Kiai Miftach akan Mundur dari MUI? Ini Tanggapan PBNU

MUI diminta mempersiapkan diri jika Kiai Miftach ingin mundur sebagai ketua umum.

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Kiai Miftach akan Mundur dari MUI? Ini Tanggapan PBNU. Ketua Steering Committee Muktamar NU Muhammad Nuh (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan usai Rapat Harian Syuriyah dan Harian Tanfidziyah Nahdlatul Ulama terkait penetapan jadwal Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (7/12/2021) malam. Penetapan yang ditandatangani Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan Sekretaris Jenderal H Ahmad Helmy Faishal Zaini itu memutuskan gelaran Muktamar ke-34 NU tetap digelar pada 23-25 Desember 2021 di Provinsi Lampung.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miftachul Akhyar baru saja terpilih sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lewat musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) yang digelar di Muktamar ke-34 NU di Lampung. Salah satu anggota Ahwa, KH Zainal Abidin kemudian meminta Rais Aam tidak merangkap jabatan di organisasi lain dan Kiai Miftach saat itu patuh terhadap arahan tersebut.

Baca Juga

Ketua PBNU sekaligus pimpinan sidang pleno muktamar Muhammad Nuh mengatakan, Kiai Miftach tentu akan memenuhi janjinya tersebut untuk mundur dari MUI. “Jadi Insya Allah semuanya dipenuhi, tapi itu bukan tergantung saya atau tergantung ini, gak, insya Allah para kiai itu paham betul. Artinya timingnya disesuaikan, tidak serta merta besok langsung, itu kan nggak (seperti itu),” ujar Nuh.

Menurut dia, MUI tentu juga perlu mempersiapkan diri jika Kiai Miftach ingin mundur sebagai Ketum MUI. Karena itu, menurut dia, waktu penggantian kepemimpinan tersebut tergantung pada para kiai yang ada di MUI.

“Itu harus ditata juga di MUI-nya seperti apa, waktunya, terus siapa yang akan meneruskan? Apakah dari wakil-wakil yang sekarang ada? Atau kalau wakil sekarang ada, siapa? atau ada orang baru? Itu sangat tergantung dari beliau-beliau yang ada di MUI,” ucap Nuh.

Nuh menjelaskan, dalam forum musyawarah mufakat di Muktamar ke-34 NU, para kiai NU memang meminta kepada Rais Aam tidak merangkap jabatan. Menurut dia, Kiai Miftach tentu sangat paham yang dimaksud para anggota Ahwa saat itu.

 

 

“Tentu insya Allah beliau paham semuanya itu. Insya Allah, mosok ono kiai hindari janji, kan gak ada karena memang itu yang dijadiin bagian dari permohonan dari Ahwa-nya,” kata Nuh.

“Jadi kalau para kiai itu, permohonan itu sama dengan permintaan kita. Bahasanya kan halus sekali. Kiai Zainal Abidin kan halus sekali, memang itu yang disampaikan,” jelas dia.

Sebelumnya, permintaan agar Rais Aam PBNU untuk tidak merangkap jabatan di organisasi lain tersebut disampaikan oleh Kiai Zainal Abidin di depan forum pleno Muktamar ke-34 NU di Universitas Lampung (Unila) pada Jumat (24/12).

"Ada anggota Ahwa berpendapat antara lain pendapat itu kalau ingin menjadi Rais Aam Nahdlatul Ulama 2021-2026 diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi lain. Ada pandangan seperti itu dan itu disetujui oleh seluruh anggota Ahwa bahwa rais aam fokus di dalam pembinaan dan pengembangan jamiyah Nahdlatul Ulama ke depan," kata Zainal Abidin.

Hal itu kemudian ditanyakan kepada Kiai Miftach sebagai Rais Aam terpilih. Menurut Kiai Zainal, Kiai Miftach akan memetahui arahan tersebut. "Lalu kami berdiskusi dan berdialog dengan Rais Aam terpilih, beliau berkata dengan sangat santun sekali sami'na waathona (kami mendengar dan kami taat)," jelas Kiai Zainal.

Republika sudah mencoba beberapa kali untuk mengonfirmasi langsung kepada Kiai Miftach terkait masalah rangkap jabatan ini, serta untuk memastikan apakah Kiai Miftach akan mundur dari Ketum MUI. Namun, Kiai Miftach sejauh ini belum dapat dihubungi.

 
Berita Terpopuler