Ironi Vaksin Kedaluwarsa Saat Tingkat Vaksinasi Rendah di Negara Afrika

Negara Afrika menerima sumbangan vaksin dengan umur simpan pendek dari negara donor.

AP/Gbemiga Olamikan
Orang-orang menerima vaksin virus corona di Abuja, Nigeria, Senin, 29 November 2021. Nigeria akan menghancurkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 kedaluwarsa.
Rep: Kamran Dikarma/Rizky jaramaya Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Nigeria akan menghancurkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 kedaluwarsa. Hal itu dilakukan saat tingkat vaksinasi di sana masih sangat rendah. 

Baca Juga

Kepala Badan Pengembangan Perawatan Kesehatan Primer Nasional Nigeria Faisal Shuhaib pada Senin (13/12) mengungkapkan, pihaknya akan bekerja sama dengan regulator obat-obatan negara tersebut untuk menetapkan tanggal pemusnahan vaksin. 

Shuhaib menjelaskan, Nigeria telah menerima sumbangan vaksin dengan umur simpan pendek dari negara-negara donor internasional. Vaksin itu hendak digunakan dengan cepat guna meningkatkan level perlindungan di masyarakat.

Seperti banyak negara Afrika lainnya, Nigeria juga sempat menghadapi kelangkaan vaksin. Namun vaksin dengan umur simpan yang singkat itu ternyata tak seluruhnya bisa langsung dipakai. Oleh sebab itu, sebagian di antaranya kedaluwarsa. Shuhaib mengatakan, negaranya tidak akan lagi menerima vaksin dengan jangka simpan pendek. 

Pekan lalu, Menteri Kesehatan Nigeria Osagie Ehanrie mengungkapkan, sejumlah vaksin yang didonasikan negara-negara kaya hanya memiliki masa simpan beberapa pekan. Hal itu membuat Nigeria harus berpacu dalam melakukan kampanye vaksinasi. 

Sejauh ini, dari 200 juta penduduk Nigeria, hanya empat persen yang telah divaksinasi lengkap. Negara tersebut sudah melaporkan 217 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 2.981 jiwa.

Kejadian serupa juga terjadi di Senegal. Total 400 ribu vaksin Covid-19 di Senegal akan segera kedaluwarsa. Sebanyak 200 ribu vaksin Covid-19 yang tidak digunakan telah kedaluwarsa, dan 200 ribu vaksin lainnya akan kedaluwarsa pada akhir Desember karena distribusi yang lambat.

Pemerintah Afrika telah menyerukan untuk meningkatkan kampanye vaksinasi Covid-19, agar tidak tertinggal dari negara lain. Namun implementasi vaksinasi di benua Afrika tidak mudah.

Masalah logistik, umur simpan vaksin yang pendek, dan keraguan vaksin membuat target vaksinasi tidak tercapai. 

“Masalah utamanya adalah keraguan vaksin. Jumlah kasus menurun. Mereka bertanya: 'mengapa penting untuk divaksinasi jika penyakitnya tidak ada sekarang'?,” ujar Ousseynou Badiane, yang bertanggung jawab atas peluncuran vaksin Senegal.  

Badiane mengatakan, sebagian besar dosis vaksin yang kedaluwarsa dibuat oleh AstraZeneca. Vaksin tersebut dipasok melalui skema Covax, yang memfasilitasi pembagian vaksin oleh aliansi vaksin GAVI dan WHO.

Tingkat vaksinasi yang rendah di Afrika akan membantu memperpanjang pandemi dan meningkatkan risiko munculnya varian baru, seperti varian omicron. Varian ini pertama kali diidentifikasi di Afrika bagian selatan, dan Hong Kong. Kini varian omicron menyebar di banyak negara.

Senegal telah mencatat lebih dari 74 ribu infeksi Covid-19 dengan 1.886 kematian. Sejauh ini, Senegal telah memberikan hampir 2 juta dosis vaksin atau sekitar 5,9 persen dari populasi.

Badine mengatakan, saat ini Senegal melakukan vaksinasi kepada 1000 atau 2000 orang per hari. Jumlah tersebut menurun dari 15.000 selama musim panas. 

“Kami pesimis dapat menggunakan 200 ribu dosis vaksin sebelum habis masa berlakunya pada akhir bulan ini," kata Badine.

Badiane berharap pemerintah dapat memperkenalkan semacam pembatasan pada orang tidak divaksinasi. Termasuk penggunaan kartu kesehatan seperti yang telah dilakukan oleh negara lain.

 “Tanpa pembatasan, penduduk tidak akan mendapatkan vaksinasi,” kata Badine.

 
Berita Terpopuler