Mayoritas Masyarakat Sudah Miliki Antibodi, Mengapa Mudik Tetap Wajib Booster?

Berdasarkan survei serologi, 86,6 persen populasi di Indonesia sudah miliki antibodi.

Wihdan Hidayat / Republika
Warga antre untuk vaksin booster Covid-19 di Dinas Kesehatan Yogyakarta, Senin (28/3/2022). Pasca terbitnya aturan vaksin booster Covid-19 menjadi syarat mudik lebaran 2022, warga mulai menyerbu lokasi vaksinasi Covid-19.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Febryan A, Shabrina Zakaria, Antara

Baca Juga

Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro mengungkap hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia yang menyatakan, 86,6 persen populasi Indonesia memiliki antibodi kekebalan terhadap Covid-19. Survei serologi digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Kementerian Dalam Negeri dengan tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada 18 Maret 2022 mengadakan 

Kendati demikian, Reisa mengingatkan, hasil ini bukan berarti masyarakat sudah terbebas dari risiko terinfeksi Covid-19. Sebab, antibodi yang tinggi berarti mampu mengurangi gejala yang berat dan risiko kematian akibat Covid-19. Oleh karena itu, Reisa melanjutkan, target vaksinasi Covid-19 dosis lengkap dan juga vaksin dosis lanjutan atau dosis penguat (booster) perlu ditingkatkan kembali. 

"Di bulan ramadhan inilah, umat Islam dan kita semua mari jadikan bulan ini sebagai momen selain mendekatkan diri kepada Tuhan YME juga semakin menunjukkan dengan ibadah menjaga kebersihan yang baik, menerapkan protokol kesehatan yang baik dan terus berikhtiar menjaga diri dan keluarga supaya terhindar dari Covid-19. Salah satu caranya dengan ikhtiar melakukan vaksin Covid-19," kata Reisa, Senin (28/3/2022).

 

Kemenkes mencatat per 27 Maret 2022, persentase masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama sebanyak 94,06 persen, kemudian yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap dua dosis 75,7 persen. Adapun, yang sudah mendapatkan vaksin penguat (booster) atau vaksin dosis ketiga mencapai 9,6 persen. 

"Jadi, untuk yang belum lengkap vaksinnya atau belum mendapatkan booster supaya segera divaksin Covid-19. Ini supaya bisa mensukseskan percepatan program vaksinasi di Indonesia dan pandemi segera berlalu," ujarnya.

Berbicara terpisah, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, masyarakat yang hendak mudik untuk segera mendapat vaksin penguat (booster). Tujuannya agar memastikan kesehatan dan keselamatan bersama.

"Siapapun yang belum booster, segera booster. Siapapun vaksinasinya belum lengkap, segera lengkapi supaya bisa di-booster, nantinya waktu puasa juga kan tidak membatalkan puasa kalau divaksin," ujar Wiku, Senin.

Wiku mengatakan pemerintah tak akan melarang warga melakukan mudik pada tahun ini, namun syarat vaksin booster menjadi satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Di satu sisi, masyarakat yang akan mudik juga harus memastikan bahwa keluarga yang akan dikunjungi telah melengkapi vaksin maupun mendapat vaksin booster.

Karena, kata dia, dengan mendapat vaksin lengkap serta booster, imunitas seseorang akan lebih kuat apabila tertular Covid-19 dan risiko bergejala hingga kematian bisa ditekan. "Jadi segera bisa divaksin jika memungkinkan vaksin sehingga memiliki imunitas sehingga kalau ketemu jadi aman. Karena datanya menunjukkan vaksin belum lengkap apalagi lansia dan komorbid sangat fatal apabila tertular, mari kita lindungi mereka," kata dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan mudik atau pulang kampung pada perayaan Idul Fitri 2022 diperbolehkan asalkan pemudik sudah mendapat dosis pertama dan kedua serta dosis penguat (booster) vaksin Covid-19.

"Bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik Lebaran juga dipersilakan, juga diperbolehkan, dengan syarat sudah mendapatkan dua kali vaksin dan satu kali booster," kata Presiden.

 

 

 

 

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan, stok vaksin yang sudah didistribusikan cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Juli 2022, termasuk kebutuhan vaksinasi dosis ketiga atau booster. Hal ini disampaikan untuk merespons munculnya antrean masyarakat yang ingin mendapatkan vaksinasi booster di sejumlah daerah.

