Pertemuan AS-China: Persaingan Jangan Mengarah ke Konflik

Kerja sama ataupun konflik antara AS dan China dapat berdampak bagi seluruh dunia

EPA/Sarah Silbiger
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping bertemu secara virtual pada Senin (15/11). Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping menekankan tanggung jawab kepada seluruh dunia untuk menghindari konflik.
Rep: Fergi Nadira/Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping menekankan tanggung jawab kepada seluruh dunia untuk menghindari konflik. Hal itu disampaikan dalam membuka pembicaraan kedua pemimpin secara daring, pada Senin (15/11) malam waktu AS.

"Bagi saya, tanggung jawab kita sebagai pemimpin China dan Amerika Serikat adalah untuk memastikan persaingan antara negara kita tidak mengarah ke konflik, baik disengaja atau tidak disengaja," ujar Biden seperti dikutip laman Channel News Asia, Selasa (16/11).

"Hanya kompetisi sederhana dan langsung," ujarnya menambahkan. Menyebut Biden sebagai 'teman lama', Xi mengatakan kedua belah pihak harus meningkatkan komunikasi dan kerja sama untuk menyelesaikan banyak tantangan yang dihadapi.

"Sebagai dua ekonomi terbesar di dunia dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, China dan Amerika Serikat perlu meningkatkan komunikasi dan kerja sama," kata Xi melalui seorang penerjemahnya.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China tentang pernyataan Xi, Presiden China menekankan hubungan China-AS yang sehat dan stabil diperlukan untuk memajukan perkembangan kedua negara masing-masing. Kedua negara juga dibutuhkan untuk menjaga lingkungan internasional yang damai dan stabil.

"China dan AS harus saling menghormati, hidup berdampingan dalam damai, dan mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan," kata Xi.

Xi juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja dengan Biden dalam membangun konsensus dan mengambil langkah aktif memajukan hubungan antara kedua negara ke arah yang positif. Sementara Biden berjanji untuk membahas bidang-biadang yang menjadi perhatian termasuk hak asasi manusia dan masalah lain di kawasan Indo-Pasifik.

Baca Juga

"Mungkin saya harus memulainya dengan lebih formal, walaupun saya dan anda tidak pernah formal satu sama lain," kata Biden dari meja konferensi di Ruang Roosevelt, Gedung Putih, tersenyum lebar saat Presiden China tampil dalam layar besar, Senin (15/11).

"Anda dan saya telah membicara ini, semua negara harus bermain dengan peraturan yang sama," katanya.

Ia menambahkan baginya hubungan bilateral AS-China tidak hanya berdampak pada kedua negara. "Namun sejujurnya juga seluruh dunia," kata Biden.

Pembicaraan yang diprakarsai oleh Biden dan dimulai sekitar pukul 19.45 Senin ini dimaksudkan untuk membuat hubungan kedua negara tidak terlalu sengit. Sekelompok wartawan menyaksikan awal dialog tersebut sebelum dua kepala negara dan pembantu mereka melakukan pertemuan tertutup. Pejabat AS memprediksi pembicaran digelar selama beberapa jam.

Biden dan Xi belum melakukan pertemuan tatap muka sejak Biden menjadi presiden dan terakhir kali mereka berbicara melalui telepon pada September. Seperti yang terkuak belakangan, kedua negara banyak saling tidak setuju dalam berbagai hal.

AS dan China tidak setuju tentang asal usul pandemi Covid-19, aturan perdagangan dan persaingan, perluasan persenjataan nuklir Beijing dan tekanan yang meningkat terhadap Taiwan. Para pejabat AS telah meremehkan harapan untuk setiap perjanjian konkret antara kedua belah pihak, termasuk pada perdagangan.

China tertinggal dalam komitmen untuk membeli barang dan jasa AS senilai 200 miliar dolar AS lebih. Tidak ada dalam agenda Biden adalah tarif AS untuk barang-barang China yang diharapkan Beijing dan kelompok bisnis untuk dikurangi.

Gedung Putih telah menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apakah AS akan mengirim pejabat ke Olimpiade Musim Dingin Beijing pada Februari. Aktivis dan anggota parlemen AS telah mendesak pemerintah Biden untuk memboikot Olimpiade.

"Kedua belah pihak berusaha menetapkan tujuan panggilan untuk menciptakan stabilitas dalam hubungan, baik melalui bahasa kolegial mereka dan kerangka percakapan secara keseluruhan dan pentingnya hubungan," kata seorang pakar China di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, Scott Kennedy.

"Pertanyaannya adalah apakah mereka akan mencapai kesepakatan tentang apa pun, atau setidaknya, setuju untuk tidak setuju dan menghindari langkah-langkah eskalasi," ujarnya menambahkan.

 
Berita Terpopuler