Observatorium Tempat Ilmuwan Islam Berdiskusi

Observatorium abad pertengahan menjadi tempat para ilmuwan berdiskusi.

Aydin Tabrizi/Wikipedia
Observatorium Maragha, Iran.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Sebanyak 95 peserta terdiri dari anggota Astronomical Society of Brunei Darussalam (PABD), petugas dari Balai Khazanah Islam Sultan Haji Hassanal Bolkiah (BKISHHB), tamu undangan dari instansi pemerintah daerah dan perguruan tinggi, serta dari negara-negara regional Malaysia dan Indonesia, hadir dalam Lokakarya instrumen astronomi Islam tradisional pada pekan lalu.

Baca Juga

"Observatorium abad pertengahan menjadi tempat para ilmuwan dan astronom seperti Al-Biruni dan Ibnu Sina berkumpul untuk berdiskusi ilmiah dan melakukan pengamatan astronomi," kata Presiden PABD Haji Mahadi bin Haji Mohd Tahir, dilansir dari laman Borneo Bulletin pada Selasa (30/11).

Dia mengatakan, pengamatan astronomi selama Zaman Keemasan Islam pada abad ke-9 dan ke-10 merupakan sumber pembelajaran dan pencapaian besar.

"Observatorium abad pertengahan menjadi tempat para ilmuwan dan astronom seperti Al-Biruni dan Ibnu Sina berkumpul untuk berdiskusi ilmiah dan melakukan pengamatan astronomi. Observatorium memainkan peran penting dalam meningkatkan perkembangan astronomi Islam, di mana benda-benda langit dipelajari dan mengarah pada inovasi astronomi," kata Haji Mahadi.

"Sejak didirikan pada tahun 2003, PABD terus merintis dan mengembangkan ilmu multidisiplin di bidang astronomi dan falak di Brunei Darussalam selama 19 tahun terakhir," lanjutnya.

 

 

Ia mengatakan, aspirasi masyarakat dalam merencanakan pembangunan observatorium astronomi untuk kepentingan umum dan penelitian ilmiah adalah visi utama PABD membangun observatorium di Brunei sebagai platform memperluas pengetahuan astronomi termasuk Ilmu Falak Syar'i di Brunei Darussalam.

Presiden PABD juga menyambut baik kerjasama dan kemitraan dari semua instansi karena. Disebutkan, kontribusi sponsorship dari perusahaan dan lembaga lain adalah salah satu cara yang dianggap tepat untuk mengubah mimpi besar ini menjadi kenyataan.

Peserta workshop berkesempatan untuk mempelajari dan menguasai aplikasi alat tradisional Falak, Rubu’ Mujayyab (Sine Quadrant). Sesi daring difasilitasi oleh Anuar bin Ariffin dari Departemen Agama Butterworth, Pulau Pinang.

Beberapa aplikasi utama penggunaan Rubu' Mujayyab telah didemonstrasikan. Di antaranya memperoleh waktu setempat dari ketinggian Matahari, menyelesaikan perhitungan trigonometri, mengukur saat Matahari tepat di atas kepala, menentukan garis bujur dan lintang suatu lokasi, menghitung waktu shalat dan juga untuk menghitung arah kiblat. 

 

Lokakarya ini diselenggarakan bersama oleh PABD bekerja sama dengan BKISHHB, Kantor Perdana Menteri. Acara berlangsung selama tiga hari berakhir dengan upacara penutupan virtual Sabtu (27/11) lalu. Turut hadir dalam upacara tersebut Pj Direktur Balai Khazanah Islam Sultan Haji Hassanal Bolkiah Dr Haji Mohammed Hussain bin Pehin Penyurat Haji Ahmad.

 
Berita Terpopuler