Hadapi Omicron, Seberapa Efektif Sinovac Sebagai Vaksin Booster?

Vaksin Covid-19 Sinovac tidak dipakai sebagai vaksin booster di Indonesia.

ANTARA/Fransisco Carolio
Vaksin Covid-19 Sinovac. Sinovac menyatakan bahwa vaksin penguat (booster) efektif dalam meningkatkan kapasitas antibodi penetral terhadap omicron.
Rep: Santi Sopia, Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CoronaVac, vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac Biotech, China telah masuk dalam Daftar Penggunaan Darurat (EUL) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 1 Juni 2021. WHO menyebut, vaksin Sinovac memenuhi "standar internasional untuk keamanan, kemanjuran, dan pembuatan".

"Kita sangat membutuhkan banyak vaksin Covid-19 untuk mengatasi ketimpangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Dr Mariângela Simão, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Produk Kesehatan, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Health Digest, Rabu (12/1/2022).

WHO telah merekomendasikan vaksin Sinovac untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Pemberiannya dilakukan sebanyak dua dosis dengan jarak dua sampai empat pekan antara dosis pertama dan kedua.

Baca Juga

Seperti vaksin lainnya, CoronaVac hadir dengan potensi efek samping. Menurut data uji klinis Fase 1 dan 2 yang diterbitkan pada Februari 2021, efek samping yang paling umum adalah nyeri di tempat suntikan, menurut The Lancet.

Uji coba fase 1 memeriksa 144 peserta dan uji coba fase 2 dengan 600 peserta. Sebanyak 743 peserta diberikan setidaknya satu dosis vaksin Sinovac selama masa percobaan.

Efek samping umum lainnya termasuk kelelahan, diare, dan nyeri otot. Namun, efek tersebut cenderung ringan dan berlangsung tidak lebih dari dua hari.

Lancet juga melaporkan bahwa "dibandingkan dengan kandidat vaksin Covid-19 lainnya, seperti vaksin vektor virus atau vaksin DNA / RNA, terjadinya demam setelah vaksinasi dengan CoronaVac relatif rendah. Namun, penelitian ini hanya mencakup "orang dewasa yang sehat" dan tidak termasuk peserta berusia di atas 60 tahun atau yang mengalami gangguan kekebalan.

Menurut Healthline, ada satu kasus dalam uji coba fase 1 yang melibatkan penerima mendapatkan reaksi alergi kulit dengan bekas. Tapi jika segera diobati dengan antihistamin dan steroid maka keluhan itu akan bisa cepat diselesaikan.

Vaksin Sinovac dosis ketiga
Pada Desember 2021, laporan Forbes menyatakan, Sinovac Biotech mengklaim bahwa dosis ketiga vaksinnya akan efektif 94 persen terhadap varian omicron. Pernyataan itu muncul tidak lama setelah studi Hong Kong University menemukan bahwa dua dosis pertama vaksin Sinovac tidak menghasilkan antibodi yang cukup untuk melawan varian baru tersebut secara efektif.

"Kami percaya ini menandakan bahwa efektivitas vaksin akan turun terhadap varian omicron," kata Kelvin To, seorang profesor klinis di departemen mikrobiologi Hong Kong University sekaligus anggota tim studi.

Baca juga : Bukan Flu dan Batuk, Ini 4 Gejala Khas Omicron

Sinovac Biotech menepis keraguan tersebut dengan mengatakan bahwa mereka telah melakukan studi sendiri tentang efektivitas vaksin terhadap varian omicron. Hasilnya menunjukkan bahwa dosis ketiga vaksin Sinovac efektif dalam meningkatkan netralisasi serum terhadap strain virus omicron.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan menyebutkan bahwa setelah kemunculan varian omicron, peneliti Hong Kong sangat menganjurkan penerima vaksin Sinovac untuk mendapatkan dosis ketiga sesegera mungkin.

"Masyarakat disarankan untuk mendapatkan dosis ketiga vaksin sesegera mungkin sambil menunggu generasi berikutnya dari vaksin yang lebih cocok," kata peneliti dalam rilis berita, dilansir Reuters.

Efektivitas terhadap varian omicron
Meskipun Sinovac Biotech optimistis tentang efektivitas vaksinnya terhadap varian omicron, suntikan booster belum terbukti melawan varian tersebut, menurut Bloomberg. Sebuah laboratorium menemukan bahwa tiga dosis vaksin tidak menghasilkan tingkat antibodi penetralisir yang cukup untuk melindungi terhadap varian omicron.

Vaksinasi Booster di Indonesia - (Infografis Republika.co.id)

Peneliti menyarankan agar orang mendapatkan vaksin yang berbeda untuk suntikan booster setelah mereka menerima dua dosis sebelumnya. Menurut laman HealthDigest, data ini memprihatinkan karena vaksin Sinovac merupakan salah satu vaksin yang paling banyak digunakan di dunia. Lebih dari 2,3 miliar dosis telah dikirim ke seluruh dunia, meskipun sebagian besar penerima berdomisili di China.

Varian omicron diketahui 70 kali lebih mudah menular daripada varian delta sehingga menjadi strain dominan saat ini. Memberikan suntikan booster dari perusahaan yang berbeda kemungkinan akan menjadi kemunduran dalam upaya dunia untuk secara efektif memvaksinasi dunia terhadap Covid-19.

Program vaksin booster Indonesia

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan, pemberian dosis penguat (booster) vaksin Covid-19 turut mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dalam dan luar negeri juga menjadi bahan pertimbangan.

"Vaksin Sinovac tidak untuk booster dan hanya untuk vaksin anak," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi kepada Republika.co.id, Rabu (12/1/2022).

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, program vaksin booster dilakukan secara gratis untuk masyarakat Indonesia. Dosis penguat diberikan kepada masyarakat berumur 18 tahun ke atas yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis penuh minimal enam bulan sebelumnya.

Sebanyak 21 juta penduduk menjadi target vaksinasi booster. Lansia dan kelompok rentan sebagai sasaran pertama.

Dosis yang akan diberikan dalam vaksinasi booster ialah setengah dosis. Berikut rekomendasinya:

- Untuk vaksin primer Sinovac atau vaksin dosis pertama dan kedua Sinovac akan diberikan vaksin booster setengah dosis Pfizer atau AstraZeneca.

- Untuk vaksin primer AstraZeneca atau vaksin dosis pertama dan kedua AstraZeneca akan diberikan vaksin booster setengah dosis Moderna.

Ketua Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, ada dua kategori vaksin booster. Pertama, homolog dan kedua heterolog.

"Bisa di-booster oleh dirinya sendiri (jenis vaksin sama) yang kita katakan homolog," kata Sri Rezeki. Sedangkan heterolog merupakan vaksinasi booster yang menggunakan jenis vaksin berbeda dengan dosis pertama dan kedua.

Ada lima jenis vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi booster, yakni Pfizer, AstraZeneca, CoronaVac/Vaksin PT Bio Farma, Zifivax, dan Moderna. Lima vaksin ini sudah mendapat izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

 
Berita Terpopuler