Omicron Berpotensi Membuat RS di Inggris Kewalahan

Menkes Inggris laporkan Omicron menyebar sangat cepat dan bisa membanjiri rumah sakit

AP/Victoria Jones/PA
Komuter di kereta bawah tanah London memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran COVID-19, sekarang wajib di angkutan umum di Inggris setelah munculnya varian Omicron baru, di London, Selasa, 30 November 2021. Menkes Inggris laporkan Omicron menyebar sangat cepat dan bisa membanjiri rumah sakit.
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Inggris melaporkan kasus kematian pertama terhadap pasien Covid-19 yang teridentifikasi varian Omicron. Menteri Kesehatan (Menkes) Inggris Sajid Javid mengatakan varian Omicron menyebar begitu cepat sehingga sangat berpotensi membanjiri rumah sakit Inggris. Dia pun menyoroti perlunya memperkuat pembatasan dan mempercepat vaksinasi dosis ketiga atau booster.

"Omicron sangat menular sehingga bahkan jika terbukti tidak terlalu parah dibandingkan varian lainnya, masih ada kemungkinan lonjakan penerimaan rumah sakit jika dibiarkan," kata Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid kepada anggota parlemen.

Selama pandemi, tujuan utama pemerintah Inggris adalah mencegah National Health Service (NHS) kewalahan oleh pasien Covid-19. Ini sangat penting selama musim dingin, ketika rumah sakit di Inggris sering mengalami lonjakan kasus flu dan penyakit lain yang berhubungan dengan cuaca dingin.

Profesor Chris Whitty, kepala petugas medis Inggris, mengatakan kepada para menteri pemerintah bahwa terlalu dini untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit yang akan ditimbulkan oleh Omicron. Namun, ujar dia, kita waspada terhadap peningkatan yang signifikan dalam rawat inap.

Selama sepekan terakhir, rata-rata 811 orang sehari dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Saat ini ada sekitar 7.400 pasien virus corona di rumah sakit Inggris. Jumlah itu turun dari puncaknya lebih dari 39 ribu pada pertengahan Januari. Hanya 10 dari mereka yang dinyatakan positif varian Omicron.

"Keterlambatan antara infeksi dan rawat inap adalah sekitar dua pekan," kata Javid. "Dengan infeksi yang meningkat begitu cepat, kita kemungkinan akan melihat peningkatan substansial dalam rawat inap sebelum tindakan apa pun mulai berdampak. Jadi benar-benar tidak ada waktu untuk kalah," katanya.

Baca Juga

Komentar Javid muncul ketika pemerintah bergegas untuk mempercepat program vaksinasi nasional yang bertujuan menawarkan dosis booster untuk setiap orang dewasa pada akhir Desember. Anggota parlemen juga memberikan suara pada Selasa (14/12) untuk menyetujui aturan yang lebih ketat tentang pemakaian masker di sebagian besar tempat umum dalam ruangan dan izin Covid wajib untuk klub malam.

Hal ini untuk memperlambat penyebaran Omicron sampai lebih banyak vaksinasi dapat diberikan. "Ini adalah misi nasional baru. Perlombaan antara virus dan vaksin untuk melindungi rakyat sebanyak mungkin," kata Javid.

Kebut Booster

Dalam upaya lain untuk mempercepat program booster, pejabat kesehatan Inggris untuk sementara menangguhkan periode pengamatan 15 menit yang biasanya diperlukan bagi siapa pun yang menerima suntikan Pfizer atau Moderna. Para dokter mengeluh masa tunggu biasanya tidak diperlukan dan mengakibatkan pasien sehat menunggu di pusat vaksinasi yang ramai. Masa tunggu dilakukan untuk melihat reaksi alergi sebelum pasien meninggalkan klinik.

