Kasus Omicron Pertama di Iowa Serang Anak Muda Belum Divaksinasi

Kasus omicron di Iowa terjadi pada anak muda belum divaksinasi.

Infografis Republika.co.id
Dunia khawatirkan varian omicron. Iowa mengalami tingkat penyebaran Covid-19 yang tinggi di 99 county. Lebih dari sepertiga warga Iowa belum menjalani vaksinasi.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, DES MOINES -- Pejabat kesehatan negara bagian Iowa di Amerika Serikat mengonfirmasi kasus pertama varian Covid-19 omicron, Kamis (9/12). Kasus menyerang pasien muda di bawah usia 18 tahun yang diketahui belum menjalani vaksinasi.

Individu itu tinggal di Black Hawk County, Iowa timur. Sejauh ini dia tidak mengalami gejala khusus. Karena baru melakukan perjalanan, pihak keluarganya sengaja melakukan pengujian berdasarkan pedoman kesehatan masyarakat.

Iowa mengalami tingkat penyebaran Covid-19 yang tinggi di 99 county. Lebih dari sepertiga warga Iowa belum menjalani vaksinasi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan hanya 57,5 persen dari populasi di sana yang sudah mendapat dosis lengkap vaksin Covid-19.

Baca Juga

Kondisi itu menempatkan Iowa di peringkat ke-24 negara bagian AS. Sementara itu, varian omicron telah diidentifikasi di setidaknya 19 negara bagian.

Para ilmuwan sedang meneliti lebih lanjut mengenai karakteristik omicron dan dampaknya bagi yang terserang, terutama menemukan bukti apakah omicron menyebar lebih mudah atau menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian delta yang sekarang mendominasi di AS serta seberapa baik vaksin bekerja melawannya.

"Ada bukti yang muncul bahwa dosis booster vaksin menawarkan perlindungan terhadap omicron, yang merupakan berita bagus. Warga Iowa yang divaksinasi dan belum menerima booster harus melakukannya sesegera mungkin," kata Direktur Sementara Departemen Kesehatan Masyarakat Iowa, Kelly Garcia, dikutip dari AP.

Usia rawan

Sebuah pengamatan yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan sejumlah fakta terbaru tentang omicron. Pengamatan tersebut juga mengungkap usia yang lebih mungkin terkena infeksi varian tersebut.

Menurut Angelique Coetzee, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, ada tujuh pasien Covid-19 dengan omicron pada 18 November lalu yang dikonfirmasi di negara itu. Sebagian besar dari pasien dilaporkan berusia 40 tahun ke bawah. 

Di sisi lain, Coetzee mengatakan, sebagian besar pasien tidak mengalami gejala berat dan hanya menderita keluhan ringan. Manifestasi klinis yang paling banyak dilaporkan adalah rasa lelah selama satu atau dua hari.

"Sakit kepala dan nyeri tubuh menyertainya berikut tanda-tanda berkaitan dengan infeksi virus normal," ujar Coetzee, dilansir laman Express.co.uk, Rabu (8/12).

Meskipun ada sedikit kekhawatiran di antara orang dewasa saat ini, Institut Nasional Penyakit Menular (National Institute for Communicable Diseases) mencatat peningkatan angka rawat inap di antara bayi berusia di bawah dua tahun. Sebuah rumah sakit di Tshwane, di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, mencatat ada 52 bayi yang menjadi pasien Covid-19 antara 14 hingga 28 November.

Itu menjadikan bayi sebagai kelompok usia paling banyak ditemukan di Afrika Selatan dengan Covid-19 dari total 452 selama periode tersebut. Meski demikian, para dokter belum memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi apakah infeksi mereka didominasi omicron atau tidak.

Ada ketidakpastian tambahan seputar apakah di antara para bayi terkena Covid-19, menyusul kasus flu juga meningkat di Tshwane. Terlepas dari itu, jumlah anak dengan gejala parah akibat Covid-19 masih lebih rendah.

Penelitian tentang omicron yang dilakukan para ilmuwan telah memperingatkan bahwa itu bisa menjadi strain yang dominan. Rochelle Walensky selaku direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bahwa ada kemungkinan omicron bisa mengalahkan delta sebagai galur dominan di negara itu.

Walensky mengatakan, data awal menunjukkan itu mungkin menjadikan omicron varian yang lebih menular daripada delta. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) juga menyatakan hal sama.

Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

Dalam sebuah pernyataan, perwakilan badan itu mengatakan bahwa omicron dapat menyebabkan lebih dari setengah dari semua infeksi SARS-CoV-2 di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa dalam beberapa bulan ke depan. Banyak ahli telah memperingatkan butuh penyelidikan lebih lanjut sebelum mereka dapat menarik kesimpulan konkret terkait varian omicron.

 
Berita Terpopuler