Evaluasi Besar-besaran Panglima Setelah Kebohongan Komandan di Papua Terungkap

Panglima minta jajarannya di bawah tak ceroboh demi kepentingan pribadi.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa mengevaluasi jajaran TNI di Papua ssetelah Komandan Kompi (Danki) atau Komandan Pos Koramil Gome, Kabupaten Puncak, Papua, berbohong soal laporan yang disampaikan kepada Komandan Batalyon. Kejadian tersebut mengakibatkan tiga prajurit gugur akibat kontak tembak dengan KKB.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Antara

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa melakukan evaluasi besar-besaran terhadap jajaran TNI yang bertugas di daerah rawan konflik, salah satunya di Papua. Ia menekankan pentingnya kejujuran para personel TNI dalam menyampaikan laporan.

Evaluasi ini dilakukan setelah Komandan Kompi (Danki) atau Komandan Pos Koramil Gome, Kabupaten Puncak, Papua, berbohong soal laporan yang disampaikan kepada Komandan Batalyon. "(Evaluasi) ya itu tadi soal kejujuran, jadi yang baru-baru berangkat kemarin sudah kami brief habis, bahkan kepada yang sedang beroperasi di sana pun kita sampaikan evaluasi itu," kata Andika kepada wartawan di Jakarta Selatan, Senin (21/3/2022).

Andika memerintahkan jajarannya agar tidak ceroboh dalam memberikan instruksi kepada anak buah, demi kepentingan pribadi. "Karena kita juga jangan dong sampai terlalu ceroboh, pertimbangan uang untuk pribadi. Tetapi kemudian yang jadi korban anak buah," jelas dia.

Andika menjelaskan, Komandan Pos Koramil Gome melaporkan adanya gelar pasukan pengamanan yang dilakukan di sejumlah lokasi. Namun, ternyata pengamanan yang dilaksanakan berada di sebuah lokasi proyek galian pasir.

"Karena memang apa yang dilaporkan oleh komandan pos, bukan hanya insiden hari itu ya, hari itu kan insiden yang kemudian menewaskan sampai tiga orang anak buah dari pos itu, tetapi kegiatan yang dilaporkan oleh komandan pos kepada komandan atasnya, yaitu komandan batalyon yang waktu itu vicon (video conference) dengan saya, nah, itu bohong," ungkap dia.

"Jadi misalnya dikatakan dia mengeluarkan pengaman pos itu, patroli ke titik ini, ke titik A, ternyata yang dilakukan itu ke proyek galian pasir," lanjutnya menjelaskan.

Andika menuturkan, Komandan Pos Koramil Gome sengaja menutupi laporan itu agar tidak ketahuan oleh atasannya. Selain itu, keputusan menggelar pasukan pengamanan di lokasi proyek galian pasir tersebut juga tidak mempertimbangkan faktor keamanan para pajurit.

"Itulah yang kemudian ditutupi, harapannya nggak ketahuan, tapi juga pada saat bersamaan, cara komandan pos ini menggelar di tempat galian pasir tadi itu nggak sama sekali nggak ada pertimbangan. Bagaimana supaya misalnya aman, satu itu salah karena nggak ada izin," ungkap dia.

"Kedua, dilakukan juga tanpa pertimbangan taktis. Ingat, ini kan bukan daerah lain, ini daerah yang memang keamanannya juga agak lebih tidak biasa," tambah Andika.

Diketahui, tiga prajurit Satgas Kodim YR 408/Sbh gugur saat kontak tembak dengan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Tigilobak, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (27/1/2022). Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 04.30 WIT setelah TPNPB-OPM melakukan penyerangan terhadap Pos Koramil Gome, Satgas Kodim YR 408/Sbh.

Tiga prajurit TNI AD yang meninggal dunia, yakni Serda M Rizal Maulana Arifin, Pratu Tupel Alomoan Baraza dan Pratu Rahman Tomilawa. Sementara itu, satu prajurit lainnya bernama Pratu Syaiful mengalami luka tembak dan dalam kondisi kritis.

Kejanggalan insiden tersebut terungkap setelah Tim Investigasi Kodam melakukan penyidikan lebih lanjut. Andika mengakui bahwa pelaku penyerangan tersebut merupakan KKB. Namun, dia menjelaskan, ada juga peran Danki yang menyembunyikan informasi sebenarnya soal penyerangan tersebut.

"Jadi, ya betul yang melakukan tindak pidana pembunuhan adalah kelompok bersenjata, tapi juga ada peran pergelaran oleh Komandan Kompi yang dalam hal ini sebagai Komandan Pos di tempat yang tidak diperhitungkan dan disepelekan," tambahnya menjelaskan.