Antrean panjang terbentuk di luar pusat vaksinasi di seluruh Inggris untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (14/12). Layanan Kesehatan Nasional berlomba untuk memenuhi target pemerintah memberikan hingga satu juta suntikan sehari, lebih dari dua kali lipat rata-rata baru-baru ini.

Baca juga : Kematian Pertama Akibat Varian Omicron, IHSG Berpotensi Terguncang

Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab mengatakan masalah logistik dalam memperluas program vaksinasi akan berkurang selama pekan depan. "Butuh beberapa hari hanya untuk memastikan kami mencapai kondisi stabil," katanya kepada BBC. "Kami akan terus bekerja keras untuk memastikan kami bisa mencapai target itu," imbuhnya.

Pusat vaksinasi di seluruh Inggris menempatkan 562.800 dosis vaksin pada Senin (13/12), termasuk 513.722 booster. NHS mencatat, Senin adalah hari tertinggi kedua untuk pemesanan booster Covid-19 di Inggris, dengan lebih dari 650 ribu janji temu dijadwalkan.

Dalam pidatonya kepada negara pada Ahad pekan lalu, Perdana Menteri Boris Johnson mendorong semua orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan booster demi memperkuat dinding perlindungan vaksin terhadap gelombang pasang Omicron yang diantisipasi. "Setiap orang yang berusia 18 tahun ke atas akan ditawari dosis ketiga pada 31 Desember, sebulan lebih awal dari target sebelumnya," kata Johnson.

Pada Senin malam, Johnson meminta ribuan sukarelawan untuk menjadi staf pusat vaksinasi baru di area perbelanjaan, stadion, dan arena pacuan kuda. Seruan tersebut mencerminkan dorongan vaksinasi tahun lalu yang digaungkan dokter perawatan primer, rumah sakit, militer, dan warga rata-rata dimobilisasi untuk memberikan inokulasi.

"Kami membutuhkan puluhan ribu orang untuk membantu semua orang mulai dari pemberi vaksin terlatih hingga pelayan," kata Johnson.

"Ribuan orang telah memberikan waktu mereka tetapi kami membutuhkan Anda untuk maju lagi. Bekerja bersama dokter umum, dokter, perawat, dan apoteker kami yang brilian untuk memberikan suntikan dan menyelamatkan nyawa," ujarnya melanjutkan.

Pihak berwenang Inggris mengatakan jumlah infeksi Omicron berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari. Varian ini kemungkinan akan menjadi bentuk dominan Covid-19 di seluruh negeri dalam beberapa hari.

Sementara itu, Javid menyebut penyebaran cepat Omicron di Inggris berarti tidak masuk akal lagi untuk mencoba menghentikan impor kasus dari luar negeri. Akibatnya, pemerintah mencabut larangan pengunjung dari 11 negara Afrika dan persyaratan penduduk Inggris yang kembali dari negara-negara tersebut dikarantina di hotel dengan biaya sendiri.

Baca juga : Ini Langkah Pemerintah dalam Memperketat Pengawasan Karantina untuk Cegah Omicron

Javid mengatakan semua negara dalam "daftar merah" akan dihapus pada Rabu. Otoritas kesehatan Inggris melaporkan 59.610 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi pada Selasa (14/12), jumlah tertinggi sejak 9 Januari. Namun, vaksinasi yang meluas menandakan infeksi yang diderita tidak parah sehingga tidak membutuhkan rawat inap, begitu pula dengan kematian. Inggris mencatat 150 lebih banyak kematian terkait virus corona pada Selasa, dibandingkan dengan 1.035 pada 9 Januari.

Para ilmuwan di Afrika Selatan mengatakan varian tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada varian Delta, meskipun mereka memperingatkan masih terlalu dini untuk memastikannya. Otoritas kesehatan di seluruh dunia mengawasi Inggris dengan cermat untuk melihat seperti apa gelombang Omicron di negara dengan populasi yang lebih tua dan lebih banyak divaksinasi daripada Afrika Selatan.

 
Berita Terpopuler