Mendorong Percepatan Vaksinasi Covid Anak

Penelitian mengenai vaksin Covid untuk anak masih terus berjalan.

ANTARA/Fransisco Carolio
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dari Sinovac kepada seorang anak saat pelaksanaan vaksinasi di Rumah Sakit Adam Malik, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/11/2021). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi memberikan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Coronavac dari Sinovac dan vaksin dari Bio Farma untuk vaksinasi kepada anak usia 6 -11 tahun.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Fauziah Mursid, Dian Fath Risalah, Antara

Anak usia 6-12 tahun di Indonesia akan segera masuk dalam program vaksinasi Covid-19. Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Ariani Dewi Widodo mengungkap kini penelitian mengenai vaksin Covid-19 yang diberikan untuk anak-anak usia di bawah 12 tahun masih berjalan.

Ariani menjelaskan, kini ada beberapa penelitian yang sudah berjalan di dunia mengenai vaksin Covid-19 untuk anak di bawah usia 12 tahun. "Tetapi, penelitian ini terbatas pada percobaan, masih uji klinis. Belum diresmikan supaya bisa digunakan pada anak," ujarnya saat mengisi konferensi virtual FMB9, Senin (6/12).

Ia menyontohkan, Vaksin Pfizer yang sudah melakukan penelitian anak 5-11 tahun mendapatkan sepertiga dosis dewasa dan hasilnya cukup baik. Kemudian, dia menambahkan, Vaksin Sinovac sedang dalam penelitian pada anak usia mulai dari 6 bulan sampai 17 tahun di beberapa negara seperti Kenya, Chile, hingga Filipina.

Penelitian vaksin ini, dia melanjutkan, diharapkan bisa memberikan jawaban apakah Vaksin Sinovac aman digunakan anak usia kurang dari 12 tahun. Di lain pihak, ia mengungkap penelitian yang sudah dilakukan ternyata kekebalan yang ditimbulkan pada vaksin yang sama yang diberikan kepada anak dibandingkan dewasa ternyata lebih tinggi menyebabkan kekebalan tubuh pada anak.

"Jadi, kita masih berharap pada penelitian ini. Semoga apabila vaksin tersebut aman bagi anak-anak kemudian bisa diberikan segera kepada mereka di Indonesia," ujarnya.

Terkait gejala ikutan pasca imunisasi (KIPI) usai divaksin, ia menyebutkan biasanya gejala yang timbul bisa demam, bengkak lokasi suntikan, pusing, hingga sakit perut. Kemudian, dia melanjutkan, umumnya KIPI akan hilang dalam 24 jam hingga 48 jam. Kendati demikian, ia memperbolehkan kalau obat diberikan setelah gejala KIPI muncul, misalnya demam. Apalagi, kalau anak merasa tak nyaman.

"Tetapi tidak perlu memberikan obat sebelum vaksinasi. Karena terbukti bahwa pemberian obat demam sebelum pemberian vaksin Covid-19 justru membuat efektivitas vaksin jadi kurang baik," ujarnya.

Artinya, ia menegaskan obat bisa diminum hanya apabila terjadi KIPI setelah vaksinasi. Obat ini diberikan untuk mengatasi gejala yang dialami.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mendorong vaksinasi Covid-19 bagi kelompok rentan dan anak-anak sebagai upaya membatasi penyebaran varian Omicron. "Dalam hal ini karena yang banyak juga terdampak adalah anak-anak, maka vaksinasi anak-anak perlu untuk terus didorong," kata Airlangga, dalam keterangan resmi usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Jakarta, Senin.

Airlangga mengungkap, angka vaksinasi rata-rata nasional untuk dosis pertama saat ini sebanyak 68,42 persen dan dosis kedua atau lengkap 47,55 persen dari target penerima vaksin.

"Nah masih ada sembilan provinsi yang vaksinnya kurang dari 50 persen. Yaitu Sulbar, Sulsel Maluku Utara, Sulteng, Papua Barat, Maluku, Sultra, Aceh dan Papua," ungkapnya.





