Biden dan Xi Jinping Sepakat Kompetisi tak Mengarah Konflik

Biden dan Xi sepakat melihat kemungkinan pembicaraan pengendalian senjata ke depan.

Republika TV
Presiden China, Xi Jinping (kiri) dan Presiden AS, Joe Biden
Rep: Dwina Agustin/Kamran Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat melihat kemungkinan pembicaraan pengendalian senjata ke depan. Kesepahaman itu diperoleh dalam pertemuan virtual keduanya yang dilakukan Senin (15/6) malam waktu AS.

Penasihat Keamanan nasional AS Jake Sullivan menyatakan pada Selasa (16/11), keduanya sepakat untuk mulai melanjutkan diskusi tentang stabilitas strategis.

Baca Juga

"Anda akan melihat di berbagai tingkat intensifikasi keterlibatan untuk memastikan bahwa ada pagar pembatas di sekitar kompetisi ini sehingga tidak mengarah ke konflik," kata Sullivan dalam webinar Brookings Institution.

Sullivan tidak merinci bentuk diskusi tentang stabilitas strategis. Namun ia menyinggung tentang kondisi hubungan dengan Rusia yang memiliki dialog stabilitas strategis formal.

"Itu jauh lebih matang, memiliki sejarah yang jauh lebih dalam. Ada sedikit kedewasaan dalam hubungan AS-China, tetapi keduanya para pemimpin memang membahas masalah ini dan sekarang menjadi kewajiban kita untuk memikirkan cara paling produktif untuk meneruskannya," ujarnya

Washington telah berulang kali mendesak Beijing untuk bergabung dengann AS dan Rusia dalam perjanjian pengawasan senjata baru. Namun penumpukan nuklir dan rudal dilakukan oleh China. Beijing mengatakan gudang senjata dua negara lainnya mengerdilkan miliknya. China siap untuk melakukan dialog bilateral tentang keamanan strategis berdasarkan kesetaraan dan saling menghormati.

Dialog kedua kepala negara ini adalah pertukaran paling mendalam kedua pemimpin sejak Biden menjabat pada Januari. Mereka berbicara selama sekitar tiga setengah jam.

Menurut Sullivan, Xi dan Biden membahas berbagai masalah ekonomi global, termasuk cara AS dan Cina dapat bekerja sama untuk memastikan pasokan energi dunia dan volatilitas harga tidak membahayakan pemulihan ekonomi global. "Kedua presiden menugaskan tim mereka untuk segera berkoordinasi dalam masalah ini," katanya.

Masalah Taiwan

Salah satu isu penting yang juga dibahas yakni tentang Taiwan. AS dan China berseberangan soal masalah ini. China menegaskan Taiwan merupakan bagian dari wilayah mereka. Sementara AS mendukung Taiwan untuk menjadi wilayah yang demokratis.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, dia menegaskan dukungan terhadap Taiwan saat melakukan pertemuan virtual dengan Presiden Cina Xi Jinping pada Selasa (16/11).  “Kami memperjelas bahwa kami mendukung Taiwan Act,” kata Biden kepada awak media saat melakukan perjalanan ke New Hampshire.

Taiwan Act adalah undang-undang (UU) yang menetapkan bahwa AS akan mendukung pertahanan diri Taiwan. Caranya dengan menyediakan penjualan senjata atau peralatan militer serta mencegah upaya apa pun oleh Cina untuk merebut paksa Taiwan. “Taiwan independen, ia membuat keputusannya sendiri,” ujar Biden.

Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, dalam pembicaraannya dengan Xi Jinping, Biden mengungkapkan bahwa dulu dia dipilih sebagai senator untuk mendukung pertahanan diri Taiwan. “Kedua pemimpin menghabiskan banyak waktu untuk masalah Taiwan,” ucapnya.

Sullivan adalah salah satu dari sedikit pejabat AS yang berpartisipasi dalam pertemuan virtual Biden dengan Xi. Berbeda dengan pernyataan Biden, Cina justru menyebut bahwa presiden AS tersebut menentang kemerdekaan Taiwan. Menurut Cina, pada kesempatan itu Xi turut menekankan bahwa siapa pun yang “bermain api” di sekitar Taiwan, pasti akan membakar diri mereka sendiri.

Kementerian Luar Negeri Taiwan kemudian menuding Beijing dengan sengaja menyalahartikan pernyataan Biden.

 

 
Berita Terpopuler