Kontroversi Atlet Xinjiang dan Politik Cina di Olimpiade Musim Dingin

Penunjukkan atlet Xinjiang untuk membawa obor dianggap Cina mempolitisasi suku Uighur

network /Bilal Ramadhan
.
Rep: Bilal Ramadhan Red: Partner

Pemain ski dari Xinjiang, Cina, Ahenaer Adake (Source: clickondetroit.com)

Sebanyak enam atlet Cina yang berlaga di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 berasal dari Daerah Otonomi Xinjiang yang penduduknya mayoritas berlatar belakang etnis minoritas Muslim Uighur.

Keenam atlet itu adalah Ahenaer Adake dan Tian Ruining yang akan turun di cabang olahraga seluncur cepat, Dinigeer Yilamujiang (ski cross country), Hadesi Badelihan, Bayani Jialin, dan Wang Ziyang (ketiganya atlet seluncur salju), sebut media Cina yang dipantau Antara Beijing, Senin (7/2/2022).

Jika dilihat dari namanya, empat dari enam atlet yang berasal dari wilayah setingkat provinsi di barat laut Cina itu beretnis minoritas Muslim Uighur, yakni Ahenaer, Dinigeer, Hadesi, dan Bayani.Tian, Dinigeer, dan Bayani malah berlatih di Xinjiang.

Ahanaer yang berusia 20 tahun menduduki peringkat ke-17 pada nomor seluncur cepat 3.000 meter putri yang diperlombakan pada Sabtu (5/2). Meskipun tidak berhasil naik podium di debut Olimpiadenya, dia meraih sambutan hangat dari warganet Cina.

Dinigeer dan Bayani, sama-sama berasal dari Kota Altay, Xinjiang, yang konon sebagai asal mula dikenalnya ski oleh manusia. Prestasi terbaiknya di ajang yang digelar Federasi Ski Internasional (FIS) pada 2019 tercatat dalam sejarah tim Cina.

Dinigeer mendapatkan kesempatan membawa obor terakhir pada pembukaan Olimpiade Beijing 2022 di Stadion Nasional pada Jumat (4/2) yang disaksikan secara langsung oleh Presiden China Xi Jinping, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, dan sejumlah kepala negara atau kepala pemerintahan lainnya.

"Gadis Uighur berusia 20 tahun itu dipilih sebagai pembawa obor utama atas pertimbangan latar belakang sejarahnya," demikian juru bicara Olimpiade Beijing 2022 Zhao Weidong.

Namun penunjukan Denigeer tersebut menimbulkan kritikan dari luar Cina karena dianggap memolitisasi suku Uighur dalam Olimpiade yang diwarnai boikot diplomatik atas dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang.

Juru bicara IOC Mark Adams menjawab kritikan itu. "Dia di sini sebagai atlet yang berkompetisi. Seperti yang Anda ketahui dari Piagam Olimpiade, kami tidak boleh mendiskriminasikan orang atas dasar dari mana mereka berasal dan apa latar belakangnya".

Meskipun Xinjiang dicatat dunia sebagai salah satu tempat asal-usul ski, kata dia, tim nasional Cina hanya memiliki segelintir atlet dari daerah itu.

Dua altet ski cepat dari Xinjiang pernah berlaga di Calgary Kanada 1988, Albertville Prancis 1992, dan Lillehammer Norwegia 1994. Pada Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018, dua atlet ski cepat dan ski gaya bebas asal Xinjiang juga turut berlaga.

Xinjiang telah sukses menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Musim Dingin pada 2016. Setahun kemudian pemerintah daerah setempat mulai bekerja sama dengan Badan Olahraga Nasional Cina (SGAS) menggelar program pelatihan secara komprehensif dengan memanfaatkan para atlet berprestasi di cabang olahraga es dan salju untuk menghadapi Olimpiade Beijing 2022.

 
Berita Terpopuler