Nadia mengatakan, pihaknya saat ini memiliki stok vaksin sebanyak 50 sampai 60 juta. Sedangkan, vaksin yang sudah didistribusikan ke daerah-daerah mencapai tujuh hingga 10 juta dosis. 

"Stok vaksin yang beredar saat ini ada sekitar tujuh sampai 10 juta dosis. Jadi kita cukup sampai bulan Juli, termasuk untuk booster," kata Nadia kepada Republika, Senin. 

Karena itu, Nadia menyebut masyarakat tak perlu cemas tidak kebagian vaksin booster. Masyarakat juga tak perlu berdesak-desakan mengantre di lokasi vaksinasi.

 

"Iya (masyarakat tidak perlu desak-desakan untuk dapatkan booster)," katanya. 

Berbeda dengan Nadia yang menyebut stok vaksin aman, beberapa daerah mengaku kehabisan stok, termasuk di daerah yang berdekatan dengan DKI Jakarta, seperti Bogor dan Bekasi.

Di Kota Bogor, stok vaksin Astra Zeneca dan Pfizer untuk dosis booster dilaporkan telah habis. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memohon agar pemerintah pusat bisa segera menurunkan jatah vaksin di Kota Bogor.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengatakan permintaan ini juga seiring dengan kebijakan nasional terkait mudik dengan booster.

 

“Kita tentu berkeinginan ada konsistensi dari pusat untuk menurunkan jumlah vaksin di Kota Bogor supaya tidak terputus. Kita masih punya PR untuk menyempurnakan vaksin,” kata Dedie kepada awak media, Senin.

Dedie mengatakan, rendahnya capaian vaksin booster di Kota Bogor masih rendah lantaran stok vaksinnya yang masih terbatas.

“Harapannya kalau memang menjadi komitmen semua pihak, tolong kami diberikan kepastian dropping vaksin. Supaya sentra vaksin yang kita siapkan efektif dan efisien melaksanakan apa yang menjadi kebijakan,” tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno menerangkan, vaksin jenis AstraZeneca dan Pfizer yang diperuntukkan dosis ketiga atau booster telah habis. Sedangkan, sisa vaksin primer dosis pertama dan kedua tinggal 4.000 vial.

“Per Jumat (25/3) vaksin booster habis. Belum ada informasi untuk stok AZ dan Pfizer minggu ini,” kata Retno.

 

Dia menyebutkan, selama tiga bulan terakhir atau sejak pencanangan vaksin booster Januari 2022, Kota Bogor hanya mendapatkan dua jenis vaksin booster. Yakni AstraZaneca dan Pfizer dengan jumlah sekitar 144 ribu vial dan sudah disuntikkan. 

“Kami tidak bisa menentukan jumlahnya, ketika vaksin datang 11 ribu, 32 ribu langsung kita suntikkan,” ujarnya.

Berdasakan data Dinkes Kota Bogor, Jumat (25/3) vaksin booster Kota Bogor telah mencapai 144.266 orang atau 17,6 persen dari target sasaran total sebanyak 819.444 orang. 

“Kami berharap vaksin booster bisa segera ditambah, mengingat booster menjadi salah satu syarat mudik Lebaran sesuai arah Pemerintah Pusat,” tutupnya.

Di Kabupaten Bekasi, Unit Pelaksana Teknis Daerah Farmasi Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mendata stok vaksin dosis penguat antibodi atau booster di daerah itu menipis. Bahkan, beberapa merek vaksin tidak tersedia untuk disalurkan ke fasilitas kesehatan.

"Yang tersisa di kami hanya 500 dosis vaksin booster AstraZeneca. Kalau untuk Pfizer dan Moderna sudah habis dari kemarin-kemarin," kata Kepala UPTD Farmasi Kabupaten Bekasi Bayu Biharussyfa di Bekasi, Senin.

Ia mengaku telah mengirimkan permintaan alokasi vaksin Covid-19 dosis penguat kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bayu berharap, vaksin booster dapat segera didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi bagi masyarakat.

"Kita masih menunggu pengiriman dari provinsi, sampai hari ini jadwal pengiriman belum kami terima," katanya.

 

Ketentuan vaksinasi booster yang terbaru - (Republika)

 
Berita Terpopuler