Sentimen Anti-Muslim Menyebar Cepat di Asia, Ini Respons MUI

Islamofobia akan menjurus pada sikap diskriminatif dan ekstrim.

Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)
Rep: Mabruroh Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sentimen anti-muslim dengan cepat menyebar di Asia. Menurut Kepala departemen Muslim dan Minoritas di Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Hassan Abdein, hal itu terjadi karena para pemimpin politik di asia memperburuknya, dengan cara memberikan pidato-pidato yang menghasut untuk keuntungan pemilu.

Baca Juga

Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto mengatakan, penyebab lain dari menyebar luasnya sentimen anti-muslim adalah faktor globalisasi. Karena globalisasi ini memberikan ruang kepada siapa saja untuk kemudian melakukan perjalanan ke negara-negara lain.

“Efek dari globalisasi ini yang beragam, seperti munculnya sentimen kelompok-kelompok etnis, yang seharusnya cair dengan globalisasi tapi ternyata globalisasi justru melahirkan sentimen-sentimen kelompok ini menjadi ekslusif, termasuk ketika memandang orang Islam. Orang Islam (seolah) menjadi ancaman (bagi mereka), karena itu harus ada penguatan identitas Kultural, jadi populisme itu menjadi kuat,” ujar Sudarnoto, dalam sambungan telepon, Kamis (24/2/2022).

Apa yang diterjadi di India, ujarnya, merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Sentimen-sentimen lokal masyarakat India yang mayoritas beragama Hindu ini menguat, mereka merasa terancam karena keberadaan muslim di sana, sehingga muncul Islamofobia terhadap muslim, muncul tindakan-tindakan kekerasan, diskriminasi dan kejahatan kemanusiaan lainnya.

“Menguatnya Islamofobia itu karena sentimen-sentimen lokal tadi, India dengan Hindunya, melihat orang lain sebagai ancaman yang seharusnya ini tidak boleh terjadi,” jelas Sudarnoto.

Islamofobia ini lanjutnya, sangat berbahaya, tidak saja membahayakan bagi orang-orang Islam tetapi juga membahayakan bagi perkembangan demokrasi. Karena pada akhirnya, menurut Sudarnoto, islamofobia akan menjurus pada sikap diskriminatif dan ekstrim yang kemungkinan besar juga akan mengarah pada genosida.

“Kemungkinan akan terjadi genosida bahkan tindakan-tindakan kekerasan kemanusiaan dilakukan individu, kelompok, bahkan negara. Kekerasan yang dilakukan negara itu antara lain India,” tuturnya.

 

Menurut Sudarnoto, India saat ini dipimpin oleh kelompok ultra nasionalis ekstrimis hindu, yang dengan sangat jelas kerap mempertontonkan kekerasan dan diskriminasi terhadap minoritas muslim.

Pemerintah sayap kanan dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi melalui UU Kewarganegaraannya telah menempatkan orang muslim India sebagai warga minoritas kelas dua dan kelas tiga yang terdiskriminasi, dan itu lahir dari campuran antara semangat anti-muslim dan alasan ekonomi.

“Persekusi terhadap muslimah antara lain karena itu. Jadi karena ada kekhawatiran, termasuk alasan politik juga. Di India, saya lihat semenjak taliban menguasai afghanistan, India khawatir betul. Khawatirnya terlampau membesar-besarkan, khawatir orang-orang muslim di India itu bangkit seperti taliban,” ungkapnya.

Jadi apa yang harus dilakukan?

Sudarnoto mengatakan, bahwa selama ini Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah melakukan upaya-upaya untuk menghentikan spirit islamofobia tersebut, bahkan beberapa negara-negara nonmuslim, sudah menyadari bahwa islamofobia berbahaya. Salah satunya Pemerintah Kanada yang terkenal dengan negara yang sangat damai, juga telah menyerukan untuk melawan islamofobia. 

Selain OKI, tambahnya para ulama dari tiap-tiap negara juga bisa bekerja sama, membuka dialog untuk membahas persoalan-persoalan mutakhir yang dalam banyak hal merugikan umat Islam. 

“Jadi sangat perlu, bahkan tokoh-tokoh ulama juga bisa melakukan dialog dengan tokoh agama lain. Itu sangat mungkin bisa dilakukan,” jelasnya.

 

“MUI juga sudah mengeluarkan pernyataan bebarapa waktu lalu. Antara lain. MUI dan ormas Islam secara umum, mengembangkan Wasathiyatul Islam untuk membangun situasi yang damai. 

 

“MUI terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun, apakah muslim atau non muslim. Terakhir, saya kira pemerintah RI harus serius mencermati fenomena islamofobia yang juga sudah muncul di Indonesia. Negara harus hadir bersama-sama element masyarakat lain untuk menghadapi islamofobia. Termasuk oleh MUI, karena MUI salah satu fungsinya itu himayatul ummah yaitu melindungi umat,” tutupnya.

 
Berita Terpopuler