua membuat keputusan untuk memvaksinasi anak-anak dan remaja mereka untuk melawan Covid-19. Manfaatnya jelas lebih besar daripada risikonya karena infeksi parah di masa kanak-kanak dapat memiliki konsekuensi jangka panjang," kata Randolph dalam rilisnya.

 
Berita Terpopuler