5 Catatan MUI untuk UNHCR Soal Pengungsi di Indonesia

Komitmen bangsa Indonesia terhadap kemanusiaan tidak pernah diragukan.

Dok. Istimewa
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menyampaikan, keadaan dan nasib pengungsi yang berasal dari Afghanistan di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan. Saat ini di perairan Aceh ada satu kapal yang membawa puluhan pengungsi Rohingya yang mayoritas terdiri dari perempuan dan anak-anak.

Baca Juga

Sudarnoto mengatakan, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi telah mendesak pemerintah Indonesia agar segera menerima para pengungsi Rohingya dengan alasan keselamatan.

"Kapal (yang membawa puluhan pengungsi Rohingya) ini mengalami kerusakan kebocoran sehingga terancam tenggelam. Terkait dengan ini, saya ingin menyampaikan beberapa catatan sebagai berikut," kata Sudarnoto melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Kamis (30/12).

Sudarnoto mengatakan, catatan pertama, komitmen bangsa Indonesia terhadap kemanusiaan tidak pernah diragukan dan selama ini telah ditunjukkan menangani berbagai masalah kemanusiaan antara lain tragedi kemanusiaan yang menimpa bangsa dan rakyat Palestina sebagai akibat genosida Israel. Baik pemerintah maupun kekuatan-kekuatan civil society termasuk ormas-ormas Islam, banyak lembaga filantropi dan para tokoh agama telah secara konkret memberikan perhatian kuat untuk program kemanusiaan ini.

"Hal yang sama juga ditunjukkan untuk para pengungsi Vietnam di Pulau Galang beberapa puluh tahun yang silam. Bahkan juga kepada pengungsi Afghanistan. Para pengungsi Afghanistan ini ditampung untuk sementara di beberapa wilayah Indonesia. Dan selama dalam penampungan ini, masyarakat Indonesia memperlakukan dengan baik dan memberikan bantuan untuk berbagai keperluan hidup sehari-hari. Bisa dimengerti jika bangsa Indonesia dikenal sebagai the most generous country in the world," jelasnya.  

 

 

Ia mengatakan, yang kedua, desakan UNHCR kepada pemerintah Indonesia sebetulnya tidak perlu dilakukan. Ini mengesankan bahwa pemerintah dan bangsa Indonesia tidak peduli kepada masalah-masalah kemanusiaan. Jadi yang justru harus dilakukan oleh UNHCR saat ini adalah segera menyelesaikan para pengungsi Afghanistan yang sudah lama terkatung-katung di Indonesia.

Sudarnoto menegaskan, problem utama belum terselesaikan oleh UNHCR, membiarkan para pengungsi yang sudah ada di Indonesia dalam ketidak pastian. Mereka memiliki hak hidup yang wajar, karena itu hak-hak dasar mereka harus segera dipenuhi dengan cara segera mengirimkan ke  negara-negara pemberi suaka politik.

"Membiarkan para pengungsi berlama-lama dalam ketidak pastian, sama saja membiarkan hak-hak hidup dan martabat mereka terlanggar. Dan ini sama saja membunuh mereka secara perlahan-lahan, membunuh harapan dan masa depan mereka. Selama UNHCR tidak menunjukkan keseriusannya dalam menyelesaikan soal pengungsi ini, maka akan datang gelombang pengungsi baru masuk ke perairan Indonesia, termasuk Rohingya," ujarnya.

Sudarnoto mengatakan, catatan ketiga, kuat kesan bahwa UNHCR sangat lamban menyelesaikan soal pengungsi Afghanistan. Sekarang Indonesia diminta untuk menerima beban pengungsi Rohingya.

Dia menegaskan, harusnya UNHCR jangan membebani pemerintah dan bangsa Indonesia dengan mendesak-desak agar pemerintah Indonesia segera menerima pengungsi Rohingya. Ini sikap yang tidak etis apalagi jelas UNHCR telah membiarkan pengungsi Afghanistan dalam keadaan sengsara di Indonesia.

"Pemerintah dan bangsa Indonesia Insya Allah akan memberikan bantuan melalui program kemanusiaan khususnya kepada para pengungsi. Akan tetapi UNHCR juga harus tunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan profesional di mata bangsa Indonesia. Jangan lepas tangan, ini tidak etis membebani Indonesia," tegasnya.

 

 

Sudarnoto mengatakan, catatan keempat, UNHCR harus berhasil meyakinkan negara-negara pemberi suaka politik agar segera membuka diri dan menerima para pengungsi. Ini adalah langkah produktif dan bisa menjadi solusi bersama bagi UNHCR, Indonesia, negara pemberi suaka politik dan pengungsi.

Menurutnya, kebuntuan selama ini ada di UNHCR dan ini harus segera dijebol. Karena itu perbincangan diplomatik harus segera dilakukan lebih intensif dan penuh kepastian. Sehingga dalam waktu dekat ada langkah-langkah konkret terukur untuk penyelesaian urusan pengungsi ini.

Ia menambahkan, yang kelima, MUI, ormas-ormas Islam dan seluruh komponen masyarakat civil society terutama di daerah-daerah di mana pengungsi berada perlu juga segera secara bersama-sama melakukan langkah. Di antaranya membuat semacam gugus atau aliansi masyarakat Indonesia untuk pengungsi. Melalui aliansi inilah berbagai masalah yang timbul terkait dengan pengungsi bisa ditangani.

"Karena itu aliansi ini bisa memainkan peran-peran advokasi, edukasi, healing dan pemberdayaan bagi pengungsi. Peran-peran mediasi antara pengungsi dengan berbagai pihak juga bisa dilakukan oleh aliansi ini," jelas Sudarnoto.

 

 
Berita Terpopuler