Kala Murid SDN Ciloma Sukabumi Terbebas Ancaman Buaya Sungai Cikaso

Habitat buaya Sungai Cikaso juga menjadi ancaman tersendiri bagi murid-murid sekolah.

Daqu
Sungai Cikaso, Kabupaten Sukabumi meluap saat banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Sungai ini juga menyimpan ancaman diterkam buaya bagi siswa-siswa yang hendak berangkat sekolah di SD Ciloma..
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk belajar di sekolah, bagi 70 murid SDN Ciloma, bukan hal yang mudah. Mengapa? Sebab, setiap hari mereka harus menumpang perahu kayu yang lewat untuk pulang dan pergi ke sekolah. 

Sungai Cikaso adalah satu-satunya akses menuju sekolah yang berlokasi di kampung Ciloma Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi. Tak hanya jarak dan akses menuju sekolah yang menjadi hambatan, habitat buaya di wilayah sungai juga menjadi ancaman tersendiri bagi murid-murid sekolah yang tiap hari harus berangkat menyeberangi sungai tersebut.

Menurut Ketua Umum Jabar Quick Response(JQR) Bambang Trenggono, pemberian perahu antar-jemput murid SDN Ciloma Sukabumi, merupakan bukti kasih sayang dari seorang pemimpin Ridwan Kamil. "Kang Emil berusaha sekuat tenaga ingin mewujudkan semua harapan warganya khususnya kebutuhan kebutuhan primer atau dasar," ujar Bambang kepada wartawan, Ahad (23/1).

Menurut Bambang, sebelumnya SDN Ciloma ini jarang mendapatkan perhatian, sebab akses dan jarak yang sangat jauh. "Namun Kang Emil mengatakan justru warga Jabar yang jauh jaraknya ini harus jadi prioritas, agar diperlakukan seadil-adilnya, " katanya. 

 

Buaya liar yang telah menjadikan sungai itu sebagai habitatnya kerap menjadi ancaman warga. (Antara/Basri Marzuki)

 

Bambang berharap, kasus seperti ini disikapi seadil adilnya, agar seluruh warga Jabar merasakan hasil dan kinerja pemerintahan. "Biasanya orang-orang yang mudah terjangkau saja yang merasakan dampak kerja pemerintahan. ini juga bisa menerjemahkan sila ke 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, " katanya. 

Kordinator operasional JQR, Irvan Hilmy, mengatakan, sekolah ini terletak di pinggir Sungai Cikaso ke arah muara laut kidul. Perjalanan dari dermaga Cikaso sekitar 1 jam dengan menggunakan perahu mesin atau sampan. Sedangkan para siswa siswi yang bersekolah di SD Ciloma mayoritas menyebrang Sungai Cikaso pulang pergi dikarenakan letak sekolah SD Ciloma bersebrangan dengan tempat tinggal mereka.

“Sekolah sendiri belum memiliki alat transportasi (perahu) sehingga murid harus menunggu perahu lain yang melintas dan  memiliki tujuan yang sama, tidak jarang siswa pun sering kesiangan. Siswa yang berasal dari Desa Sumberjaya (sebrang sekolah) pun juga harus menyebrang menggunakan perahu warga,”papar Irvan.

 

 

Menurut Irvan, JQR segera merespons setelah menerima laporan dari masyarakat dengan melaksanakan proses survey. Memastikan kebenaran informasi sekaligus menggali data kebutuhan di lokasi. Dari hasil survey itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menginstruksikan JQR untuk memberikan bantuan perahu antar jemput untuk para murid di SDN Ciloma.

Berkat kolaborasi antara JQR dan WeCare.id, murid dan guru SDN Ciloma tidak lama lagi akan memiliki perahu. Menurut Irvan, perahu tersebut telah dalam proses akhir pengerjaan. Model perahu yang akan diberikan adalah perahu dengan menggunakan mesin.

“Tim Jabar Quick Response mengunjungi tempat pembuatan perahu, kurang lebih hampir 80 persen rampung,” katanya. 

Irvan mengatakan, masyarakat di sekitar SDN Ciloma mayoritas berprofesi petani, dan sebagian penyadap gula merah. Diwaktu tertentu, masyarakat memanfaatkan sumber daya Sungai Cikaso untuk menangkap ikan, udang, dan impun. Biota sungai itu untuk dikonsumsi dan sebagian di jual untuk kebutuhan sehari-hari.

Kepala Sekolah SDN Ciloma Usef Ruswanda mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas bantuan perahu tersebut. Sekolah tempat dirinya mengabdi tersebut, dibangun pada 1984. SDN Ciloma menampung siswa dari Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud dan Desa Cibitung. 

Dengan segala keterbatasan, kata dia, dirinya bersama 3 guru honorer tetap menjaga semangat untuk mengajar. Setiap hari, dirinya juga menggunakan perahu untuk menuju sekolah dari kediamannya.

 

“Sekitar 40 menit sampai sejam perjalanan, bolak balik setiap hari,” katanya. 

 
Berita Terpopuler