Sulit Tingkatkan Karier Dorong Talenta Wanita untuk Mengundurkan Diri

Wanita juga kerap harus memilih antara pekerjaan atau keluarga.

Republika/Prayogi
Talenta wanita menjalani proses wawancara dalam melamar pekerjaan (ilustrasi). Menurut Indeks Tren Kerja 2021 oleh Microsoft, lebih dari 40 persen tenaga kerja global, di antaranya adalah tenaga profesional wanita, telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja pada 2021.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shirley Santoso selaku partner and president director Kearney menjelaskan bahwa sulitnya meningkatkan jenjang karier menjadi alasan para talenta wanita memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Ia menganggap, wanita masih terus menjadi pihak yang kurang terwakili di setiap tingkatan dalam perusahaan, terutama pada tingkatan manajerial dan peran kepemimpinan yang kritikal.

Baca Juga

"Perusahaan perlu menyadari bahwa tempat kerja yang beragam dan inklusif dengan pemimpin wanita dapat membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan," ujar Shirley saat diskusi daring, Rabu (9/3/2022).

Di sisi lain, Henny Purnamawati selaku senior partner dan head of financial service Indonesia, Egon Zehnder, juga mengatakan bahwa semakin tinggi jenjang kariernya, maka perempuan akan semakin dihadapkan dengan pilihan. Misalnya, untuk meningkatkan jenjang kariernya, mereka harus pindah ke luar kota atau negeri.

"Selama 24 tahun ini, saya secara pribadi berbicara dengan demikian banyaknya women talent, dan hal yang sama yang kami lalui adalah semakin tinggi jenjang karier kami, semakin kami dihadapkan dengan pilihan," kata Henny.

"Pilihan ini dari 1998 sampai terakhir-terakhir ini, itu antara pekerjaan semakin tinggi atau keluarga. Jadi atau ya, tidak ada kata 'dan' di situ. Itu dialami oleh banyak sekali women talent di seluruh dunia. Ini adalah faktor penting yang menyebabkan jumlah wanita di top management position itu masih sangat jarang," lanjutnya.

Menurut Indeks Tren Kerja 2021 oleh Microsoft, lebih dari 40 persen tenaga kerja global, di antaranya adalah tenaga profesional wanita, telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja pada 2021. Lebih dari itu, banyak perusahaan terus menghadapi kurangnya tenaga kerja terampil pada masa perombakan kerja terbesar dalam sejarah modern ini.

Sementara itu, berdasarkan survei Kearney, tidak adanya kesempatan dalam pengembangan karier adalah alasan utama para talenta wanita dari berbagai usia akan meninggalkan perusahaan. Mereka yang berusia antara 30 hingga 59 tahun mengatakan bahwa kompensasi finansial yang tidak memadai adalah alasan kedua untuk meninggalkan perusahaan.

Untuk para talenta wanita di bawah 30 tahun, kurangnya ketertarikan pada perusahaan adalah alasan kedua untuk meninggalkan perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Henny, pihak perusahaan perlu mengubah peraturan atau menyesuaikan dengan kebutuhan dari talenta wanita.

"Kalau misalnya untuk mengembangkan karier makin lama makin tinggi, perempuan harus pindah ke luar kota, kecenderungannya perempuan karena punya keluarga itu akan susah sekali. Sehingga aturan dari perusahaan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dari women talent," tuturnya.

 
Berita Terpopuler