Baca Juga

Selain percepatan vaksinasi bagi anak-anak, lanjutnya, Presiden juga meminta agar pelaksanaan vaksinasi booster terus dipersiapkan agar pada Januari 2022 dapat dilakukan penyuntikan. Pelaksanaan vaksinasi booster tersebut akan diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan.

"Jadi kami sedang akan memfinalkan terkait dengan vaksin berbasis PBI dan juga vaksin non-PBI," ujar Airlangga. Saat ini, varian Omicron telah terdeteksi di 45 negara yang membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta adanya genome sequencing, membatasi kegiatan masyarakat, dan menyegerakan pelaksanaan vaksin untuk masyarakat rentan.

Saat ini distribusi vaksin ke seluruh Indonesia masih terus dilakukan. "Pemerintah bersama Bio Farma tidak pernah lelah mendistribusikan vaksin Covid-19 ke seluruh Indonesia," ujar Sekretaris Perusahaan sekaligus Juru Bicara COVID-19 Bio Farma, Bambang Heriyanto, Senin (6/12).

Bambang memaparkan total vaksin yang terdistribusi sejak Januari 2021 hingga Ahad (5/12) mencapai 272.780.613 dosis. Jumlah tersebut terdiri dari vaksin CoronaVac 1 dosis sebanyak 3.000.000 dosis, vaksin Covid-19 Bio Farma sebanyak 122.491.510 dosis, CoronaVac 2 dosis berjumlah 50.000.000 dosis, Coronavax 1 dosis (hibah Covax) berjumlah 10.773.200 dosis, CoronaVac (Hibah China) 2 dosis berjumlah 1.999.376 dosis, Coronavac B2B 2 dosis vial sebanyak 31.466.996, dan Astra Zeneca (Covax, B2B, Hibah) berjumlah 37.244.714 dosis.

Selain itu, telah terdistribusi pula vaksin Moderna Covax berjumlah 8.000.160 dosis, Moderna Covax berjumlah 979.000 dosis, Sinopharm (hibah EUA) sebanyak 749.502 dosis, Sinopharm RC (hibah China) 2 dosis sebanyak 200.000 dosis, Janssen berjumlah 497.395 dosis, dan Pfizer Covax berjumlah 5.378.760 dosis.

"Total Vaksin Covid-19 yang didistribuisi oleh Bio Farma 5 Desember 2021 sebanyak 7.226.564. Pemerintah pastikan distribusi vaksin Covid-19 merata dan menjangkau ke seluruh wilayah," ujar Bambang.

Dia juga memastikan, pemerintah terus mengoptimalkan percepatan penyebarluasan vaksin ke seluruh daerah di Indonesia, khususnya agar bisa menjangkau masyarakat terpencil dan terluar. Hal itu, kata Bambang, dapat tercapai karena Indonesia sudah berpengalaman dalam mendistribusikan imunisasi hingga ke desa terpencil.

“Meski demikian, distribusi vaksin ke pedalaman bukanlah hal yang mudah. Kualitas vaksin harus dipastikan tetap terjaga agar bisa digunakan. Tempat penyimpanan misalnya, harus dipastikan dingin dan dijaga oleh tenaga kesehatan demi kualitas vaksin," kata Bambang.

Bambang berharap, pemerintah daerah, terutama yang capaian vaksinasinya masih rendah, dapat mempercepat dan memperluas program vaksinasi terutama untuk kelompok masyarakat rentan seperti kelompok lansia. Dia pun mengajak agar seluruh masyarakat yang belum vaksin untuk segera melakukan vaksinasi dan tidak memilih-milih vaksin. Menurutnya, semua vaksin yang digunakan di Indonesia aman karena telah mendapatkan Persetujuan Penggunaan dalam Kondisi Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM).

Vaksinasi Covid-19 anak usia 5-11 tahun. - (Republika)








 
Berita Terpopuler