5 Tes Kesehatan yang Perlu Dilakukan 6 Bulan Sebelum Menikah

Pemeriksaan kesehatan pranikah bisa mendeteksi penyakit yang mungkin belum diketahui.

Republika/Prayogi
Foto pranikah (Ilustrasi). Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat mendeteksi penyakit yang sebelumnya mungkin tak diketahui atau belum terdeteksi dari pasangan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum memutuskan untuk menikah, seseorang biasanya akan berusaha mengenali pasangan mereka dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang kerap terlupakan atau terabaikan ketika mengenali pasangan adalah aspek kesehatan.

"Penting untuk mengetahui faktor-faktor (kesehatan) keturunan dari pasangan," jelas spesialis kesehatan prefentif dari Indus Health Plus, Kanchan Naikawadi, seperti dilansir Indian Express, Kamis.

Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat mendeteksi penyakit yang sebelumnya mungkin tak diketahui atau belum terdeteksi dari pasangan. Pemeriksaan ini juga berperan besar dalam mengetahui risiko-risiko yang mungkin dimiliki anak mereka nantinya.

"(Pemeriksaan) juga membantu mereka memahami faktor keturunan yang mereka milii dan mengambil tindakan pencegahan atau pengobatan (sebelum menikah)," ungkap Naikawadi.

Naikawadi merekomendasikan pasangan yang akan menikah untuk menjalani pemeriksaan kesehatan pranikah sekitar enam bulan sebelum hari H. Selain itu, ada lima tes pranikah yang direkomendasikannya untuk calon pengantin. Berikut ini adalah kelima tes tersebut.

1. Tes penyakit menular seksual
HIV, hepatitis B, dan hepatitis C merupakan beberapa contoh masalah kesehatan seumur hidup yang bisa mempengaruhi kehidupan pernikahan bila tak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, tes untuk mendeteksi masalah-masalah kesehatan tersebut penting dilakukan sebelum menikah. Tes lain yang juga dianjurkan adalah tes untuk mendeteksi penyakit kesehatan menular seperti sipilis, gonore, dan herpes.

2. Tes penyakit keturunan
Ada beberapa penyakit pada anak yang berkaitan erat dengan faktor keturunan dari orang tua. Sebagian penyakit yang memiliki kemungkinan besar diturunkan oleh orang tua kepada anak adalah hemofilia, talasemia, sindrom Marfan, penyakit Huntington, dan kelainan sel sabit. Tes perlu dilakukan untuk mencegah diturunkannya risiko-risiko masalah kesehatan tersebut pada anak.

Baca Juga

3. Tes kesuburan
Banyak orang yang berharap bisa mendapatkan keturunan setelah menikah. Oleh karena itu, kejelasan mengenai masalah kesuburan perlu diketahui dan diatasi sedini mungkin, sebelum pernikahan dilakukan.

4. Tes kompabilitas golongan darah
Cukup banyak orang yang tidak menganggap tes golongan darah sebagai sesuatu yang penting. Padahal, tes ini bisa membantu orang-orang untuk mengetahui faktor Rh (rhesus) mereka.

Pasangan perlu memiliki faktor Rh yang sama agar bisa mencapai keberhasilan kehamilan. Faktor Rh yang tidak cocok bisa membahayakan anak nantinya.

5. Skrining genetik
Sebagian besar pasangan menilai preferensi rasa, kebutuhan gizi, intoleransi makanan, dan rutinitas kebugaran sebagai hal yang penting. Skrining genetik bermanfaat untuk mengetahui kecenderungan genetik terkait kesehatan pasangan.

Di samping itu, skrining genetik juga dapat memberikan
pemahaman mengenai personalisasi gizi dan kebugaran pasangan.

 
Berita Terpopuler