Cari Fakta ke Desa Wadas, PB PMII Kantongi Bukti Kuat

PMII mengantongi beberapa bukti yang cukup kuat atas konflik berdarah Wadas

network /Boyanesia
.
Rep: Boyanesia Red: Partner

PB PMII saat melakukan kunjungan ke Dewa Wadas untuk mencari fakta. PMII mengklaim telah mengantongi beberapa bukti yang cukup kuat. (Foto: Istimewa)

PURWOREJO -- Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) melakukan kunjungan ke Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah. Kunjungan ini dilakukan untuk mencari fakta terkait konflik antara aparat dan masyarakat beberapa waktu lalu.

“PB PMII melakukan kunjungan langsung ke Wadas guna mencari fakta di lapangan terkait perkembangan konflik berdarah Wadas,” ujar Ketua PB PMII Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik, Ahmad Latif, Ahad (20/02/2022).

Menurut Latif, pihaknya sudah sejak beberapa waktu lalu sudah berada di Desa Wadas guna mencari sejumlah fakta di lapangan. Dia melaporkan, pihaknya telah mengantongi beberapa bukti yang cukup kuat atas konflik berdarah Wadas.

“Selain pelanggaran HAM berat yang dilakukan negara terhadap warga Wadas, kemudian ada dugaan pencaplokan lahan secara paksa oleh negara dengan mengerahkan personil kepolisian. Pada gilirannya negara melakukan penindasan terhadap rakyatnya sendiri,” ucap Latif.

Padahal, lanjut dia, proses ini diduga ada upaya manipulatif oleh oknum-oknum tertentu.

Latif menjelaskan, Wadas adalah tempat para kasatria dan tempat peninggalan sejarah. Karena itu, menurut dia, negara tidak boleh melakukan perampasan secara paksa terhadap tanah Warga Wadas untuk pembangunan tambang.

Menurut Latif, PB PMII juga telah menemukan sejumlah bukti-bukti penting terkait relasi kuasa pembangunan di Desa Wadas dan Bendungan Bener, Purworejo.

"PB PMII menemukan sejumlah fakta tentang adannya dugaan keterlibatan aktor politik dan aktor oligarki dalam konflik Wadas," kata dia.

Karena itu, tambah dia, PB PMII terus akan mengawal proses ini dan akan melaporkan sejumlah pihak kepada aparat penegak hukum terkait konflik Wadas dan gelontoran dana negara.

Editor: Muhyiddin Yamin

 
Berita Terpopuler