Waketum MUI Desak Ferdinand Minta Maaf ke Umat Islam

Pernyataan Ferdinand Hutahaean di Twitter dinilai menyinggung SARA dan memecah-belah.

Republika/Putra M. Akbar
Waketum MUI Desak Ferdinand Minta Maaf ke Umat Islam. Wakil Ketua Umum MUI - Anwar Abbas
Rep: Imas Damayanti/Erik Purnama Putra/Amri Amrullah Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas menyayangkan pernyataan politikus Ferdinand Hutahaean yang menyinggung umat Islam. Dia mendesak agar Ferdinand segera minta maaf ke umat Islam.

Baca Juga

Sebelumnya, Ferdinand Hutahaean mengeluarkan pernyataan yang sensasional dengan redaksi 'Allahmu ternyata lemah dan harus dibela, Allahku luar biasa dan Maha Segalanya', baru-baru ini.

“Yang menjadi pertanyaan bagi saya, mengapa kata-kata seperti ini bisa keluar dari diri seorang yang bernama Ferdinand Hutahaean yang katanya sangat menghargai perbedaan? Saya mengimbau saudara Ferdinand segera minta maaf ke umat Islam,” kata Buya Anwar, Rabu (5/1/2022).

Dia menilai, seorang Ferdinand yang mengaku sebagai orang yang menerima perbedaan mengapa harus mengeluarkan pernyataan yang merendahkan Tuhan agama orang lain. Seharusnya hal demikian tidak dia langgar dan tidak dilakukan. Sebab, kata Buya, hal itu hanya akan menyakiti umat Islam.

Buya menilai pernyataan Ferdinand dapat membuat gaduh negeri ini. Dia mendesak agar Ferdinand secara rendah hati meminta maaf kepada umat Islam agar pernyataannya tidak menyulut kegaduhan yang lebih luas.

Pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean sedang ramai mendapat sorotan publik, khususnya warganet. Hal itu setelah ia membuat status "Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa Maha Segalanya". Gara-gara cicitan (tweet) tersebut, Ferdinand dituding sedang menistakan Tuhan bagi pemeluk agama Islam.

Ferdinand pun mengakui, kalau statusnya di Twitter @FerdinandHaean3 tersebut sedang ramai dibahas banyak orang. Dia pun merasa perlu memberikan klarifikasi mengapa sampai membuat cicitan seperti itu.

"Bahwa cicitan saya itu kisahnya saya tidak sedang menyasar kelompok tertentu, agama tertentu, orang tertentu, atau kaum tertentu, tetapi saya dalam kondisi down kemarin saya juga hampir pingsan, saya tidak perlu bercerita masalah saya," kata Ferdinand kepada Republika di Jakarta, Rabu (5/1).

Menurut eks politikus Partai Demokrat tersebut, soal status Allahmu lemah, Allahku luar biasa merupakan dialog imajiner antara pikiran dan hatinya. Dia menekankan, cicitan itu tidak dimaksudkan untuk menjelekkan kelompok agama tertentu.

"Bahwa ketika pikiran saya down saya berkata kepada saya, 'Hei Ferdinand, kau akan hancur, Allahmu lemah tidak akan bisa membela kau', tetapi hati saya berkata, 'Oh tidak, pikiran Allahku kuat, Allahku tidak perlu dibela, saya harus kuatlah' kira-kira seperti itu intinya," kata Ferdinand.

Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Ummaimah menanggapi viralnya tagar #TangkapFerdinand atas reaksi cicitan SARA pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean. "Pernyataan Ferdinand sungguh tidak pantas dilontarkan dalam situasi apa pun. Kecuali itu menjadi salah satu strategi politik memecah belah," kata Ummaimah kepada wartawan, Rabu.

Menurut dia, saat ini pemerintah bersama masyarakat sedang berjibaku menghadapi pandemi dan dampak ekonomi akibat pandemi tersebut. Karena itu, sudah seharusnya aparat menjaga situasi yang kondusif agar masyarakat tidak lagi semakin dirugikan dengan kegaduhan politik yang bernuansa SARA. Maka, menurut dia, aparat juga perlu bertindak untuk kasus Ferdinand ini.

"Situasi yang kondusif semestinya dijaga, apalagi dalam situasi pandemi," ujarnya.

Dosen komunikasi Universitas Budi Luhur ini juga mengingatkan, pernyataan Ferdinand tersebut bagi kalangan tertentu mungkin hakikatnya bisa dipahami. Namun, ia juga mengatakan pemahaman masyarakat yang tingkat literasinya beragam sangat mudah terprovokasi karena perkataan SARA yang sangat sensitif bagi sebagian umat beragama.

 
Berita Terpopuler