Menurut dia, Danki menggelar pasukan hanya untuk mendapatkan tambahan uang dan tidak memikirkan keselamatan para prajuritnya. "Karena kita di sini semuanya memikirkan dukungan, kemudian bagaimana melindungi anggota. Di sana hanya begini-begini saja rupanya. Maksudnya, pertimbangan pendek sekali, hanya soal, 'oh, kita dapat uang tambahan untuk pengamanan di situ,' dikorbankan semua," ungkap dia.

Andika pun memerintahkan Puspom TNI dan Puspom TNI AD untuk memproses Komandan Pos itu secara hukum, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. "Jadi saya ingin ada proses hukum terhadap Danpos ini atau Komandan Kompi ya. Jadi, tuntaskan supaya jadi pembelajaran juga," ujarnya.





Baca Juga

Pada Kamis, 27 Januari 2022, teroris KKB menyerang Pos TNI di Bukit Tepuk, Kampung Jenggernok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Kamis pagi. Penyerangan ini membuat terjadi baku tembak dengan aparat.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga mengatakan, Serda Rizal gugur di lokasi baku tembak. Sedangkan Pratu Baraza yang terkena tembakan di bagian perut sempat mendapat penanganan di Puskesmas Ilaga Kabupaten Puncak. Namun, nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia. Aqsha memastikan tidak ada korban dari masyarakat sipil di sekitar lokasi kejadian.

Sementara, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku bertanggungjawab atas insiden penyerangan pos TNI tersebut. Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menyebut, serangan terhadap TNI dilakukan kelompok pimpinan Numbuk Telenggen.

Sebby mengungkapkan, kontak senjata itu terjadi sekitar pukul 05.00 WIT di Tanah Merah Distrik Gome. Lalu, serangan susulan kembali dilakukan oleh pasukan TPNPB pada pukul 09.37 WIT.

"Numbuk Telenggen dengan pasukannya serang lagi di Pos Koramil Distrik Gome Tanah Merah, Kabupaten Puncak Ilaga, dan dalam serangan ini dua orang anggota TNI tertembak," ujar Sebby.

Sepanjang Januari 2022, KKB tercatat melakukan dua kali serangan terhadap personel TNI-Polri di Papua dalam sepekan. Serangan pertama terjadi di perbatasan Kampung Kamat dan Kampung Faan Kahrio, Distrik Aifat Timur Tengah Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis (20/1/2022) pagi.

Saat itu, sejumlah personel TNI sedang memperbaiki jembatan yang rusak. Satu prajurit meninggal dunia dan empat prajurit lainnya mengalami luka tembak dalam penyerangan tersebut. Setelah itu terjadi insiden serangan di Gome.

Sementara di Maret 2022 juga kembali terjadi sejumlah serangan KKB. KKB menyerang seorang pedulang emas hingga tewas di Kabupaten Yahukimo pada 7 Maret 2022 dan seorang tukang bangunan sehingga mengalami luka di bagian leher di Kabupaten Intan Jaya pada 8 Maret 2022.

Sebelumnya juga terjadi penyerangan terhadap para pegawai PT Palapa Ring Timur Telematika di Tower B3 Kampung Jenggeran, distrik Beoga, kabupaten Puncak, provinsi Papua pada 2 Maret 2022.

Gerombolan KKB teroris yang berjumlah sekitar 10 orang masuk ke kamp dengan membawa alat-alat tajam seperti parang, kapak, bahkan menenteng senjata api lalu membunuh delapan karyawan PTT yang sedang tertidur lelap yaitu Bona Simanulang, Renal Tentua Tagasye, Bili Galdi Balion, Jamaludin, Sharil Nurdiansyah, Eko Septiansyah, Bebei Tabuni dan Ibo. Satu korban selamat atas nama Nelson Sarira sudah berhasil dievakuasi ke Timika oleh Tim Operasi Damai Cartenz.

Dari data yang telah diolah oleh Kantor Staf Presiden menunjukkan sepanjang Januari hingga awal Maret 2022 tercatat setidaknya ada 7 dugaan tindak pidana yang dilakukan KKB teroris di beberapa distrik di provinsi Papua.

Kejadian-kejadian tersebut memakan total 18 korban dengan rincian 13 korban yang meninggal dunia dan 5 korban yang mengalami luka-luka, korban mencakup anggota TNI dan masyarakat sipil. 

Skenario Pemekaran Papua - (Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler