PDPI Sarankan Anak-Anak Kembali Sekolah Online

IDAI juga menyarankan anak-anak kembali sekolah daring.

ANTARA/Didik Suhartono
Sejumlah pelajar menjalani tes suhu badan sebelum masuk sekolah di SDN Klampis Ngasem I, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/1/2022). Pemkot Surabaya mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang digelar dalam dua sesi menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan menyarankan agar pemerintah meninjau ulang aturan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah meningkatnya kasus Covid-19 akibat varian Omicron.

Baca Juga

 

"Saran saya kepada pemerintah tolong ditinjau ulang PTM terutama untuk anak-anak yang di bawah 12 tahun karena memang kasus lagi naik mungkin," kata dia dalam kegiatan konferensi virtual PDPI, Senin (24/1).

 

Ia juga menyarankan, anak-anak berusia 6-11 tahun lebih baik kembali menjalani rutinitas sekolah dalam jaringan atau online, sambil menunggu kasus Covid-19 melandai kembali.

 

"Untuk kelompok anak 6-11 tahun ini, jangan PTM dulu tunggu covid-19 Omicron ini terkendali, sekarang kasusnya naik. Jadi kalau bisa pemerintah meninjau ulang. Anak PAUD SD ini ditinjau PTM, kalau perlu di rumah saja daring," kata dokter di RSPI Persahabatan ini.

 

Terlebih, anak dalam kategori tersebut, belum banyak menerima vaksin Covid-19. "Sekarang sudah mulai banyak sekolah yang tutup sementara karena ditemukan kasus kasus di sekolah tersebut. Saya beranggapan maka sekolah berusia 6-11 tahun itu adalah anak-anak SD dan untuk Indonesia saat ini 6-11 tahun itu belum banyak yg divaksin, mereka jadi kelompok yang rentan terinfeksi Covid," ungkap Dokter Erlina.

 

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman juga menyarankan pemerintah kembali meningkatkan ketentuan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) mengingat lonjakan kasus Covid-19 yang terus meningkat. Tak hanya itu, ia juga menyarankan agar pemerintah menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas siswa 100 persen untuk mencegah penularan pada anak-anak.

 

"Bulan ini selama masa krisis, PTM ditunda dulu. Online dulu karena berbahaya. Termasuk yang WFH, harus ditingkatkan, mau itu 50 persen, 25 persen, tapi harus dilakukan karena itu yang akan membantu," kata Dicky kepada Republika, Ahad (23/1).

 Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, untuk mengantisipasi penularan Covid-19 pelaksanaan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan secara hybrid atau pembelajaran gabungan secara luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring).

“Mungkin opsi hybrid learning itu juga satu pilihan yang terbaik agar kita bisa melindungi anak-anak kita. Apalagi untuk anak usia PAUD belum mulai divaksinasi,” kata Piprim dalam diskusi daring Sabtu (22/1).

Sementara untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), IDAI menyarankan untuk menerapkan pembelajaran daring. Diketahuo, IDAI sendiri juga telah memberi rekomendasi untuk pelaksanaan PTM terbatas.

Dalam mengevaluasi PTM di tengah peningkatan kasus Covid-19, lanjut Piprim, IDAI bersama organisasi kesehatan lainnya telah bersurat kepada kementerian terkait untuk menyampaikan tujuan bahwa ada beberapa hal perlu dievaluasi kembali terkait pelaksanaan PTM terbatas saat ini.

Sementara dalam pernyataannya, Senin (24/1), Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Luhut B. Panjaitan menegaskan PTM tetap akan berlangsung dengan kapasitas siswa 100 persen. Sebab hingga saat ini pemerintah menilai belum ada hal-hal perkembangan yang mengkhawatirkan terhadap pelaksanaan sekolah tap muka ini.

 

"Pembelajaran tatap muka tetap di laksanakan (100 persen). Kalau ada hal-hal yang luar biasa, akan kami ambil kebijakan tersendiri. Kami tidak ada rencna untuk menghentikan sekolah tatap muka," tegas Luhut.

 
Berita Terpopuler