Mengenal Minyak Neem, Pestisida Organik untuk Pertanian Berkelanjutan

Minyak neem bisa membuhuh hama, tapi tidak berbahaya bagi lebah.

Humas Kementan
Ilustrasi penggunaan pestisida. Minyak neem bisa menjadi alternatif pestisida ramah lingkingan, bisa membuhuh hama, tapi tidak berbahaya bagi lebah.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pohon mimba tumbuh di banyak lokasi di Mali. Minyak yang diperas dari buah pohon itu bisa menjaga kesehatan pohon karena merugikan serangga.

Baca Juga

Di peternakan Diarra Agriculture dekat ibukota Mali, Bamako, sebanyak 4.000 pohon jeruk tersebar di area seluas 15 hektare. Tanaman ini diganggu oleh serangga white termite. Ini adalah sejenis rayap yang juga dikenal dengan sebutan "semut putih". Hewan inimembuat lubang dan memasuki pohon dari akarnya sehingga membuat pohon berhenti berbuah.

Lamine Diarra, pemilik Diarra Agriculture mengungkap dia sudah mencoba berbagai jenis zat kimia untuk memerangi serangga, dan tidak ada yang berhasil. "Tapi ketika kami mulai memakai minyak Neem dari pohon mimba, hasilnya bagus. Dan harganya jauh lebih murah daripada pestisida," ucap dia.

Awalnya minyak ini berasal dari India. Pohon mimba diperkenalkan di Mali tahun 1960-an dalam upaya reboisasi. Tumbuhan ini berkembang cepat, dan tahan suhu hingga 45° Celcius, sehingga cocok bagi iklim Mali yang panas.

Dalam jumlah besar, pohon-pohon ini berisi berbagai kandungan berguna, terutama buahnya. Jika diolah, zat nya bisa digunakan untuk keperluan obat maupun pertanian. Tapi potensi sepenuhnya minyak Neem sebagai pestisida organik sampai sekarang kurang diketahui.

Di Mali hanya ada beberapa produsen minyak Neem. Sebuah perusahaan berada di Segou, 200 km di sebelah timur laut ibukota Bamako.

Membuat minyak mimba perlu proses lama. Hanya buah yang matang, yang jatuh dari pohon yang dikumpulkan dan dikeringkan di tempat teduh.

Minyak diperas dalam keadaan dingin. Seliternya berharga sekitar 256.000 Rupiah, dan bisa digunakan untuk menyemprot areal seluas sepertiga ukuran lapangan sepak bola.

"Zat penting dalam minyak Neem adalah 'azadirachtin',“ demikian dijelaskan Mamadou Karabenta, dari badan pengawas tumbuhan nasional. Menurut Karabenta, itulah yang membuat produk-produk berdasar mimba efektif.

Minyak neem tidak beracun bagi manusia maupun lebah. Tapi petani tetap lebih suka menggunakan pestisida dari zat kimia. Padahal di Mali, tiap tahunnya ribuan orang sakit akibat keracunan pestisida. Zat kimia ini banyak dijual di seluruh kota.

Mamadou Bah, seorang pedagang bahan pertanian menjelaskan di musim hujan, petani membeli banyak pestisida hingga 20, 30, 40 kotak.

Petani lebih suka menggunakan zat kimia karena lebih mudah digunakan daripada minyak Neem. Demikian ungkap Habid Adjet. Ia menawarkan pelatihan bagi orang-orang di kawasan selatan Mali, yang ingin beralih ke pertanian organik. Itu mencakup juga bagaimana cara membuat pestisida organik.

Campuran minyak neem dengan air mengandung sabun adalah 1:50. Setelah dicampur, siap digunakan. Tapi minyak itu sensitif terhadap sinar matahari, sehingga sebaiknya digunakan setelah matahari terbenam.

Ketika sedang menempatkan minyak, Habid Adjet menemukan sejumlah cacing di lahan pertanian jagung.

"Cacing-cacing sudah mulai memakan kuncup jagung. Saat pertama kali mengurus tanaman, kami belum berhasil memusnahkan seluruh telur cacing,“ cerita Habib Adjet.

Konsultan independen pengusaha muda itu menambahkan, “Yang belum kami musnahkan, akan menetas dalam 4 atau 5 hari, tapi kami akan menghancurkan mereka. Dan jika mengulang perawatan 4 kali sebulan, cacing akan mati."

Spesialis sudah meyakinkan pengusaha Issiaka Koné bahwa produk baru itu tepat baginya. "Neem dari pohon Mimba yang akan selalu ada di sekitar kita. Biaya memproduksi minyak ini juga tidak banyak, jadi saya senang dapat informasi ini." kata Issiaka Koné.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/minyak-mimba-untuk-pertanian/a-60016359

 
Berita Terpopuler