Aceh dan Cinta yang Terbakar

Aku memasuki kota yang panas, pada suatu siang, selepas pagi yang bening dan riang.

Aceh dan Cinta yang Terbakar
Rep: taufik sentana Red: Retizen

Ilustrasi. Dok. Auterbloom. Puisi Aceh dan Cinta yang Terbakar. Retizen

Aceh dan Cinta yang Terbakar

*****

Aku memasuki kota yang panas, pada suatu siang, selepas pagi yang bening dan riang.

Aku datang dengan keinginan besar sebagai petualang lalu menjadi cerita yang panjang.

Di tanah ini ada heroisme, sejarah dan hati yang patah, serta cinta yang terbakar.

Ooh, Aceh yang terbius dari kemilau Indonesia Raya. Kemelut dan sengketa, atau cerita cerita akan terus bergemuruh.

Lakon lakon baru dan episode episode telah direkam, mingkinkah sejarah ditulis ulang?

Adapun yang hitam pada peta jalan telah jadi bayang. bendera perlawanan telah diturunkan.

Tanah tanah juang telah ditumbuhi pengertian baru. peperangan badan hampir sulit dikuasai.

Dan aku dengar, gagasan gagasan memang selalu layak diperjuangkan tanpa harus bergerilya dan keluar-masuk hutan.

Pada siang itu, yang panas dan merah, aku merekam suara suara parau, rasa perih dan ketakutan yang sulit dijawab.

Aku melihat orang yang baru tertembak dan mati di tepi ladang. aku melihat orang berlari ke tepi jalan, mobil mobil berhenti karena pemeriksaan yang ketat

Aku ingat, ada nak anak peluru menembus dinding dinding rumah, melintasi ruang ruang kelas kami, sebagian mencabik kulit kepala, membakar paha,

Dan aku masih mendengar suara dentum senjata yang beradu bahkan hingga malam.

Kota dan desa jadi peta yang sunyi, orang orang menyimpan takut di jantungnya, harapan harapan seperti asap yang segera lenyap.

Ooh, siang begitu panas, cinta telah terbakar. Gairah dan jalan siasah yang begitu suram untuk mencapai hak hak sipil demi kemakmuran yang dipahami.

 
Berita Terpopuler