Moskow: Kabar Rusia akan Serang Ukraina adalah Bohong

Moskow sebut aktivitas militer Rusia dilakukan di wilayah nasional.

AP/Andriy Dubchak
Tentara Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di dekat Katerinivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Desember 2021.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Spekulasi Rusia akan menyerang Ukraina semakin hangat di negara-negara Barat. Namun isu tersebut telah disangkal oleh Moskow.

Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov membantah bahwa Rusia merencanakan invasi ke Ukraina, Kamis (9/12) waktu seetmpat. Dia menegaskan informasi tentang dugaan invasi Rusia tahun depan ke Ukraina adalah berita bohong. Menurutnya, Rusia melakukan semua kegiatan militer yang tidak memerlukan pemberitahuan dari negara lain karena dilakukan di wilayahnya sendiri.

Baca Juga

"Negara-negara NATO memberikan perhatian yang berlebihan pada pergerakan pasukan di wilayah Federasi Rusia. Penempatan kembali unit selama pelatihan tempur adalah praktik rutin untuk angkatan bersenjata negara mana pun. Aktivitas militer dilakukan di wilayah nasional dan tidak memerlukan pemberitahuan," ujar Gerasimov seperti dilansir laman Anadolu Agency, Jumat (10/12).

"Informasi yang tersebar di media tentang dugaan invasi Rusia ke Ukraina adalah bohong," ujarnya menambahkan.

Namun, dia mengingatkan bahwa jika Ukraina mencoba menerapkan skenario kekuatan untuk merebut kembali Donbass, Rusia akan menghentikannya. "Setiap provokasi dari otoritas Ukraina pada penyelesaian paksa masalah Donbass akan ditekan," janjinya.

Pekan ini intelijen Amerika Serikat (AS) mengeklaim memiliki bukti tentang rencana Rusia melakukan serangan militer pada awal 2022. Temuan intelijen baru AS memperkirakan bahwa Rusia berencana untuk mengerahkan sekitar 175 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina.

Gerasimov mengatakan bahwa untuk meredakan ketegangan, Rusia telah mengusulkan persamaan keamanan baru yang mencakup semua jenis senjata ofensif dan defensif yang memengaruhi stabilitas strategis, serta area konfrontasi baru termasuk dunia maya, luar angkasa, dan kecerdasan buatan.

Di sisi lain Rusia juga menuduh bahwa alasan sebenarnya penarikan Amerika Serikat dari Angkatan Nuklir Jangka Menengah dan perjanjian Open Skies adalah keinginan AS untuk mencabut pembatasan pada pengembangan senjata.

Gerasimov mengingatkan juga proposal lain Rusia tentang kontra-moratorium penyebaran rudal di kawasan Asia-Pasifik. Menurutnya hal itu tetap berlaku.
"Sementara itu, lebih dari 95 persen peluncur kekuatan nuklir strategis berbasis darat Rusia siap untuk digunakan dalam pertempuran jika terjadi serangan terhadap Rusia," katanya.

Gerasimov menambahkan bahwa Rusia mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah penerbangan AS di dekat perbatasan Rusia. Selama penerbangan, pilot AS melatih penggunaan rudal jelajah dengan serangan rudal bersyarat.

Rusia dalam hal ini tetap waspada dan mendeteksi semua pergerakan pesawat AS dan mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari insiden. Pada Rabu, Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh AS menciptakan insiden berbahaya untuk penerbangan sipil di Laut Hitam.

Pemerintah Rusia mengatakan, ada beberapa kasus yang tidak berakhir dengan tragedi hanya karena keberuntungan dan pemikiran cepat dari pilot Rusia dan pengontrol lalu lintas udara.

Dukungan barat

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kiev mengharapkan dukungan militer dari negara-negara Barat. Namun Presiden AS Joe Biden sudah mengesampingkan kemungkinan Paman Sam akan mengirim tentara langsung.

"Kami akan bertempur dalam perang ini dengan diri kami sendiri, kami tahu bagaimana cara bertempur, kami tidak perlu pasukan asing bertempur untuk kami, tapi kami mengapresiasi apa pun yang dapat memperkuat angkatan bersenjata kami dalam hal pasokan militer," kata Kuleba pada investor di London, Jumat (10/12).

Ukraina ingin bergabung dalam aliansi militer NATO. Kiev mengatakan mereka khawatir Rusia sedang mempersiapkan invasi dengan menumpuk pasukannya di perbatasan kedua negara. Moskow menegaskan langkah tersebut sepenuhnya pertahanan.

Pada Kamis (9/12) kemarin militer Ukraina menuduh pasukan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina melanggar enam perjanjian gencatan senjata tahun 2020. Tiga diantaranya melibatkan senjata yang dilarang di awal perjanjian damai yang Moskow dan Kiev coba bangkitkan.

Kantor berita Rusia, Interfax mengutip pejabat Ukraina yang mengatakan Kiev mengajukan pertukaran untuk 60 tahanan pada tahun baru mendatang.

Dalam percakapan melalui video Biden memberitahu Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai kekhawatiran AS pada penumpukan pasukan Rusia di perbatasan. Ia mengatakan Moskow akan menerima konsekuensi ekonomi bila memutuskan menggelar invasi.

Putin mengatakan pembicaraan mengenai invasi 'provokatif' dan menuduh Ukraina dan NATO memanasi ketegangan. Pada Rabu (8/12) lalu Biden mengatakan ia berharap dapat mengumumkan pertemuan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO untuk membahas kekhawatiran Moskow dan kemungkinan 'menurunkan panasnya ketegangan di bagian timur'.

 
Berita Terpopuler