Angkat Isu Gay dan Seks Bebas, Film Perfect Strangers Versi Arab Picu Kontroversi

Perfect Strangers merupakan film yang paling banyak di-remake.

Neflix
Poster film Ashab Wala Aazz, remake Perfect Strangers versi Arab, yang tayang di Netflix.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Arab pertama yang diproduksi Netflix Ashab Wala A'azz telah memicu kontroversi dan kritik karena dinilai tak sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan agama. Film yang merupakan remake dari hit Italia Perfect Strangers ini mengangkat isu-isu sensitif bagi masyarakat Arab, seperti perselingkuhan, gay, hingga seks bebas.

Baca Juga

Ashab Wala A'azz menampilkan adegan sang ayah membolehkan putrinya yang masih remaja untuk berhubungan seks dengan pacarnya. Dalam sebuah adegan, diperlihatkan juga bagaimana sang istri menanggalkan abaya dan menggantinya dengan pakaian seksi untuk menjumpai selingkuhannya.

Lantas, dalam momen dramatis, seorang pria mengungkap bahwa dia gay. Publik pun bersuara dan mendebat film Ashab Wala A'azz.

Mulai dari media sosial, acara talk show di TV maupun masyarakat Mesir dan Timur Tengah lainnya melancarkan kecaman terhadap film yang berlatar di Lebanon tersebut. Di sisi lain, ada pula yang menilai bahwa film itu mengungkap gejolak sosial yang selama ini terus menerus ditutupi masyarakat Arab di dunia nyata.

 

Yang menjadi sebuah ironi adalah bahwa Netflix di Timur Tengah menampilkan banyak film dan serial non-Arab yang menampilkan karakter gay secara positif, seks pranikah. dan di luar status pernikah, dan bahkan ketelanjangan yang biasanya dilarang di bioskop di wilayah tersebut. Akan tetapi, ketika tema yang sama diangkat dalam film berbahasa Arab dengan aktor-aktor Arab itu baru menjadi sebuah kontroversi.

 

"Saya pikir jika itu adalah film asing yang normal, buat saya nggak masalah. Tetapi karena ini adalah film Arab, saya tidak menerimanya. Kami tidak menerima gagasan homoseksual atau hubungan intim sebelum menikah," kata seorang warga Mesir bernama Ehlam (37 tahun) saat dimintai pendapatnya soal film tersebut.

 

Sebagian besar masyarakat Mesir yang mayoritas beragama Islam memang menolak homoseksualitas. Sebuah survei tahun 2013 oleh Pew Research Center menemukan bahwa 95 persen orang di Mesir sepakat bahwa homoseksualitas harus ditolak.

Begitu juga dengan Lebanon. Sebanyak 80 persen warganya menolak hubungan sejenis. Pemeran Ashab Wala A'azz sebagian besar adalah bintang Lebanon terkemuka dan acaranya berlatar di Lebanon.

Di Lebanon, Ashab Wala A'azz mengumpulkan lebih banyak ulasan positif. Para penggemar mengatakan, film itu bagus karena berani mendobrak stereotip yang biasanya melekat pada karakter gay atau pasangan selingkuh di layar.

 

Ini bukan pertama kalinya film berbahasa Arab menampilkan karakter gay. Yang paling terkenal misalnya The Yacoubian Building (2006) dengan aktor asal Mesir memerankan karakter utama gay. Tetapi, karakter itu akhirnya dibunuh oleh sang kekasih, dalam apa yang dilihat banyak orang sebagai hukuman.

 

Sebaliknya, karakter gay dalam Ashab Wala A’azz tidak digambarkan secara negatif. Karakter gay di film ini dibiarkan pergi untuk memilih identitas seksualnya tanpa harus menerima hukuman.

 

Fatima Kamal, seorang warga Mesir berusia 43 tahun, mengatakan bahwa dia tidak menganggap film Ashab Wala A’azz mempromosikan hubungan sesama jenis. Dia berpendapat bahwa beberapa film Mesir di masa lalu lebih berani. 

"Film ini menyentuh isu-isu yang mengangkat realitas tabu, di mana selama ini kerap ditutupi. Kita semua memiliki sisi gelap dan cerita tersembunyi," kata dia seperti dilansir ABC News, Senin (31/1/2022).

 

Kamal yang memiliki seorang putra berusia 12 tahun, juga menepis anggapan bahwa Ashab Wala A'azz akan merusak pemuda Arab. Menurutnya, membatasi film atau kemajuan teknologi bukanlah solusi dalam mendidik publik di era modern.

 

"Membatasi film bukanlah jawabannya. Solusinya adalah menonton berdasarkan usia dan bicara kepada mereka bahwa tidak semua yang kita lihat di layar itu baik-baik saja," kata Kamal.

 

Berbicara di acara TV ternama, anggota parlemen Mesir Mostafa Bakry berpendapat bahwa Ashab Wala A'azz telah mengancam nilai-nilai keluarga Mesir dan masyarakat Arab. Dia menganggapnya bukan seni atau kreativitas.

"Kita harus melarang Netflix berada di Mesir, meskipun untuk sementara," kata dia.

 

Di Mesir, banyak orang yang menunjukkan kemarahannya kepada satu-satunya aktris Mesir yang terlibat di Ashab Wala A'azz, yaitu Mona Zaki. Salah satu bintang terbesar di Mesir itu melakukan adegan melepaskan celana dalam, sebuah gerakan yang oleh banyak kritikus dikecam sebagai skandal.

 

Di media sosial, beberapa orang mengecamnya karena berpartisipasi dalam film tersebut. Beberapa warganet bahkan mengkritik suami Mona Zaki karena telah mengizinkan dia memainkan peran itu.

 

Kritikus film Khaled Mahmoud mengatakan, pada 1960-an hingga 1970-an, Mesir sempat memproduksi film-film yang kuat dan berani. Tetapi, tren itu mulai ditinggalkan seiring tren "clean cinema" yang menekankan tema-tema yang dianggap sesuai dengan keluarga tanpa keintiman fisik atau pakaian yang tidak sopan.

 

"Masyarakat telah berubah, dan budaya penonton menjadi cacat," kata Mahmoud.

 

Alur cerita tentang perselingkuhan atau hubungan seksual tidak jarang dalam film-film Arab. Tetapi, aktris biasanya ditanya apakah mereka akan setuju untuk mengenakan pakaian renang atau mencium lawan mainnya di depan kamera.

 

"Tugas kami adalah membiarkan seni menjadi seni. Kita tidak bisa mengkritik seni melalui lensa moral," jelas dia.

 

Sementara itu, hingga kini Netflix masih belum memberikan tanggapan resminya atas kontroversi tersebut. Remake Perfect Strangers juga akan hadir di Indonesia.

Rumah produksi Falcon Pictures akan membuat remake film box office asal Italia tersebut di bawah arahan Rako Prijanto. Aktor Vino G Bastian, Adipati Dolken, Darius Sinatrhya, Denny Sumargo, Nadine Alexandra, Clara Bernadeth, dan Jessica Mila akan menjadi para pemainnya.

"Kita tahu, film ini paling banyak di-remake diseluruh dunia. Bisa mendapatkan kepercayaan untuk membuat film ini dalam versi Indonesia, adalah sebuah kebanggaan buat kami, bisa menjadi bagian keluarga besar film Perfect Strangers dunia," ujar produser Falcon Pictures, Frederica, melalui keterangan persnya, Jumat (28/1/2022).

 
Berita Terpopuler