Kisah Ustadz Karding, Sulap Kandang Sapi Menjadi Masjid

Karding berjuang untuk mewujudkan mimpi warga agar menunaikan shalat Jumat

network /Achmad Syalaby Ichsan
.
Rep: Achmad Syalaby Ichsan Red: Partner

Salam Sahabat! Dakwah di pedalaman sudah puluhan tahun dilakukan para dai dari Hidayatullah. Mereka merintis dakwah kepada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Salah satu dai tangguh yang mendedikasikan hidupnya bagi masyarakat pedalaman adalah Ustadz Karding.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah Pangkep ini turut serta menyampaikan testimoni pada Public Expose program Laznas BMH di Sekolah Pemimpin PP Hidayatullah, Depok, Kamis (24/3/2022). Dalam acara bertema “Ramadhan, Berbagi Kebaikan dengan Zakat” itu, Ustadz Karding mengutip salah satu ayat dalam Alquran.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS. Muhammad 47: Ayat 7)

“Kami mengartikan ayat ini bukan menolong agama Allah tapi jika kamu berjuang, berkorban untuk agama ini atau mau terlibat dalam mengurus Agama ini maka Allah akan memberikan pertolonganya. Tidak mungkin Allah akan memberikan kita pertolongan jika kita tidak mau terlibat dan apalagi tidak mau berkorban,” ujar dia

Lelaki asal Bone itu dikirim Baitul Mal Hidayatullah (BMH) untuk berdakwah di Kampung Malengnge, Desa Balocci Baru, Ke camatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan pada 2018 lalu.

Karding yang merupakan satu dari ribuan dai tangguh BMH, berjuang untuk mewujudkan mimpi warga agar bisa menunaikan shalat Jumat. Bertahun-tahun, mereka tidak bisa melakukan shalat fardhu pekanan itu karena tidak memiliki masjid.

Masjid terdekat dari Kampung Malengnge jaraknya amat jauh jika ditempuh berjalan kaki. Kontur jalan menuju kam pung itu pun menanjak terjal. Bahannya ter buat dari batu dan tanah. Ketika kemarau jalannya berdebu. Bila musim penghujan jalannya sangat licin. Mereka pun sulit mendatangi masjid yang memiliki waktu tempuh berkisar dua jam.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Kampung Malengnge pada Juni 2018, Karding tak langsung berdakwah. Dia mulai mengajari anak-anak kampung mengaji. Setiap tiba waktu Shalat Jumat, Ustaz Karding mengendarai sepeda motor dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH) ke masjid terdekat di kampung itu.Melihat rutinitas Ustaz Karding, warga Malengnge mengungkapkan harapan agar Ustadz Karding menghelat Jumatan di kampung mereka.

Dia senang bercampur bingung karena tidak ada tempat shalat berjamaah di kampung itu. Setelah bermusyawarah de ngan warga, muncul gagasan untuk meng u bah kandang sapi menjadi masjid se m entara. Dia pun berkonsultasi dengan gurunya. Karding menanyakan hukum dan aturan mengubah kandang sapi menjadi masjid darurat. Sang guru mengizinkan sem bari memberi catatan kandang itu ha rus dibersihkan terlebih dahulu. "Warga Kampung Malengnge melaksanakan Shalat Jumat berjamaah di kampung mereka un tuk pertama kalinya," ujar dia.

Ustadz Karding menyulap sebuah kandang sapi menjadi gubuk yang berfungsi sebagai masjid. Letaknya di atas bukit. Tebing berbahan batu raksasa mengelilinginya. Meski begitu, langkah warga desa untuk menunaikan shalat berjamaah tidak surut. Suara azan membuat mereka langsung menghentikan aktivitas memecah batu.

Kini, Ustadz Karding berhasil membangun sebuah pesantren Alquran di gubuk itu. Jumlah santrinya masih berkisar 30 orang. Meski begitu, Ustaz Karding tetap semangat membina para warga di pedalaman.

 
Berita Terpopuler