Museum Rumah Adat Nan Baanjuang Miliki 600 Koleksi Sejarah Bukittinggi

Museum Rumah Adat Nan Baanjuang terletak di Taman Marga Satwa Kinantan Bukittinggi.

Iggoy el Fitra/ANTARA
Pekerja membuka bagian atap ijuk Museum Rumah Adat Nan Baanjuang, di Bukittinggi, Sumatra Barat, Selasa (6/10/2020). Rumah adat ini menjadi salah satu museum terbaik di Kota Bukittinggi dan Sumatra Barat.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Museum Rumah Adat Nan Baanjuang memiliki 600 macam benda koleksi sejarah. Museum di Taman Marga Satwa Kinantan Bukittinggi (TMSBK) Kota Bukittinggi itu terdiri dari benda kuno dan peninggalan budaya sejarah daerah setempat.

Baca Juga

"Sebanyak 600 benda kuno itu terbagi dalam delapan koleksi yang terhimpun di dalam Rumah Gadang yang dulunya bernama Museum Bundo Kanduang," kata ahli budaya sekaligus pemateri dalam rangkaian kegiatan sosialisasi pemanfaatan museum bersejarah, Silvia Devi, di Istana Bung Hatta Bukittinggi, Rabu.

Silvia menjelaskan, koleksinya terbagi dalam miniatur arsitektur tradisional, pakaian adat, perlengkapan rumah tradisional, perlengkapan mata pencarian, kesenian, beladiri, sejarah, dan hewan yang diawetkan. Ia mengatakan, rumah adat ini menjadi salah satu museum terbaik di Kota Bukittinggi dan Sumatra Barat.

"Museum Rumah Adat Nan Baanjuang dibangun oleh seorang berkebangsaan Belanda, Modelar Countrolleur, pada 1953," ungkap Silvia.

 

 

 

 

Sesuai Perda Kota Bukittinggi Nomor 5 tahun 2005, menurut Silvia, luas bangunan museum berubah menjadi 2.798 meter persegi dengan bentuk Rumah Gadang Bagonjong Gajah Maharam dengan sembilan ruang. Ia menyebutkan, bangunan itu terdapat anjungan di bagian kiri dan kanan berupa rangkiang dengan khas pemakaian kayu dan ijuk.

"Sejak 1956, museum telah dilengkapi dengan patung kabau pedati yang kemudian dikelola dan dimiliki oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi."

Silvia mengatakan, permasalahan yang dihadapi saat ini ialah mengenalkan sejarah melalui pemanfaatan museum. Menurutnya, dinas terkait dan pemerhati bidaya harus memecahkan masalah tersebut demi mendongkrak ketertarikan pengunjung ke museum.

"Juga harus dioptimalkan keterangan pada benda sejarah, seperti belum ada yang berisi keterangan informasi koleksi (asal, kegunaan, nillai, makna dan fungsi), misalnya, masih hanya sebatas nama koleksi, juga untuk pengamanan koleksi seperti pembatas antara pengunjung dengan koleksi museum," ujar Silvia.

 
Berita Terpopuler