Perjalanan Aung San Suu Kyi dari Pahlawan Jadi Terdakwa

Suu Kyi yang terlibat gerakan demokrasi adalah pahlawan masyarakat Buddha Myanmar

AP/Khin Maung Win
FILE - Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara selama kampanye pemilihan umum partai Liga Nasional untuk Demokrasi untuk pemilihan umum mendatang di Yangon, Myanmar pada 1 November 2015. Suu Kyi adalah putri pahlawan kemerdekaan negara itu, Jenderal. Aung San, yang dibunuh pada tahun 1947, kurang dari enam bulan sebelum negara itu, yang saat itu bernama Burma, merdeka dari Inggris. Suu Kyi pindah ke New Delhi pada tahun 1960 ketika ibunya ditunjuk sebagai duta besar untuk India dan kemudian menghabiskan sebagian besar masa dewasa mudanya di Amerika Serikat dan Inggris. Karirnya di dunia politik dimulai pada tahun 1988.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW - Pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi divonis empat tahun penjara. Pahlawan demokrasi itu diadili jenderal-jenderal yang menggulingkan pemerintahannya dalam kudeta yang menghentikan reformasi demokrasi yang ia perjuangan selama bertahun-tahun.

Vonis pemimpin berusia 76 tahun itu dipotong dua tahun penjara di tempat penahanan yang tidak diketahui lokasinya. Ia didakwa menghasut dan melanggar undang-undang bencana alam. Sejak kudeta 1 Februari lalu Suu Kyi didakwa puluhan pasal.

Empat belas bulan sebelum kudeta ia menghadap ke Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag untuk membela jenderal-jenderal yang mengkudetanya atas dakwaan genosida tahun 2017 lalu. Penindakan militer tersebut telah memaksa ratusan ribu muslim Rohingya mengungsi.

Suu Kyi yang berperan dalam gerakan demokrasi merupakan pahlawan masyarakat Buddha Myanmar. Namun beberapa tahun terakhir negara-negara Barat mengkritiknya atas perlakukan militer pada Rohingya. Akan tetapi hal itu tidak memberi dampak negatif pada popularitasnya di dalam negeri.  

Dikenal sebagai 'Sang Nyonya', Suu Kyi memenuhi mimpi jutaan orang ketika partainya memenangkan pemilihan umum pertama pada 2015, saat ia mendirikan pemerintah sipil pertama Myanmar dalam setengah abad. Ia menghabiskan 15 tahun sebagai tahanan rumah dalam perjuangannya untuk demokrasi. Namun pemerintahannya harus hidup bersama dengan para jenderal yang masih menguasai pertahanan dan keamanan.

Pemerintah campuran itu gagal menyatukan Myanmar yang memiliki banyak kelompok etnis dan mengalami perang sipil selama puluhan tahun. Di bawah pemerintah Suu Kyi, pembatasan pada pers dan lembaga swadaya juga semakin ketat. Hal ini mengecewakan sejumlah mantan sekutunya.

Namun kemenangan keduanya dalam pemilihan umum November tahun lalu mengejutkan militer dan mereka pun merebut kekuasaan pada 1 Februari. Militer Myanmar menuduh pemerintahan National League for Democracy (NLD) mencurangi pemilu meski komisi independen membantah tuduhan tersebut.

Dakwaan pertama yang Suu Kyi antara lain melanggar peraturan pembatasan sosial Covid-19 dan memiliki talkie-walkie ilegal. Kemudian ia didakwa pasal yang lebih berat seperti korupsi dan melanggar Undang-undang Kerahasiaan Negara.

Kini ia didakwa puluhan pasal yang jika digabungkan ia dapat divonis 100 tahun lebih. Pengunjuk rasa turun ke jalan meneriakkan namanya. Mereka memanggilnya sebagai 'Mother Suu' meski sejak kudeta militer membunuh ratusan orang dan menangkap ribuan lainnya.

Baca Juga

Suu Kyi merupakan putri pahlawan kemerdekaan Aung San yang dibunuh saat ia masih berusia dua tahun pada 1945. Suu Kyi menghabiskan sebagian besar masa mudanya di luar negeri. Ia belajar di Oxford University, bertemu suaminya Michael Aris, dan memiliki dua orang putra.

Sebelum menikah, Suu Kyi meminta Aris untuk berjanji menghentikannya jika ia harus pulang.Pada 1988 ia mendapat panggilan telepon yang mengubah hidupnya, ibunya sakit keras.

Di Yangon yang saat itu masih dikenal sebagai Rangoon, Suu Kyi memimpin revolusi melawan junta yang telah menjerumuskan Burma ke dalam isolasi yang parah. Sebagai seorang pembicara yang fasih, Suu Kyi menjadi pemimpin gerakan baru.

Ia mengutip mimpi ayahnya untuk 'membangun Burma yang merdeka'. Revolusi itu dihancurkan. Pemimpin-pemimpinnya dibunuh dan Suu Kyi menjadi tahanan rumah. Menyebutkan namanya dapat membuat pendukungnya di penjara sehingga mereka memanggilnya 'Sang Nyonya'.

Bertubuh mungil dan suara lembut, ia memainkan peran penting menarik perhatian dunia pada junta Myanmar dan catatan pelanggaran hak asasi manusianya. Ia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991.

Aris meninggal dunia pada 1997 tapi Suu Kyi tidak menghadiri pemakamannya. Ia takut tidak bisa pulang lagi ke Myanmar.

Saat sempat dibebaskan dari tahanan rumah pada 1998, ia mencoba pergi keluar Yangon untuk mengunjungi pendukungnya dan ia diadang tentara. Ia duduk di dalam mobil vannya selama beberapa hari walaupun dehidrasi karena panas. Kabarnya ia minum air hujan yang ditampung dengan payung.

Suu Kyi selamat dari percobaan pembunuhan tahun 2003 ketika orang-orang pro-militer menyerang konvoinya dengan tongkat dan paku. Beberapa orang yang ikut dengannya tewas dan terluka.

Angkatan bersenjata kembali menjadikannya tahanan rumah dan dari balik pagar ia memberikan pidato mingguan pada pendukungnya. Ia berdiri di atas meja dan berbicara tentang demokrasi di bawah pengawasan polisi.

Sebagai penganut agama Budha yang taat, ia kerap menggunakan istilah spiritual. Pada tahun 2010 militer mulai menggelar serangkaian reformasi demokrasi dan Suu Kyi dibebaskan. Ia disambut ribuan pendukungnya.

Di Barat ia disanjung-sanjung. Barack Obama menjadi presiden Amerika Serikat (AS) pertama yang mengunjungi Myanmar pada tahun 2012. Obama menyebut Suu Kyi sebagai 'inspirasi bagi seluruh dunia, termasuk diri saya'.

AS melonggarkan sanksi-sanksi pada Myanmar sementara Suu Kyi berhati-hati mendorong reformasi. Namun Barat optimistis setelah kemenangan Suu Kyi pada 2015.

Akan tetapi hal itu hancur setelah milisi Rohingya menyerang pasukan keamanan dua tahun kemudian. Lalu militer meresponsnya dengan operasi yang mendorong 750 ribu orang Rohingya mengungsi dari Myanmar.

 
Berita Terpopuler