Buaya Putih Penunggu Setu Babakan, Jelmaan Gadis yang Cintanya tak Direstui

Cerita rakyat yang berkembang, buaya putih sering menampakkan diri di Setu Babakan.

retizen /kurusetra republika
.
Rep: kurusetra republika Red: Network

Mitos yang berkembang di warga lokal seekor buaya putih jadi penunggu Setu Babakan. Foto: Ilustrasi Republika.

SALAM SEDULUR -- Kawasan Setu Babakan di wilayah Srengseh Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan saat ini bisa dibilang sebagai benteng terakhir pertahanan budaya Betawi. Sebab, di kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut masih terjaga keasliannya, mulai dari rumah adat sampai makanan tradisional. Namun, ada satu cerita yang melegenda di balik tenangnya air Setu Babakan, yakni keberadaan penunggunya berwujud buaya putih.

Menurut pengakuan warga lokal, di danau seluas 30 hektare area dengan kedalaman sekitar lima meter itu sering kali buaya putih menampakan diri. Kemunculan buaya putih di Setu Babakan itu pun menjadi cerita rakyat warga Betawi, khususnya yang tinggal di sekitar Srengseng Sawah, Jagakarsa, dan sekitarnya.

Kisahnya berawal dari sepasang remaja yang saling jatuh cinta. Sayangnya, perbedaan harta dan kasta membuat jalinan kasih keduanya harus kandas. Orang tua perempuan tidak merestui karena kekasihnya tidak berharta alias miskin.

Tak patah arang, sang pemuda yang kadung terlena oleh kecantikan kekasihnya memilih merantau keluar kampung guna mengadu nasib. Sang pemuda berharap bisa mendapatkan penghidupan yang lebih baik di luar kampungnya, guna mempersunting sang gadis.

Demi masa depan dan restu orang tua, sang gadis melepas sang pemuda merantau dengan linangan air mata. "Jika kita berjodo, kelak kita pasti akan bersama," kata si pemuda.

"Lekas pulang jika Abang sudah berhasil di rantau," jawab si gadis.

Namun, hari berganti bulan, bulan bersalin tahun, sang pemuda tidak kunjung berkabar. Si gadis resah, bukan karena tidak kuat menanti. Tetapi, orang tuanya memaksanya menikah dengan pria yang tidak dicintai. Dia tak berdaya saat dijodohkan.

Ketika hari pernikahan kian dekat, kriyaan akan digelar, harapan sang gadis yang berharap sang pemuda datang perlahan sirna. Dia putus asa hingga memilih untuk mengakhiri hidup.

Dengan perasaan remuk, pergilah sang gadis ke Setu Babakan untuk menceburkan diri. Para siluman penghuni danau yang mengetahui kisah sang gadis merasa iba. Karena itu, ketika tubuh sang gadis terbenam air danau, dia tidak tenggelam melainkan diubah menjadi buaya putih.

Konon, buaya putih jelmaan sang gadis masih sedia menjaga Setu Babakan. Karena itu, ada kepercayaan jika ada orang yang berbuat mesum akan diterkam buaya putih.

 
Berita Terpopuler