Tipuan Daya Iblis Soal Harta dan Kekuasaan

Tipu daya iblis terhadap para pemimpin dan penguasa ada berbagai macam hal.

pxhere
Tipu daya iblis (Ilustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Tipu daya iblis terhadap para pemimpin dan penguasa ada berbagai macam hal. Termasuk di antaranya menjadikan penguasa memandang baik penggunaan harta secara boros.

Baca Juga

Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, Iblis menjadikan para penguasa memandang baik dalam penggunaan harta secara boros. Mereka menganggap harta tersebut boleh dikuasai sendiri. 

Ini adalah talbis Iblis yang baru akan disadari dengan adanya kewajiban hajr (larangan bertransaksi) terhadap orang yang tidak mampu membelanjakan hartanya dengan sikap bijak.

Jika ketentuan itu saja berlaku, lantas bagaimana terhadap orang yang disewa untuk menjaga harta orang lain? 

Seharusnya seseorang yang diamanahi harta tersebut hanyalah mendapatkan upah sesuai dengan pekerjaannya, sehingga dia tidak ada alasan untuk membelanjakan harta secara boros. 

Ibnu Aqil rahimahullah berkata: “Diriwayatkan dari Hammad, seorang perawi syair, bahwa dia mengutarakan beberapa bait syair di hadapan Khalifah al-Walid bin Yazid. Lantas, al-Walid memberinya 50 ribu dan dua sahaya wanita.” 

Ibnu Aqil menjelaskan: “Ini termasuk riwayat yang dinukil dalam konteks memuji mereka (para penguasa). Padahal, sebenarnya riwayat ini tergolong celaan terhadap mereka; karena yang bersangkutan itu telah menghambur-hamburkan harta yang berada di Baitul Mal kaum muslimin.” 

 

 

Di lain pihak, Iblis menjadikan sebagian dari penguasa tersebut menganggap baik tidak memberikan harta kepada orang yang memang berhak untuk menerimanya, dan ini merupakan bagian dari bentuk tabdzir (mubazir). 

Kemudian iblis membuat mereka menganggap baik sikap meremehkan kemaksiatan. Iblis menipu para penguasa itu dengan bisikan: “Kalian menjaga jalan lagi mengamankan negara, maka semua itu akan menolak adzab atas kalian.” 

Jawaban talbis ini yaitu dengan menyatakan: “Kalian diangkat menjadi pemimpin umat untuk menjaga negara serta mengamankan jalan umum. Ini adalah kewajiban kalian. Sementara itu meremehkan kemaksiatan jelas terlarang. Maka kewajiban tidak mampu menepis adzab atas kalian, terlebih karena sikap meremehkan kemaksiatan.”  

Selanjutnya, Iblis menipu kebanyakan penguasa dengan membisikkan bahwa dia sudah melaksanakan kewajiban. Indikatornya keadaan hidup masyarakat yang terlihat baik. Seandainya yang bersangkutan melihat lebih dalam, niscaya dia mendapati perbedaan realitas yang banyak. 

Lalu, Iblis menjadikan penguasa menganggap baik beberapa cara mendapatkan dan mengeluarkan harta dengan cambukan keras, menyita harta penghianat maupun koruptor dan menuntutnya agar bersumpah atas kesalahan. Padahal, yang benar adalah dengan menegakkan berbagai bukti yang bisa memberatkan si pengkhianat itu. 

 

 

Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz, bahwa salah seorang pegawainya menuliskan satu laporan: “Ada yang mengkorupsi harta Allah, tapi aku tak bisa menarik harta yang ada di tangan mereka kecuali dengan menimpakan suatu hukuman terhadap mereka.”  

 

Maka, lantas, Umar bin Abdul Aziz menanggapi ucapan ini: “Aku lebih suka mereka bertemu Allah dengan membawa pertanggungjawaban atas pengkhianatan mereka dibanding aku bertemu Allah dengan membawa bertanggungjawaban atas darah mereka.”

 
Berita Terpopuler