Menkes Yakin Masyarakat Mampu Cegah Penyebaran Delta Plus

Belum ada bukti terkait tingkat keganasan varian delta plus.

Republika/Abdan Syakura
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Rep: Dessy Suciati S Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin optimistis masyarakat Indonesia mampu mencegah penyebaran kasus Covid-19 yang disebabkan oleh sub variannya, termasuk Delta AY.4.2. Ia menilai, kekebalan komunitas yang telah terbentuk di masyarakat saat ini masih mampu untuk mencegah berbagai varian baru yang muncul.

Baca Juga

“Kesimpulan kami sampai sekarang, adalah kalau misalnya ada masuk anaknya atau cucunya (dari varian Delta), insya Allah harusnya kekebalan yang sudah terbentuk di masyarakat kita masih cukup untuk menanggulangi penyebaran ini,” ujar Menkes saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (15/11).

Budi menjelaskan, semua varian Delta yang muncul memiliki mutasi genetik yang mirip. Saat ini, varian Delta telah memiliki berbagai sub varian seperti varian AY4, AY2.3, AY2.4. Di Indonesia sendiri paling banyak ditemukan yakni sub varian AY2.3 dan AY2.4. Sedangkan varian AY4.2 belum terdeteksi ada di Indonesia.

“Malah sudah keluar juga cucunya AY2.4, cucunya AY4.2. Itu yang sekarang lagi banyak ada di Inggris disebut varian Delta Plus. Di Indonesia sendiri AY4 sudah ada, AY2.3 sudah ada, AY2.4 sudah ada, (tapi) AY4.2 belum ada,” jelasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, hingga saat ini sub varian Delta AY.4.2 atau Delta Plus dan juga varian Mu masih belum terdeteksi di Indonesia. Dari total lebih dari 8 ribu sequencing yang dilakukan, mayoritas varian of concern yang ditemukan yakni varian Delta dan juga Beta.

 

Namun demikian, kata dia, pemerintah dan masyarakat harus mewaspadai munculnya varian-varian tersebut di Indonesia.

“Untuk varian Mu dan sub varian Delta AY.4.2. sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia. Tetapi kita tetap perlu waspada dengan mempertimbangkan sub varian Delta yang masih mempunyai potensi untuk memicu gelombang berikutnya di Indonesia,” kata Siti Nadia saat konferensi pers, Rabu (10/11).

Sub varian Delta Plus tersebut saat ini juga telah ditemukan di negara tetangga termasuk Malaysia dan Singapura. Untuk mengantisipasi kasus impor di Indonesia, pemerintah memperketat pintu-pintu masuk negara, baik darat, laut, dan udara.

Sementara itu, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi mengatakan, varian Delta Plus atau AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi dalam virus, termasuk SARS-CoV-2. Meski begitu, hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.

"Sekali lagi, AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ya, ataupun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2)," kata Gunadi melalui rilis yang diterima Republika, Senin (15/11).

 

Gunadi menerangkan, sampai saat ini belum ada bukti penelitian terkait tingkat keganasan varian ini lebih berbahaya dari varian Delta.

 
Berita Terpopuler