Bisnis K-Pop Dituding Cari Keuntungan dengan Sensasi ‘Nazi’

Rabi Yahudi menuding bisnis K-pop meraup miliaran dolar dengan sensasi 'Nazi'.

RBW
Personel grup K-pop Purple Kiss, Goeun, berpose untuk pemotretan 2022 Seasons Greeting. Ia tampak mengenakan seragam dengan simbol Nazi.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup K-pop, Purple Kiss, belum lama ini mendapat kecaman setelah salah satu personelnya, Goeun, tampak mengenakan busana dengan simbol Nazi untuk sebuah foto promosi. Kecaman itu termasuk datang dari lembaga hak asasi manusia Yahudi, Simon Wiesenthal Center.

Rabi Abraham Cooper selaku direktur Global Social Action Agenda dari organisasi tersebut menganggap hal itu sebagai sensasi untuk bisa mengerek nama grup K-Pop yang diketahui mulai debut awal 2021 tersebut. Beberapa kritikus juga menilai itu jadi bagian dari apa yang disebut sebagai formula hype bermuatan Holocaust demi mencapai ketenaran luar biasa seperti yang dicapai BTS di pasar Amerika yang paling menguntungkan.

"Ini adalah bagian dari masalah yang sedang berlangsung," kata Cooper dalam sebuah pernyataan yang diterima New York Post, dikutip Rabu (1/12).

Menurut Cooper, Asia pada umumnya, khususnya Korea, memiliki masalah Nazi. Promosi Purple Kiss dipandang sebagai contoh terbaru dari kampanye yang sedang berlangsung untuk mengandalkan simbolisme Nazi dalam industri bisnis K-Pop. Kontroversi yang dibawa ini dianggap dapat memberikan nilai bisnis hingga miliaran dolar.

"Gunakan simbol Nazi untuk mendapatkan publikasi, lalu tawarkan permintaan maaf kosong," kata Cooper.

Sebelumnya, akun Twitter Simon Wiesenthal Center juga menyebut itu sebagai langkah kotor dan murahan untuk meraih publisitas. Sebaliknya, lembaga bertanya bagaimana jika simbol kekaisaran Jepang yang pernah menjajah Korea juga dijadikan peruntungan bisnis? Lambang Nazi dianggap menyakiti kaum Yahudi, mengingat sejarah partai pimpinan Adolf Hitler itu telah melakukan pembantaian kaum mereka.

"Kalian tahu persis apa simbol Nazi, namun terus menggunakannya. Bagaimana perasaan orang Korea jika grup pop menggunakan simbol militer kekaisaran Jepang dalam promo?” tulis akun SimonWiesenthalCntr seraya men-tag akun label Purple Kiss, Rainbow Bridge World (RBW).

Baca Juga

Setelah tampilannya menjadi trending, Goeun menyampaikan permintaan maaf. Penyanyi yang berusia 22 tahun itu juga meminta dilakukannya penyelidikan internal atas masalah tersebut. Menurut sebuah laporan South China Morning Post, lambang Nazi di bajunya itu kemudian diganti dengan gambar elang biasa.

RBW yang berbasis di Korea Selatan juga mengeluarkan permintaan maaf di situs penggemar. Mereka meminta maaf karena tidak memeriksa dengan teliti pakaian dan aksesori yang dikenakan untuk pemotretan 2022 Season's Greeting tersebut.

"Tanggung jawab masalah ini sepenuhnya ada pada kami, agensi artis, karena kami telah gagal untuk meninjau pakaian secara detail," kata pernyataan itu.

Menyadari Purple Kiss bukan bagian dari Sony, Cooper mengedit tweet-nya dengan menautkan label RBW. Ia mengatakan, insiden ini adalah bagian dari masalah yang jauh lebih berbahaya setelah insiden grup K-Pop pemecah rekor BTS dan GFriend.

Sebelumnya, BTS pernah dikecam karena memakai topi Nazi. Cooper menyebut semua itu adalah kontroversi yang dibuat secara sengaja.

"Ini bukan tentang boppers mungil, ini tentang orang dewasa di ruangan yang mengendalikan setiap aspek kehidupan mereka," kata Cooper

Awal tahun ini, Sowon dari GFriend, juga menghapus fotonya di Instagram. Di foto itu, ia memegang dan menatap manekin dengan seragam Nazi.

Sowon menghapus foto tersebut setelah terjadi implikasi dari gambar tersebut. Label Korea Selatannya, Source Music, kemudian mengeluarkan permintaan maaf atas masalah tersebut dan menjelaskan bahwa pihaknya telah "menyadari hal itu".

 
Berita Terpopuler