Menhan Israel Ungkap Batas Akhir Kapan Serang Iran ke AS

Israel telah mengintensifkan perencanaan untuk menyerang Iran.

AP/Abir Sultan/Pool European Pressphoto Agenc
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mempresentasikan rencana serangan terhadap Iran kepada pemerintah Amerika Serikat (AS). Seorang sumber diplomatik senior pada Jumat (10/12) mengatakan, AS tidak menyuarakan penentangan terhadap persiapan Israel untuk menyerang Iran.  "Tidak ada veto," kata sumber itu, dilansir Jerusalem Post, Ahad (12/12).

Pasukan Pertahanan Israel telah mengintensifkan perencanaan untuk menyerang Iran. Pada Jumat, dalam pidato di Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Amerika Israel di Miami, Gantz mengatakan, Iran adalah ancaman besar bagi Israel dan dunia.

“Inilah mengapa komunitas internasional, dengan kepemimpinan AS, harus berdiri bersama dan bertindak tegas melawan aspirasi hegemonik Iran dan program nuklir, serta memulihkan stabilitas demi perdamaian global,” kata Gantz.

Pada Kamis (9/12) lalu, Gantz bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington untuk membahas ancaman nuklir Iran. Gantz mengatakan, konsultasi mengenai masalah Iran dengan Washington berjalan sangat baik.

Gantz mengaku telah berbicara dengan Pemerintah AS tentang bagaimana menjaga tekanan terhadap Iran dengan tujuan menjauhkan mereka dari kemampuan nuklir. Termasuk membahas sanksi ekonomi sebagai alat agar Iran menangguhkan aktivitas nuklirnya.

"Konsultasi di Washington sangat baik, termasuk cara-cara untuk memastikan keunggulan militer kualitatif Israel di Timur Tengah. Saya pikir dalam beberapa minggu mendatang kita akan tahu di mana kita berdiri,” kata Gantz.

New York Times melaporkan, Israel berkonsultasi dengan Washington ketika melakukan dua serangan sebelumnya terhadap Iran. Satu serangan terjadi pada Juni terhadap fasilitas yang memproduksi sentrifugal di Karaj. Kemudian satu serangan lainnya menargetkan lokasi produksi rudal di luar Teheran.

Baca Juga

Dua bulan lalu, Presiden AS Joe Biden meminta Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan meninjau rencana persiapan Israel untuk menyerang Iran jika upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 atau JCPOA gagal mencapai hasil. Biden juga meminta Sullivan meninjau kemungkinan untuk meningkatkan sanksi terhadap Teheran.

Amerika Serikat dan Israel berselisih dalam evaluasi mereka terhadap ancaman Iran.  Para pejabat Israel terus menyatakan keprihatinan terkait negosiasi JCPOA yang berlangsung di Wina. Menurut Israel, JCPOA tidak akan menghentikan langkah Iran dalam mengembangkan kemampuan nuklirnya. Sementara, AS mengedepankan jalur diplomatik untuk dapat menghidupkan kembali JCPOA.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price memberikan tanggapan diskusi AS-Israel tentang alternatif untuk melawan ancaman nuklir Iran, jika negosiasi di Wina gagal. Price mengatakan, AS dan Israel akan memastikan bahwa Iran tidak akan mendapatkan senjata nuklir.

"Kami sedang mendiskusikan beberapa alternatif. Kami sedang mendiskusikan opsi-opsi itu dengan mitra dekat kami dan sekutu dekat kami, termasuk dengan Israel.  Kami telah melakukan diskusi yang baik dengan Israel tentang jalan ke depan, dan bagaimana kami dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa Iran tidak akan pernah dapat memperoleh senjata nuklir," kata Price.



 
Berita Terpopuler