Perlindungan AstraZeneca Cepat Hilang pada Kasus Covid-19 Parah

Perlindungan AstraZeneca cepat hilang hingga tingga bulan setelah dosis kedua.

AP/Virginia Mayo
Perlindungan AstraZeneca cepat hilang hingga tingga bulan setelah dosis kedua (Foto: vaksin AstraZeneca)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh: Shelbi Asrianti

Perlindungan vaksin AstraZeneca terhadap kasus parah akibat Covid-19 diketahui lebih lekas hilang daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ini terungkap dari studi baru yang terbit di jurnal medis Lancet.

Penelitian mengamati lebih dari 42 juta orang di Brasil dan 1,9 juta orang di Skotlandia yang menerima dua dosis vaksin AstraZeneca. Hasilnya, kekebalan terhadap penyakit parah mulai hilang tiga bulan setelah dosis kedua.

Temuan menggarisbawahi pentingnya suntikan booster. Di Brasil, perlindungan terhadap rawat inap dan kematian akibat Covid-19 turun hingga 42,2 persen antara 18 dan 19 pekan setelah dosis kedua.

Di Skotlandia, di mana varian Delta dari virus corona dominan selama masa studi, kekebalan terpantau lebih bertahan. Perlindungan turun menjadi 63,7 persen dalam interval waktu yang sama.

Kekebalan awal sekitar dua hingga tiga pekan setelah dosis kedua mencapai 86 persen di Brasil dan 83 persen di Skotlandia. Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kekebalan vaksin AstraZeneca terhadap gejala Covid-19 memudar dalam waktu enam bulan.

Riset baru di Lancet dilakukan bersama oleh para ilmuwan dari universitas di Skotlandia, Brasil, dan Selandia Baru. Temuan menjadi pukulan lain bagi vaksin AstraZeneca, yang telah mengalami serangkaian kemunduran.

Selain publisitas yang buruk selama pengujian awal, kini ditemukan perlindungan vaksin yang sedikit lebih buruk dibandingkan vaksin pesaing Pfizer-BioNTech dan Moderna. Efektivitas yang lebih buruk sebagai booster ditambah dengan kekhawatiran tentang efek samping pembekuan darah yang langka.

Vaksin AstraZeneca diluncurkan ke pasar setelah penelitian awal oleh para ilmuwan di Universitas Oxford. Produk digunakan secara luas di Inggris Raya, Brasil, India, Afrika Selatan, dan beberapa negara lain.

Keuntungan vaksin AstraZeneca yakni jauh lebih murah daripada pesaing dan dapat disimpan pada suhu lemari es normal. Itu membuat vaksin lebih mudah didistribusikan di banyak negara.

Mengingat vaksin AstraZeneca sudah digunakan secara meluas, studi baru yang terbit di Lancet akan menjadi perhatian serius. Pihak AstraZeneca belum menanggapi permintaan komentar tentang studi tersebut.

 

Penny Ward, seorang profesor tamu kedokteran farmasi di King's College London, turut menanggapi hasil studi. Dia tidak ikut melakukan riset serta tidak berafiliasi dengan para peneliti yang menggagas studi itu.

Menurut Ward, temuan di Lancet menunjukkan pentingnya pemberian vaksin booster saat ini. Tambahan dosis itu berguna mempertahankan perlindungan terhadap penyakit dengan tingkat keparahan apapun akibat Covid-19.

"Data menegaskan kembali, seperti yang sudah kita ketahui, bahwa suntikan vaksin booster diperlukan untuk memberikan tingkat perlindungan berkelanjutan yang lebih tinggi," ujar Ward, dikutip dari laman Fortune, Kamis (23/12).

Di Inggris, vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna digunakan sebagai booster setelah adanya penelitian lain yang menunjukkan kegunaannya. Menurut studi, dua vaksin itu memberikan kekebalan yang lebih baik bagi mereka yang awalnya divaksinasi dengan AstraZeneca, dibandingkan dengan mendapat dosis ketiga AstraZeneca.

Inggris menggencarkan pemberian vaksin booster untuk memerangi varian Omicron yang dikhawatirkan membanjiri sistem kesehatan. Pekan ini, dosis vaksin tambahan diberikan kepada 900 ribu orang per hari.

 
Berita Terpopuler