Negara di Asia dan Eropa Waspadai Varian Baru Virus Korona

Asia dan Eropa bergegas memperketat pembatasan waspadai varian baru corona

AP/Virginia Mayo
Asap mengepul dari cerobong asap di belakang bendera Uni Eropa yang berkibar tertiup angin di luar markas Uni Eropa di Brussel, Kamis, 24 Desember 2020. Asia dan Eropa bergegas memperketat pembatasan waspadai varian baru corona.
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Negara-negara Asia dan Eropa bergegas memperketat pembatasan pada Jumat (26/11) setelah varian baru virus corona yang kemungkinan resisten terhadap vaksin ditemukan di Afrika Selatan (Afsel). Varian itu memiliki paku protein yang sangat berbeda dengan varian asli yang menjadi dasar pembuatan vaksin. Demikian diungkapkan kata Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).

Baca Juga

Para ilmuwan masih mempelajari varian yang pertama kali ditemukan awal pekan ini. Namun kabar soal itu sudah mengguncang pasar keuangan. Saham-saham di Asia mengalami tekanan terbesar dalam tiga bulan dan harga minyak jatuh lebih dari tiga persen.

Varian yang disebut B.1.1.529 itu juga ditemukan di Botswana dan Hong Kong, kata UKHSA. Inggris telah melarang sementara penerbangan dari Afsel, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho, dan Eswatini. Inggris juga meminta warganya yang datang dari negara-negara tersebut untuk menjalani karantina.

Singapura segera menyusul langkah Inggris. Kementerian kesehatan negara kota itu mengatakan akan membatasi kedatangan dari Afsel dan negara-negara sekitarnya sebagai langkah pencegahan.

Italia memberlakukan larangan masuk bagi pendatang yang telah mengunjungi sejumlah negara Afrika, termasuk Afsel, dalam 14 hari terakhir. Negara-negara Eropa sebelumnya telah memperluas vaksinasi booster dan memperketat pembatasan ketika benua itu berjuang menghadapi gelombang keempat Covid-19 yang dipicu varian Delta.

Jerman melaporkan rekor harian tertinggi dengan lebih dari 76 ribu kasus dalam sehari. Angkatan udaranya untuk pertama kali bersiap menerbangkan pasien Covid-19 yang parah ke daerah lain di negara itu untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit. Pemerintah Jerman juga akan menetapkan Afsel sebagai area varian virus, kata sumber di kementerian kesehatan setempat.

Varian baru tersebut memiliki konstelasi mutasi yang "sangat tidak biasa". Mutasi itu mengkhawatirkan karena dapat membantu virus menghindari respons kekebalan tubuh dan membuatnya lebih menular, kata para ilmuwan Afsel.

Virus corona telah melanda dunia hampir dua tahun sejak ditemukan pertama kali di China tengah, menginfeksi hampir 260 juta orang dan menewaskan 5,4 juta orang. Jepang juga memperketat kendali perbatasan bagi pendatang dari Afsel dan lima negara Afrika lain, menurut laporan media.

Setelah melonggarkan pembatasan perjalanan awal bulan ini, pemerintah India mengimbau semua negara bagian untuk secara ketat memeriksa dan menapis pendatang internasional dari Afsel dan negara-negara lain yang "berisiko".

Negara-negara di Asia telah mengalami kondisi yang lebih baik daripada wilayah lainnya dalam mengendalikan pandemi dengan menerapkan aturan pencegahan, testing, dan kendali perbatasan yang ketat. Taiwan mengatakan pelaku perjalanan dari negara-negara selatan Afrika yang "berisiko tinggi" harus menjalani karantina di fasilitas pemerintah selama 14 hari.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan negaranya siap menghadapi varian baru. Awal pekan ini pemerintah Selandia Baru mengatakan akan membuka kembali perbatasan bagi pelaku pendatang internasional yang sudah divaksin mulai 30 April tahun depan.

Saat ditanya apakah rencana itu akan ditunda setelah varian baru ditemukan, Ardern mengatakan negaranya memiliki sejumlah aturan bawaan yang bertindak sebagai lapisan pelindung. "Semua rencana kami terkait Covid, kami telah menyiapkannya (untuk menghadapi) kemungkinan munculnya varian baru di masa depan," kata Ardern.

Uni Eropa berniat menghentikan perjalanan udara dari kawasan Afrika selatan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap varian baru Covid-19 yang baru-baru ini muncul di Afrika Selatan. Pernyataan itu diungkapkan ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen, Jumat.

"Komisi akan mengusulkan, melalui koordinasi erat dengan negara-negara anggota, untuk menarik rem darurat untuk melarang perjalanan jalur udara dari kawasan selatan Afrika lantaran adanya variant of concern (varian yang diwaspadai) B.1.1529," cicitnya di Twitter.

Komisi eksekutif itu akan mengimbau supaya 27 negara anggota menerapkan langkah tersebut dan berharap Dewan Eropa sesegera mungkin memberikan lampu hijau, kata pejabat EU.

Para ilmuwan masih mempelajari varian baru itu yang muncul pada pekan ini. Keputusan Dewan Eropa, yang mewakili negara-negara anggota, tidak harus diambil oleh para menteri tetapi juga dapat disetujui oleh para duta besar di Brussels.

 
Berita Terpopuler