Pembakaran 200 Rumah di Desa Myanmar dan Klaim Junta Militer

Junta militer Myanmar disebut melakukan pembakaran 200 rumah warga

Anadolu Agency
Ilustrasi: Tentara Myanmar. Junta militer Myanmar disebut melakukan pembakaran 200 rumah warga
Rep: Ferginadira Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW - Penduduk dua desa di barat laut Myanmar mengatakan tentara telah membakar ratusan rumah selama pekan ini. Hal ini dilakukan dalam operasi junta mencari pemberontak anggota milisi bersenjata. 

Baca Juga

Pada Kamis (3/2/3033) waktu setempat, penduduk Desa Mwe Tone mengatakan bahwa 200 dari 250 rumah di sana dilalap api. Selain itu hampir 200 dari 800 rumah di Desa Pan, desa terdekatnya juga dibakar. Angka serupa dilaporkan oleh media Myanmar. 

"Sebagai petani, saya menabung selama 15 tahun untuk membangun rumah, dan yang tersisa dari rumah saya hanyalah abu. Bukan hanya rumah saya tetapi seluruh desa berubah menjadi abu," kata seorang warga Desa Mwe Tone berusia 29 tahun, yang berbicara dengan syarat anonim karena dia takut akan pembalasan dari pihak berwenang. "Sekarang, kami tidak punya apa-apa untuk dimakan atau tinggal bersama." 

Foto-foto menunjukkan pompa air, traktor, dan kendaraan hancur oleh kobaran api. Tidak sedikit hewan ternak juga menjadi korban. 

Tentara Myanmar memiliki reputasi menggunakan pembakaran sebagai salah satu taktiknya dalam operasi kontra-pemberontakan.

Pasukan diyakini telah membakar sebanyak 200 desa dalam kampanye brutal tahun 2017 di negara bagian Rakhine barat yang memicu lebih dari 700 ribu penduduk desa Muslim Rohingya untuk mencari keselamatan melintasi perbatasan di Bangladesh. 

Tentara dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida atas tindakannya terhadap Rohingya, yang juga termasuk pembunuhan dan pemerkosaan terhadap warga sipil.

Dalam kampanye junta saat ini melawan penentang kekuasaan militer, mereka kembali dituduh meratakan rumah dan melakukan pembantaian warga sipil. 

Taktik pemerintah juga telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar. Lebih dari 300 ribu orang di seluruh negeri mengungsi dari rumah mereka, dan konflik seringkali menghalangi bantuan untuk menjangkau mereka. 

Perlawanan bersenjata dan tanpa kekerasan terhadap pengambilalihan tentara tahun lalu telah mencegah militer mengkonsolidasikan kekuasaannya, yang beberapa ahli menilai negara itu telah tergelincir ke dalam perang saudara.

Perlawanan umumnya menggunakan taktik gerilya tabrak lari, yang sering ditanggapi oleh tentara dengan kekerasan. 

 

 

Seorang penduduk desa dari Pan, yang juga berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, mengatakan dia yakin pasukan telah mencari anggota milisi lokal yang telah dibentuk untuk melindungi dari serangan pemerintah. 

Dia mengatakan, tidak ada bentrokan di daerah terdekat yang mungkin memicu aksi militer pada Senin lalu di Sagaing barat laut.

Dalam insiden serupa sebelumnya di tempat lain, tentara pemerintah bertindak sebagai pembalasan atas serangan oleh pasukan perlawanan. 

Seorang warga Mwe Tone mengatakan bahwa dia dan tujuh tetangganya yang tidak dapat melarikan diri sebelum tentara mengambil alih ditangkap. Beberapa dipukuli dan dianiaya. 

Wanita berusia 45 tahun itu mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon bahwa tentara memberitahu mereka bahwa Mwe Tone dikenal karena mendukung anggota Angkatan Pertahanan Rakyat (PDF), kelompok perlawanan bersenjata yang juga dikenal dengan singkatan mereka. Oleh karenanya desa akan dibakar malam itu. 

Dia mengutip seorang tentara yang mengatakan, "Kami akan membakar desa karena anggota PDF tinggal di sini dan menerima dukungan. Anda harus membangun kembali rumah Anda dengan beton bertulang, sehingga rumah Anda tidak akan mudah terbakar lagi." Dia mengatakan tentara berbau alkohol.

Dua warga Mwe Tone mengatakan pasukan juga terlibat dalam penjarahan, termasuk mencuri patung Buddha emas setinggi 6 inci (15 centimeter) berusia 200 tahun dengan batu rubi tertanam dari biara desa. Pemerintah belum mengeluarkan laporan tentang insiden tersebut. 

 

Namun, surat kabar Myanmar Alinn Daily yang dikelola pemerintah mengeklaim bahwa 200 rumah di desa Ma Htee, sekitar 15 kilometer barat Desa Mwe Tone dan Pan, dibakar anggota pasukan pertahanan perlawanan selama pertempuran dengan pasukan tentara pada akhir pekan lalu. Gambar satelit dari perusahaan Planet Labs menunjukkan sekitar sepertiga dari desa telah rusak sekitar waktu itu.   

 
Berita Terpopuler