(Masih) Menanti Formula Ajaib Xavi Bersama Barcelona

Xavi ternyata mewarisi tim Barcelona yang benar-benar terpuruk.

AP/Matthias Schrader
Pelatih Barcelona Xavi Hernandez.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Kebangkitan semu. Kata-kata itu yang sepertinya pantas menggambarkan kondisi Barcelona pascamasuknya Xavi Hernandez sebagai pengganti Ronald Koeman di kursi pelatih.

Kisah sukses Xavi bersama Barcelona saat masih merumput di atas lapangan menjadi pangkal munculnya antuasisme terkait kebangkitan Blaugrana. Sang metronom permainan dianggap sosok yang ideal untuk membawa kembali identitas permainan Barca.

Mendominasi permainan lewat penguasaan bola, ofensif, operan-operan pendek dan cepat, andal dalam mengendalikan ruang permainan, hingga menghukum kecerobohan lawan dengan gol yang dibangun lewat kolektivitas permainan. Gaya sepak bola, tiki-taka, yang membawa Barca ke puncak kejayaan pada musim 2009/2010 itu kini tinggal kenangan.

Pelatih berusia 41 tahun itu justru mengalami kesulitan untuk bisa menerapkan kembali gaya permainan tersebut. Xavi mungkin berhasil membawa Barcelona tidak pernah kalah dalam lima laga awal menukangi klub asal Katalan tersebut, dengan torehan tiga kemenangan dan dua hasil imbang.

Namun, kebangkitan itu ternyata semu belaka. Barca langsung limbung begitu menelan kekalahan perdana di bawah kendali Xavi.

Kekalahan, 0-1, dari Real Betis, awal bulan ini, mengawali rentetan buruk raihan hasil Barcelona. Kepercayaan diri para penggawa Blaugrana langsung melorot ke titik terendah begitu tersingkir dari Liga Champions.

Blaugrana menyerah, 0-3, di tangan Bayern Muenchen di laga pamungkas penyisihan grup. Hasil imbang, 2-2, kala menghadapi Osasuna, akhir pekan lalu, menutup rangkaian tidak pernah menang Barcelona di tiga laga kompetitif terakhir di semua ajang.

Terhitung dengan kekalahan dari Boca Juniors di ajang persahabatan, Maradona Cup, Barcelona tercatat tidak pernah menang di sepanjang Desember. Xavi ternyata mewarisi tim Barcelona yang benar-benar terpuruk, jika tidak ingin disebut lemah.

Kepercayaan diri, yang sejatinya menjadi modal utama dalam menerapkan gaya permainan tiki-taka, justru menghilang dari skuad Blaugrana saat ini.

Baca Juga

''Masalah di tim ini terletak pada kondisi psikologis tim, bukan pada aspek olahraga. Mereka harus kembali memiliki keyakinan, kepercayaan diri, dan keberanian. Di Barcelona, penampilan 6/10 atau 7/10 tidak akan dianggap. Anda mesti bisa memberikan penampilan 10/10. Itulah tugas utama saya di sini,'' ujar Xavi seperti dikutip Marca, beberapa waktu lalu.

Xavi bahkan tidak habis pikir, bagaimana mungkin pemain-pemain muda, seperti Nico Gonzalez, Abde Ezzalzouli, Gavi, Ronald Araujo, Pedri, dan Ansu Fati, justru menjadi tulang punggung utama permainan tim. Sebagai perbandingan, menit bermain Gavi jauh lebih banyak dibanding Ousmane Dembele. Winger asal Prancis itu juga kalah dalam hal torehan gol dari juniornya di sisi sayap, Abde.

''Abde, Gavi, dan Nico tampil sebagai pilar utama tim di momen-momen sulit ini. Para pemain muda ini bisa memberikan perbedaan dan hal itu sulit untuk dicerna. Ada sisi positif dan negatif. Namun, para pemain muda ini tidak bisa terus berada di level tertinggi. Mereka tidak bisa menjadi menopang tim ini terus menerus, harus ada pemain lain yang bekerja sama kerasnya,'' jelas Xavi.

Restrukturisasi dan membangun kembali skuad Barcelona menjadi opsi yang muncul buat Xavi. Mantan pelatih Al Sadd itu sebenarnya pernah menjadi saksi proses pembenahan kembali skuad Barcelona, tepatnya pada musim awal musim 2003/2004.

Para pemain Barcelona setelah pertandingan Liga Champions belum lama ini. - (EPA-EFE/Alberto Estevez)

 

 


Namun, saat itu, Xavi bukanlah sosok sentral dalam perubahan besar-besaran tersebut. Pada saat itu, kondisinya pun tidak jauh berbeda.

Blaugrana tengah dirongrong krisis finansial. Akhirnya, Presiden Barcelona saat itu, Joan Laporta, mengambil langkah berani dengan mendatangkan Ronaldinho. Pemain asal Brasil itu terbukti menjadi penggerak utama performa tim besutan Frank Rijkaard tersebut.

Keputusan manajemen klub untuk mendatangkan Edgar Davids pada pertengahan musim sebagai pemain pinjaman dari Juventus juga makin menyeimbangkan permainan Blaugrana. Di ujung musim, Barca berhasil finish sebagai runner-up La Liga.

Formula serupa juga bisa diterapkan Xavi pada saat ini. Xavi sadar kondisi keuangan Blaugrana tidak sepenuhnya sehat. Namun, pelatih asal Spanyol itu tetap berharap ada kehadiran pemain anyar di Blaugrana, termasuk dengan kemungkinan menghadirkan pemain bintang.

''Sebuah tim harus terus berkembang. Selalu ada peluang di bursa transfer. Sudah ada pertemuan dengan Laporta dan jajaran dewan direksi, hasilnya cukup positif. Kami mungkin tengah mengalami masalah di neraca keuangan, tapi harus ada perubahan di tim ini agar bisa lebih kompetitif,'' kata Xavi seperti dilansir Marca.

Target untuk bisa menjuarai La Liga musim ini mungkin terlalu muluk-muluk buat Blaugrana. Dengan selisih 18 poin dari pemuncak klasemen sementara, Real Madrid, hingga jornada ke-17, Barcelona membutuhkan keajaiban di sisa musim ini untuk bisa menggeser Los Blancos.

Setidaknya, Blaugrana bisa mengincar posisi empat besar dan kembali tampil di Liga Champions musim ini. Namun, itu juga dapat menjadi target yang tidak realistis apabila Xavi gagal membawa angin perubahan di skuad Blaugrana saat ini.

 
Berita Terpopuler