Benarkah Man United Kerap Gagal Pertahankan Pemain Bagus?

Usai era Ferguson, MU sering kesulitan mencari pemain yang cocok dengan strategi tim.

EPA-EFE/STEPHEN CHUNG
Bek kiri Leicester City yang dulu pernah membela Manchester United Jonny Evans (kiri).
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Manchester United (MU) mendapat sentimen negatif akhir-akhir ini lantaran performa yang tidak konsisten. Beberapa pihak menyalahkan strategi yang digunakan, sebagian yang lain mengkritik keputusan manajemen dalam mengatur keluar-masuk pemain di dalam skuad utama.

Mantan kapten Liverpool, Graeme Souness, menyalahkan petinggi MU yang melepas beberapa pemain prospektif. Salah satunya adalah keputusan melego Jonny Evans ke West Bromwich Albion pada Agustus 2015 lalu.

Padahal, Evans sudah menghabiskan sembilan tahun bersama MU di Old Trafford. Ia menjadi salah satu pemain yang bertahan setelah Sir Alex Ferguson memutuskan pensiun sebagai pelatih.

Akan tetapi, Evans tak mendapat jam terbang reguler di tim utama. Dalam era kepelatihan Louis Van Gaal, Evans akhirnya dipersilakan angkat kaki ke West Bromwich. Tampil apik bersama di tim baru, Evans mulai kembali mendapatkan ritme bermainnya.

Performa Evans pun dilirik oleh Leicester City. Pada 2018 lalu, Leicester akhirnya merekrut bek asal Irlandia Utara itu dengan mahar 3,5 juta poundsterling. Bersama the Foxes, Evans perlahan menjadi salah satu bek yang paling diperhitungkan saat ini.

Evans menjadi salah satu pilar penting pertahanan Leicester. Sejauh ini, dirinya sudah tampil pada 93 pertandingan di semua kompetisi. Ia pun berkontribusi mempersembahkan satu gelar Piala FA 2021 setelah Leicester mengalahkan Chelsea di partai final.

Baca Juga

Pelatih legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson  - (EPA-EFE/Aleksandra Szmigiel )

 

 


Pelatih Leicester, Brendan Rodgers, menaruh kepercayaan penuh kepada Evans. Bek berusia 33 tahun itu pun sudah mendapat kesempatan 10 kali bermain sebagai starter di musim 2021/2022.

"Saya melihat Manchester United tidak memerhatikan detail dalam pekerjaan mereka. Saya tidak melihat ada pertanggungjawaban. Padahal, hal yang tepat dalam klub sepak bola adalah proses rekrutmen. Pekerjaan (Alex) Ferguson yang sudah tepat justru disalahgunakan," kata Souness seperti dilansir Sportskeeda, Rabu (1/12).

Dalam sebuah pertemuan, Souness bahkan menyebut Ferguson sempat mengaku terkejut dengan pillihan MU melepas Evans ke West Brom. Ia mengeklaim keputusan MU tidak sesuai dengan harapan Ferguson.

"Ada sebuah konferensi pelatih di Prancis. Sir Alex ada di sana dan berkata secara terbuka bahwa dirinya terkejut Louis Van Gaal melepas Jonny (Evans). Padahal, dirinya melihat potensi sang pemain dan yakin Evans akan menghabiskan karier di MU," ujar Souness.

Di era setelah Ferguson, MU dinilai kesulitan dalam mencari pemain yang cocok dengan tim dan kerap bergonta-ganti susunan strategi. Di posisi gelandang tengah, misalnya, MU melego Ander Herrera yang kini tampil apik di Paris Saint-Germain (PSG) bersama Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe.

Beberapa pemain bintang lain yang gagal bersinar di MU juga tak bisa dibilang sedikit. Contohnya adalah Angel Di Maria, Daley Blind, Memphis Depay, dan Javier Hernandez seluruhnya dilepas dalam waktu yang berdekatan. Para pemain itu justru bersinar di klubnya saat ini.

Pemain senior seperti Patrice Evra dan Nemanja Vidic juga memilih hengkang lalu bersinar di klub barunya. Evra akhirnya kembali menjajaki partai final Liga Champions bersama Juventus dan Vidic menjadi salah satu pilihan utama barisan pertahanan Inter Milan.

Sebelumnya, Souness menyebut seharusnya MU sudah mulai sadar kekalahan 0-2 atas Manchester City di awal November 2021 menjadi pengingat bahwa Iblis Merah harus membuat perombakan. Terlebih lagi, kekalahan 0-5 kontra Liverpool membuat MU harus kian sadar bahwa ada yang salah di dalam tim.

"Itu merupakan alarm pengingat. Mereka sangat mengejutkan ketika kalah di tangan Liverpool dan kalah lagi (melawan Manchester City). Ini adalah peringatan bagi mereka," jelas Souness.

Sejauh ini, dua hal yang dilakukan MU adalah memecat pelatih Ole Gunnar Solskjaer dan menggantinya dengan Ralf Rangnick. Pengalaman Rangnick mengorbitkan tim minor seperti RB Leipzig dan RB Salzburg menjadi klub penuh talenta menjadi salah satu bukti bahwa MU masih memiliki harapan.

 
Berita Terpopuler