Peringatan Keras Putin untuk AS dan NATO

Rusia akan memberikan respons keras kecuali bila Barat menurunkan garis agresifnya.

Mikhail Metzel, Sputnik, Kremlin via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia tidak dapat mundur dari krisis di perbatasan Ukraina. Rusia akan memberikan respons keras kecuali bila Barat menurunkan 'garis agresifnya'.

Pernyataan ini ia sampaikan di hadapan perwira-perwira militer Rusia. Ia mendesak AS dan NATO segera menjawab proposal yang Moskow ajukan pekan lalu untuk serangkaian jaminan keamanan dari Barat.

"Apa yang AS lakukan di Ukraina di pintu belakang kami dan mereka harus memahami kami tidak memiliki tempat untuk mundur, apakah mereka kira kami hanya akan diam menonton," kata Putin Selasa (21/12) kemarin.

"Bila rekan-rekan Barat kami melanjutkan garis agresifnya, kami akan mengambil respon militer teknis yang tepat dan bereaksi keras pada langkah-langkah yang tidak bersahabat," tambahnya.

Putin tidak memerinci sifat dari langkah-langkah tersebut tapi pernyataannya serupa seperti yang disampaikan Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov sebelumnya. Ryabkov memperingatkan Rusia mungkin akan mengerahkan kembali rudal nuklir jarak menengah ke Eropa untuk merespons rencana serupa NATO.

Rusia telah membantah tuduhan Ukraina dan AS yang mengatakan Moskow tengah mempersiapkan invasi ke Ukraina pada awal bulan depan. Tuduhan disampaikan setelah Rusia dikabarkan mengumpulkan puluhan ribu personel pasukannya di perbatasan Rusia-Ukraina.

Baca Juga

Rusia mengatakan, mereka membutuhkan jaminan dari Barat termasuk NATO agar tidak melakukan aktivitas militer di Eropa Timur karena ancaman keamanan yang ditimbulkan Ukraina semakin menguat hubungannya dengan aliansi Barat semakin besar.  Selain itu juga terdapat kemungkinan NATO mengerahkan rudal ke arah wilayah Ukraina.

Siap bertemu

Pada Jumat (17/12) lalu Presiden Ukraina Volodymr Zelenskiy mengaku siap 'bertemu langsung, tête-à-tête (dalam format tertutup)' dengan Rusia. Ia mengatakan tidak keberatan dengan format tersebut. Namun Moskow berulang kali menganggap pertemuan tersebut tidak berarti bila tidak ada kejelasan agendanya.

Dalam pernyataannya Kremlin mengatakan saat berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Putin menekankan pentingnya untuk mengumpulkan kembali empat negara yang tergabung dalam kelompok Normandy. Perundingan antara Rusia, Ukraina, Prancis dan Jerman mengenai perjanjian damai di Ukraina.

Bagi Rusia, perundingan Normandy penting karena membutuhkan langkah konkrit dari Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian damai yang sudah ada. Ukraina mengatakan Rusia dan proksi-proksinya menolak untuk terlibat.

Dalam sambungan teleponnya dengan Putin, Kanselir Jerman Olaf Scholz menekankan dukungan solid negara-negara Barat pada Ukraina dan NATO. Pada Selasa (21/12) lalu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengecilkan kemungkinan pertemuan langsung antara Biden dan Putin.

"Saya pikir kami harus melihat, pertama-tama apakah terdapat kemajuan diplomatis," kata Blinken saat ditanya apakah akan ada pertemuan langsung antara dua kepala negara untuk menurunkan ketegangan.  

Diplomat Departemen Luar Negeri AS untuk Eropa, Karen Donfried mengatakan , Washington mempersiapkan tiga jalur dalam berhubungan dengan Rusia. Di antaranya, melalui jalur bilateral, Dewan NATO-Rusia yang terakhir kali bertemu pada 2019 dan melalui Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).  

Pada saat yang sama, katanya, Amerika juga akan terus mengirimkan pasokan dan perlengkapan militer ke Ukraina dalam beberapa pekan dan bulan ke depan. Sesuatu yang ditentang oleh Rusia.

"Sebagaimana yang telah disampaikan Presiden (Joe) Biden pada Presiden Putin, jika Rusia melanjutkan invasi Ukraina, kami akan menyediakan materi pertahanan tambahan pada Ukraina melampaui dan melebihi dari proses yang telah kami sediakan," katanya.

Menurut seorang pejabat pemerintah Biden, Washington mempertimbangkan pengendalian ekspor ketat untuk mengganggu ekonomi Rusia bila Putin menginvasi Ukraina. Langkah tersebut akan dibahas pejabat tinggi pemerintah Biden. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada awal tahun depan aliansi itu menjajaki diskusi yang berarti dengan Moskow.

 
Berita Terpopuler